View Full Version
Sabtu, 28 Dec 2013

Penduduk Amerika Bagai 'Tersandera' di Negeri Sendiri

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Meskipun menjunjung tinggi yang namanya demokrasi dan kebebasan, nampaknya warga Amerika Serikat justru tak bisa bebas di negerinya sendiri. Hal ini terlihat dari diberlakukannya undang-undang NSA yang mampu melihat apapun isi dari aktivitas elektronik warga sipil.

Seperti yang dilansir oleh Mashable (6/6/13), lewat program yang dinamakan PRISM ini, memang NSA berhak untuk meminta data apapun dari penyedia layanan elektronik termasuk seluler dan internet.

Oleh karenanya, mulai dari Facebook, Google,Microsoft, Yahoo, PalTalk, AOL, Skype, YouTube danApple pun harus menuruti hal ini tanpa terkecuali.

Menanggapi hal ini, perusahaan teknologi raksasa tersebut pun terlihat seakan tak memiliki daya apapun untuk menolaknya. Hal ini terlihat dari Google yang mau-mau saja memberikan data apapun jika diminta oleh NSA.

“Google tak memiliki pintu belakang (back door) yang memersilahkan pemerintah untuk mengakses data, namun Google mengakui kalau mereka memberikan data apapun yang diminta pemerintah demi tujuan hukum,” kata seorang juru bicara Google kepada sebuah harian.

Sebelumnya, NSA juga belakangan diketahui mengumpulkan berbagai data percakapan ponsel penduduknya yang menggunakan provider Verizon. Hal ini pun dilakukan dengan rahasia tanpa adanya tujuan yang jelas

Apa yang dilakukan oleh pemerintah AS kepada penduduknya ini pun seolah merupakan pelecehan terhadap asas kebebasan yang selama ini dijunjung tinggi di negaranya. Di mana penduduk dijamin agar bebas mengungkapkan pendapatnya, kini mereka malah seperti dipenjara di negeri tersebut.

Yahoo dipaksa beberkan informasi penggunanya

Beredar informasi bahwa selama ini Yahoo telah dipaksa membocorkan data pribadi penggunanya pada pemerintah AS. Kabar ini tersiar setelah Edward Snowdenmembocorkan rahasia NSA (National Security Agency) terkait upaya NSA menggandeng beberapa raksasa internet untuk memata-matai publik.

Dalam dokumen pengadilan yang berhasil didapatkan New York Times tersebut dijelaskan bahwa Yahoo sempat berjuang keras di pengadilan, meskipun akhirnya pihak NSA dinyatakan menang.

Pengadilan memutuskan NSA (National Security Agency) berhak memaksa Yahoo menyerahkan data penggunanya demi kepentingan keamanan negara.

Pihak Yahoo sendiri menolak mengakui telah membocorkan data pribadi pengguna jasa mereka. “Yahoo! tidak pernah bergabung dalam program yang mengharuskan kami menyerahkan data pada pemerintah AS,” jelas Ron Bell, Yahoo General Counsel, dalam sebuah posting Tumblr Sabtu (15/06/13) kemarin.

“Kami tidak pernah membocorkan data pengguna. Kalaupun ada data yang kami serahkan, itu karena ada permintaan yang spesifik,” lanjutnya seperti dikutip dari Daily Mail (15/06).

Terbongkarnya kasus Yahoo vs NSA ini tak lepas dari campur tangan Edward Snowden, administrator sistem NSA, yang membawa informasi terkait proyek PRISM keluar dari kantor NSA dalam sebuah flash disk.

Kabar yang sedang santer beredar saat ini adalah keterlibatan Yahoo! akan pembocoran data pribadi penggunanya. Sejak serangan 11 September, ketakutan Amerika Serikat akan teroris semakin meningkat.

Oleh karenanya, pada era kepemimpinan George W Bush, dia lebih meningkatkan lagi suatu operasi khusus atau Special Source Operation atau yang dinamakan PRISM yang menggandeng 100 perusahaan terkemuka di Amerika Serikat sejak tahun 1970an di bawah pengawasan langsung suatu badan yang dinamakan NSA (National Security Agency).

Walaupun beberapa perusahaan menolak dan ada yang secara langsung melakukan aksi ‘boikot kecil-kecilan’ akan program PRISM ini, namun tidak sedikit yang secara tidak transparan mengikutinya.

