View Full Version
Rabu, 18 Dec 2013

Mahasiswa Pecinta Islam Jakarta menjawab Ali Hasan al Halabi

Prolog

Aktifis pergerakan islam di Indonesia sedikit terkejut dengan kedatangan tiga orang ulama yaitu : Ali Hasan Al-Halabi (ulama kelompok salafi Yordania, dikenal luas sebagai tokoh Murjiah kontemporer), dr. Najih Ibrahim (mantan pendiri dan pimpinan Jama’ah Islamiyah Mesir, pernah mendekam 25 tahun penjara di era diktator sekuler Husni Mubarak) dan Hisyam An-Najjar (sumber situs Salafi Mesir menyatakan dia ulama kelompok salafi dan caleg partai Salafi An-Nur dari provinsi Alexandria, namun penerjemah BNPT menyatakan ia adalah mantan jubir resmi Jama’ah Islamiyah Mesir yang di gandeng oleh BNPT (Badan Nasional Penggulanga Terorisme) mulai dari tanggal 8-14 Desember 2013. Maksud BNPT mengundang ketiga ulama ini adalah untuk melancarkan program deradikalisasi yang selama ini dijalankan BNPT untuk menghambat dan memutus kelompok-kelompok yang dinilai radikal menurut pandangan BNPT.

Allah berfirman.
“Barangsiapa yang menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain orang-orang yang beriman maka kami palingkan dia kemana dia berpaling dan kami akan memasukkannya kedalam neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisa : 116]
“Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an, supaya jelas jalan orang-orang yang benar dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang tersesat” [Al-An’am : 55]

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku”
Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam,-pent) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”
Beliau berkata : “Ya”
Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?”
Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.
Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?”
Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”
Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”
Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”
Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?”
Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”
Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini”
Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”
Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?”
Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu”

Seorang penyair berkata.
“Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menjauhinya”
“Dan barangsiapa yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.

Jawaban Pertanyaan Tak Berbobot dari Ali Hasan al Halabi

Kami ingin menjawab 3 pertanyaan Ali Hasan al Halabi yang disampaikan dalam acara ‘Dialog Damai Bersama Ulama Timur Tengah’ di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Kampus UI Depok, pada Kamis, 12/12/2013. Kami memandang bahwa apa yang disampaikan oleh Ali Hasan al Hallaby merupakan suatu cara Allah‘azza wajalla menampakkan kebodohonnya.Kami mengetahui bahwa Ali Hasan al Halabi dikenal sebagai orang yang mengklaim bahwa dirinya adalah murid Syaikh Al-bani (Salah seorang ahli hadits kontemporer).Namun setelah Ali Hasan al Halabi memberikan pemaparannya tentang jihad dan perlawanan kau muslimin memperlihatkan ketidaktahuannya terhadap hadits dan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wassalam.

Berikut kami akan menjawab pertanyaan Ali Hasan al Halaby yang menyesatkan umat :

 Pertama, kata Al Halabi, “apakah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wassalam ketika berada di Makkah berjihad?” Jawaban spontannya adalah” tidak”.Karena, jelasnya, “pada waktu itu Nabi dalam posisi lemah”.

Makna lemah yang dimaksud disini adalah tidak memiliki ukuran yang sesuai dengan al qur’an dan as sunnah.Lemah yang dimaksud Rasulullah shallallahu ‘alayhi wassalam adalah ketika kaum muslimin sudah mengumpulkan kekuatan secara maksimal namun masih tetap tidak bisa mengalahkan pihak musuh.

Dan jika dikatakan kalau ukuran lemah disini adalah jumlah personil dan kekuatan persenjataan, betapa banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menggambarkan bahwa personil kaum muslimin yang tidak berimbang dengan pihak musuh dan persanjataan yang minim dapat mengalahkan kekuatan musuh yang banyak dan memiliki persenjataan yag kuat. Sebagaimana dalam QS. Ali Imran 13-17 yang menggambarkan peperangan badar yang begitu sulit. Bagaimana tidak, dengan jumlah sahabat yang sedikit, persenjataan dan perlengkapan yang tidak memadai serta kondisi sulit yang Allah ‘azza wa jalla berikan kepada Nabi dan para sahabat, sedangkan pihak musuh jumlahnya banyak persenjataan lengkap dan dalam kondisi siap tempur. Ini menjadi bukti bahwa semua faktor-faktor kemenangan menurut pandangan manusia tidak ada berpengaruh jika Allah sudah meridhai dan memberikan pertolongan. (Lihat Tafsir as-Sa'di, oleh syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa'di)

Kedua, lanjutnya, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wassalam ketika di Madinah pernah memerangi suatu kaum sebelum menyampaikan dakwah pada mereka?” Jawabannya “tentu tidak, Karena jihad bukanlah tujuan utama, akan tetapi jihad berada dalam tataran ketiga, setelah dakwah dan menawarkan membayar upeti”.

Satu hal  yang pasti, bahwa jihad tak harus meninggalkan dakwah. Begitu juga saat sudah dakwah tak harus meninggalkan jihad. Ketika seseorang seseorang gencar berdakwah bukan berarti ia harus meninggalkan jihad. kondisi umat saat ini ada yang menuntut dakwah, dan ada yang sudah menuntut jihad. Bahkan tidak ada jihad tanpa dakwah, dan tak ada dakwah tanpa thalabul ilmi. Orang yang berkata, kita tidak dakwah karena ilmu kita masih minim, kita tuntut ilmu dulu. Maka sungguh dia tak akan pernah berdakwah. Jika dia mulai berdakwah, berarti dia merasa sudah sempurna ilmunya.

