View Full Version
Rabu, 26 Feb 2020

Hadits ''Tidak Ada Penularan Penyakit'', Apa Maksudnya?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Wajib kita yakini bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di muka bumi ini kecuali dengan kehendak dan takdir Allah. Kuasa Allah dan takdir-Nya di atas segala sesuatu. Tidak ada satu peristiwa terjadi dengan sendirinya yang lepas dari ilmu Allah, Kehendak dan Takdir-Nya. Demikian pula penyakit Corona, tidak mewabah kecuali di Kehendaki Allah dan ditakdirkan oleh-Nya.

Menyikapi Corona. Kita yakin bahwa virus bagian dari makhluk Allah. Penularan dan penjangkitan virus itu -dari satu orang ke orang lain- tidak terjadi dengan sendirinya. Yakni lepas dari kehendak Allah dan takdir-Nya. Tidak mungkin.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

لَا عَدْوَى ، وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَّةَ ، وَلَا صَفَرَ

Tidak ada ‘Adwa (penyakit menular), tidak Thiyaroh (kesialan), tidak ada Haamah(burung hantu), dan shafar (kesialan di bulan Safar)” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

‘Adwa adalah keyakinan penjangkitan penyakit dan menular dengan sendirinya tanpa kehendak dan takdir Allah. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam meniadakan keyakinan jahiliyah ini, bahwa menularnya penyakit dari yang sakit kepada orang sehat itu dengan kehendak Allah dan takdir-Nya.

Thiyarah adalah merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat terbangnya jenis burung tertentu atau binatang lainnya, mendengar suara, atau isyarat lainnya. Ini juga termasuk keyakinan jahiliyah yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam sabdanya, “tidak ada thiyarah (kesialan). Bahwa kesialan itu terjadi apabila Allah kehendaki menimpa seseorang dan menakdirkannya.

Hammah adalah burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihatnya. Apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah salah seorang mereka. Mereka merasa akan ada kematian dirinya sendiri atau salah seorang keluarganya. Maksud sabda beliau “tidak ada burung hantu” adalah menolak anggapan yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim, harus menghilangkan keyakinan ini. Bahwa kecelakaan dan kesialan itu dari Allah dan terjadi dengan kehendak dan takdir-Nya.

Shafar adalah bulan kedua dari tahun Hijriyah. Posisinya setelah bulan Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengingkari keyakinan ini dan meniadakannya. Bahwa semua bulan adalah milik Allah. Dia tetapkan di dalamnya kebaikan dan keburukan dengan kehendak dan takdir-Nya. Juga dengan hikmah-Nya. Bukan semata-mata Shafar maka pasti akan sial. Wallahu A’lam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berkuasa di alam raya ini. Hanya Dia semata yang menetapkan urusan di alam raya. Semua terjadi dengan kehendak-Nya. Sehingga, setiap Muslim haruslah bersandar kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya.

Corona virus yang sedang mewabah, tidak menularkan penyakit dan menjangkiti banyak orang kecuali dengan kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah takdirkan itu dengan kekuasaan dan keperkasaan-Nya. Sekaligus juga dengan hikmah dari setiap ketetapan dan perbuatan-Nya.

‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang wabah penyakit thaun (wabah penyakit yang mematikan). Beliau memberitahuku bahwa thaun adalah:

عذاب يبعثه الله على من يشاء، وأن الله جعله رحمة للمؤمنين، ليس من أحدٍ يقعُ الطاعونُ فيمكث في بلده صابراً محتسباً، يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر شهيد

"Adzab yang Allah kirim kepada orang yang Dia kehendaki. Allah jadikan thaun sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang di negerinya mewabah thaun lalu ia tetap berada di situ dengan sabar dan berharap pahala, ia tahu tidak ada musibah yang menimpanya kecuali apa yg telah Allah tetapkan bagi dirinya melainkan baginya pahala seperti pahala seorang syahid." (HR. Al-Bukhari)

Wabah penyakit tha’un yang terjadi di satu kaum merupakan adzab yang Allah kirimkan kepada penduduknya yang ingkar kepada Allah, mendustakan Rasul-Nya, durhaka kepada keduanya, dan jahat kepada wali-wali Allah dari kalangnan mukminin.

Di antara bentuk hukuman Allah yang diturunkan ke muka bumi adalah wabah penyakit. Ini seperti yang disebutkan dalam hadits,

لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا

Tidaklah merebak perbuatan keji (seperti zina, homo seksual, pembunuhan, perampokan, judi, mabok, konsumsi obat-obatan terlarang dan lainnya) di suatu kaum sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan merebak di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un (semacam pes atau kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada pada generasi sebelumnya.” (HR Ibnu Majah dan Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)

Apabila hukuman dunia ini Allah jatuhkan maka yang akan terkena dampaknya bukan hanya orang dzalim saja. Sebagian orang-orang yang tidak terlibat dalam kedzaliman itu juga bisa terkena dampaknya. Karenanya, hendaknya kita saling beramar ma’ruf dan nahi munkar agar hukuman massal tidak Allah turunkan ke tengah masyarakat kita.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

Karenanya, apabila sebagian kaum muslimin yang shalih terkena dampaknya, dan mungkin terjadi (tertular Corona) maka sakitnya itu akan menjadi kebaikan baginya.

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Allah jadikan thaun sebagai rahmat bagi orang-orang beriman” akan menjadi pelebur kesalahan dan diampunkannya dosa. Juga dengan sebab kesabaran dan harapan kepada Allah akan mengalirkan pahala tanpa batas untuk mereka. Bahkan disebutkan, akan mendapatkan pahala seperti oranng yang mati syahid. Ma Syaa Allah.

Ini keistimewaan orang-orang beriman. Seluruh urusannya itu baik baginya. Jika mendapat nikmat maka ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapat musibah maka ia bersabar dan itupun baik baginya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Sungguh menakjubkan urusan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik; ?dan itu tidak dimiliki kecuali orang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika mendapat kesulitan/kesusahan, ia bersyukur, maka itu baik baginya." (HR. Muslim)

. . . Haruslah tetap menjaga teguhnya iman dan keistiqomahan dalam ketaatan. Kembali kepada Allah –Dzat Maha Kuasa yang mentakdirkan segala sesuatu- dengan berdoa dan tawakkal . . .

Corona yang sedang menjadi hantu bagi penduduk dunia sekarang ini, tidak perlu terlalu dirisaukan berlebih bagi kaum mukmin. Seolah pasti menjangkiti dan membunuh mereka. Haruslah tetap menjaga teguhnya iman dan keistiqomahan dalam ketaatan. Kembali kepada Allah –Dzat Maha Kuasa yang mentakdirkan segala sesuatu- dengan berdoa dan tawakkal.

Di samping itu juga haruslah mengusahakan sebab yang dibolehkan syariat agar terhindar dari tertular, seperti tidak berkunjung ke tempat yang terjadi wabah, menggunakan masker, mencuci tangan sebelum makan, menjaga wudhu dengan baik, mengonsumsi makanan bergizi dan suplement-supleman. Semua ini untuk membenarkan sunnatullah di alam raya dari hukum sebab akibat. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version