Bahkan ada yang mencoba menyeret kasus ‘setor data’ pengguna ini ke pengadilan. Salah satunya adalah Yahoo!. Seperti yang dikabarkan Huffington Post (14/06/13), sayangnya, Yahoo! akhirnya harus kalah karena pengadilan lebih memenangkan pihak NSA dan PRISM-nya.

Sebelum berita mengenai keterlibatan Yahoo! akan program PRISM mencuat, perusahaan di bawah kepemimpinan Marissa Mayer ini berjuang mati-matian untuk menolak PRISM dan menjelaskan kepada publik bahwa mereka tidak mendukung PRISM apa lagi menyerahkan data penggunanya ke NSA.

Ron Bell, Yahoo! General Counsel, menuliskan dalam Tumblr pribadinya,

“Yahoo! tidak ikut PRSIM atau program apapun yang bertujuan untuk membocorkan data pengguna ke pihak pemerintah (Amerika Serikat).”

Bell juga mengatakan bahwa bocornya data pengguna mereka akibat ada ‘pencurian’ dan keteledoran pihaknya dalam proteksi data pengguna. Selain itu, sebelum kasus ini muncul, pihak pemerintah Amerika Serikat juga terus menerus menekan Yahoo! agar mereka menyerahkan data penggunanya ke NSA.

Namun, apa yang dilontarkan Google dan Facebook akan ketidakterlibatan mereka akan program PRISM menuai kritikan dari berbagai pihak. Bahkan yang menjadikan pernyataan mereka ambigu adalah satu kalimat yang sama persis, “We had not heard of a program called PRISM from yesterday,” seperti yang dituliskan Mark Zuckerberg dalam account Facebook pribadinya dan dalam Google blog.

Walaupun Yahoo!, Google, Facebook atau lainnya bersikeras membantah dan mengatakan tidak ikut dalam program PRISM, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa ada satu pengadilan yang dinamakan ‘Secret Court’ atau pengadilan rahasia?

Kenapa rahasia? Apakah hal tersebut hanyalah akal-akalan pemerintah Amerika Serikat, NSA dan perusahaan raksasa sebagai pengalihan isu saja?

Yahoo “Secret Court” turunkan kepercayaan portal asal AS

Sedangjan praktisi keamanan teknologi informasi menilai langkah penyadapan yang dilakukan National Security Agency (NSA) atas perintah secret court merupakan pelanggaran yang serius dan berdampak pada menurunnya kepercayaan pengguna Internet di dunia pada portal dan infrastruktur di Amerika Serikat.

“Perlu ditekankan di sini bahwa pengguna Yahoo datang dari seluruh dunia dan bukan dari Amerika Serikat saja. Kalau ada negara lain yang bisa memberikan solusi dan aplikasi serupa seperti portal asal AS itu, bakal jadi pukulan serius bagi negara Paman Sam tersebut,” ujar Alfons Tanujaya, pakar keamanan Internet dari Vaksincom, Minggu (16/6/13).

Menurut dia, negara-negara yang selama ini jadi lawan AS akan berusaha menghindari atau memblok portal yang berdomisili di AS dan portal alternatif pesaing Google, Facebook, dan lainnya yang tidak memilikidata center di AS akan mendapatkan keuntungan dari hal ini.

Seperti diketahui, media Inggris Guardian mempublikasikan laporan mengejutkan pada 7 Juni 2013 terkait dengan aksi penyadapan oleh National Security Agency (NSA) terhadap sejumlah raksasa Internet dunia, meliputi Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, dan AOL merupakan bagian dari PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) yang memungkinkan pejabat NSA untuk mengakses isi email, transfer file, dan lainnya.

Hal tersebut, seperti dilansir Guardian, terungkap setelah NSA mengumpulkan data panggilan telepon pelanggan Verizon, salah satu operator telekomunikasi terbesar di AS, atas perintah pengadilan rahasia.

Inikah bukti Facebook dan Google ikut program PRISM?

PRISM, NSA dan program memerangi teroris yang digalakkan Amerika Serikat melalui internet kembali panas setelah Yahoo! kalah di Secret Court. Tidak hanya Yahoo!, Google dan Facebook juga disorot tentang keterlibatan mereka atas program PRISM.

Yahoo! dinyatakan kalah di pengadilan rahasia, ‘Secret Court,’ melawan NSA (National Security Agency) dengan kasus pembocoran data pengguna ke pemerintah Amerika Serikat. Sebelum pengadilan tersebut dilakukan, Facebook, Google, Microsoft dan Apple juga termasuk dari banyak perusahaan lain yang ikut disorot tentang hal yang sama.