Begitu juga dengan jihad, jika tak mau jihad karena masih dalam tahap dakwah, maka selamanya dia tak akan pernah berjihad. Karena jihad juga untuk menyempurnakan dakwah.Syetan jenis Jin dan manusia tak rela kalau agama Allah menang dan berjaya. Jadi mereka selalu membuat makar, tipu daya dan mengobarkan perang untuk menghalangi dakwah dan untuk mematikan Islam. Tapi Allah tak akan biarkan, Allah pasti akan jaga dan sempurnakan Dien-Nya dengan tangan-tangan yang  Allah pilih dan siapkan; Thaifah Manshurah dan FIRQAH NAJIYAH. Dan jumlah mereka -dalam beberapa hadits- disebutkan tak banyak jumlahnya. Bahkan lebih banyak yang kontra daripada yang mendukungnya sehingga diabadikan sifat mereka, “tak terpengaruh terhadap orang yang menelantarkan mereka (tak dukung bahkan menggembosi) dan orang yang berseberangan dg mereka.”

Jika Anda tak juga mau berjihad, sungguh Allah tetap akan adakan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Dan Anda-anda yang suka kritik dan menggembosi jihad tak akan pernah bisa menghalangi mereka. Kalau kita mau renungkan dengan konsep jihad yang dicetuskan oleh orang-orang yang suka menggembosi jihad dari kalangan yang mengaku paling sempurna mengikut salafush shalih, maka jihad tak akan pernah tegak di muka bumi. Ingat, bahwa jihad tegak tak harus dapat dukungan dari semua pihak. Karena menerima kebenaran dan mengorbankan diri untuk Islam tak semua orang sanggup dan siap menanggung beban. Memang jihad disebut jihad karena beratnya. Bukan di zaman kita saja ada yang anti jihad dan menggembosi jihad, zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga sudah ada pihak-pihak yang anti jihad dan menghambat jalannya jihad. Maka pilihlah jalan di antara dua kelompok, penggembos jihad atau pelaku dan pendukung jihad

Terakhir, beliau  menanyakan Apakah Rasulullah saw, baik di fase Makkah atau Madinah, pernah membunuh dengan tipu muslihat, membunuh dengan cara tidak terlihat dan membunuh tanpa berdahap-hadapan? tentunya, jelasnya, hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw.

Kami menjawab, ketahuilah wahai Syaikh, bagaimana Ka’ab bin al-Asyraf adalah seorang yahudi yang telah memprovokasi untuk melawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia menangisi kaum Quraisy yang gugur pada perang Badar dan dikubur dalam sumur. Musuh Allah ini (Ka’ab) kemudian pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan keluarganya dari kaum musyrikin untuk memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal ada perjanjian atasnya dan atas kaum yahudi (kafir zimmi). Ketika Ka’ab kembali ke Madinah, ia mengubah syair yang berisi rayuan terhadap kaum Muslimah hingga menyakiti mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang bersedia membunuh Ka’ab al-Asyraf untuk saya.” Muhammad bin Maslamah saudara Bani Abdul al-Asyhal berkata, “Saya bersedia melakukannya untuk anda ya Rasulullah. Saya akan membunuhnya.” Beliau berkata, “Lakukanlah jika engkau mampu.”Ia berkata, “Ya Rasulullah, kita mesti mengatakan.” Beliau berkata, “Katakanlah oleh kalian, ‘Apa yang tampak bagi kalian, kalian bebas dalam hal itu.’ Dalam hadits yang panjang ini, menggambarkan kepada kita bahwa Muhammad bin Maslamah meminta izin untuk melakukan tipu muslihat untuk membunuh Ka’ab al Asyraf yaitu dengan cara penyesalannya telah masuk islam dan dengan cara meyakinkan bahwa dia (Muhammad bin Maslamah) telah keluar dari islam(murtad). Sehingga ketika berada dalam waktu yang tepat Ka’ab di cegat dan di bunuh oleh kelompok Muhammad bin Maslamah yang sudah dipersiapkan.(Hadits ini dikeluarkan al-Bukhari hadits no.2510, 3031, 3032. dalam kitab ringkasannya hadis no.4037. Muslim hadits no.1801 dari hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu.Siapa yang ingin mengetahui lebih detail tentang kisah Ka’ab bin al-Asyraf dapat merujuk kitab “Al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu katsir, jilid IV/6-10. Fathul Bari (V/169), (VI/184-185) dan (VII/ 390-395). Syarah Muslim an-Nawai (XII/403) dan kitab rujukan lainnya).

Hadits ini membolehkan peperangan terhadap orang-orang yang memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dilakukan dengan cara tipu muslihat.Dalam hadits lain dikatakan bahwa : Peperangan adalah tipu daya. [HR. ibnumajah No.2823]

Sungguh sangat kami sayangkan, betapa leluasanya Ali Hasan al Halabi sebagai ulama ‘salafi’ yang datang dari Yordania ke Indonesia dengan maksud meredam perlawanan kaum muslimin Indonesia terhadap kekafiran.Kita sama-sama mengetahui bahwa sekarang ulama dan kaum muslimin yang jujur dengan keislamannya di Mesir sedang mengalami intimidasi, penyiksaan, penangkapan sampai di bunuh.

Wallahua’lam bish-showwab

Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Jakarta


latestnews

View Full Version