Uniknya, Mark Zuckerberg di account Facebook pribadinya dan juga pihak Google melalui blog mereka, di awal bulan Juni lalu, menyatakan bahwa mereka justru tidak mengetahui apa itu yang dinamakan PRISM.

Menjadi suatu hal yang terdengar sedikit lucu, mengutip dari penjelasan di Wikipedia, Facebook dan Google bergabung dalam program PRISM sejak tahun 2009 lalu! Bagaimana bisa mereka tidak mengetahui apa itu PRISM apabila sudah beberapa tahun lalu ikut dalam program itu?

Sebuah dokumen rahasia yang pernah diungkapkan secara tidak sengaja oleh anggotaCentral Intelligence Agency (CIA) yang juga bekerja di NSA dan dipublikasikan olehWashington Post dan The Guardian pada tanggal 06 Juni 2013 lalu mencantumkan banyak nama perusahaan besar yang ikut serta dalam program PRISM ini. Di antara nama-nama tersebut juga mencatut Google serta Facebook di dalamnya.

Untuk sementara, Twitter masih aman dari jerat ‘tentakel’ PRISM

Sebelum dan sesudah kekalahan Yahoo! di ‘Secret Court’ melawan NSA terkait masalah PRISM, tidak sedikit perusahaan raksasa dunia yang disorot dengan hal yang sama. Namun kabarnya, justru Twitter lepas dari program tersebut.

Yahoo! dinyatakan kalah melawan NSA dan program PRISM-nya di pengadilan (Secret Court). Sorotan tajam pun publik langsung mengarah ke perusahaan dengan CEO bernama Marissa Mayer ini, benarkah mereka melakukan konspirasi dengan akal-akalan kalah di pengadilan?

Sebelum kasus Yahoo! naik di pengadilan, sejumlah perusahaan besar khususnya Google, Microsoft, Facebook dan Apple juga tengah disorot akan hal yang sama. Menjadi satu hal yang masuk akal karena perusahaan-perusahaan tersebut miliki pengguna lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia.

Uniknya, seperti dituliskan oleh Huffington Post (14/06/13), ada kabar baru menyebutkan bahwa justru pihak National Security Agency (NSA) milik Amerika serikat yang mendalangi program PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) tidak tertarik untuk mengusik Twitter.

Dalam laporan tersebut, Twitter dipandang masih belum layak untuk diintervensi karena situs microblogging ini memiliki jumlah pengguna yang lebih sedikit dibandingkan dengan Facebook atau sekelas situs jejaring sosial bahkan perusahaan raksasa lainnya.

Akan tetapi, walaupun kabar yang mencuat boleh dibilang masih amatir karena belum ada bukti bahwa Twitter lepas dari jeratan ‘tentakel’ PRISM, namun tidak menutup kemungkinan semua perusahaan di dunia yang diakses dan menyimpan data pengguna akan segera ‘diobok-obok’ oleh NSA, termasuk juga Twitter, Pinterest, Tumblr, Instagram atau lainnya.

Walaupun begitu, Twitter tetap berjuang seperti yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar lainnya untuk terus melawan kediktatoran Amerika Serikat melalui NSA dengan program PRISM-nya itu agar semua data penggunanya tetap aman. Akankah Twitter dan jejaring sosial lainnya akan tetap aman di kemudian hari?

Tolak PRISM, Mozilla berani lawan pemerintah AS

PRISM yang dibangun NSA untuk menguntit data pengguna memang membuat banyak perusahaan teknologi besar dunia tunduk. Namun, bukan berarti tidak ada juga yang berani menolak dan melawan.

Mozilla contohnya, bersama dengan puluhan organisasi dan perusahaan teknologi lainnya, mereka membuat komitmen untuk melawan PRISM. Hal ini pun dibuktikan dengan membuat sebuah laman khusus berisi petisi penghentian PRISM.

Dengan halaman website yang beralamat di optin.stopwatching.us, semua organisasi ini mengajak partisipasi setiap orang untuk turut mengisi petisi. Mereka meminta baik individu maupun organisasi agar ikut menentang tindakan yang dilakukan oleh badan federal Amerika, NSA ini.

Hingga saat ini sendiri sudah terkumpul 250 ribu lebih dukungan terhadap petisi ini. Hal ini terhitung cepat mengingat petisi ini baru dibuka tanggal 19 Juni kemarin waktu Amerika Serikat.

Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya [icc.bs/abdullah/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version