View Full Version
Selasa, 26 Aug 2014

Ekonomi Syari'ah Menjadi Angin Segar Perekonomian Global

BANTUL (voa-islam.com) - Saat masalah ekonomi mulai mengganggu stabilitas berbagai negara, banyak para ilmuan yang meninjau kembali system ekonomi yang dipakai. Saat itulah mulai berkembang system ekonomi islam atau syari'ah, kemudian berinteraksi dengan ekonomi liberal. Sehingga ekonomi syari'ah menjadi angin segar bagi perekonomian secara global saat ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Dekan Fakultas Ekonomi UMY Rizal Yahya, Ph.D, dalam sambutan kunjungan University Sains Islam Malaysia (USIM) digedung AR. Fachruddin B UMY, Senin (10/2).

Senada dengan itu, Kepala IPIEF UMY Dr. Mashudi Muqarrobin menjelaskan kenapa negara Eropa turut menganut ekonomi syari'ah. Menurutnya, salah satu alsan Eropa yaitu untuk menarik investor dari Timur Tengah dan membiayai hiburan di Eropa. "setelah ekonomi syari'ah mulai dikaji karena dampak krisis, investor Timur Tengah mulai menemui titik terang untuk meletakkan kekayaannya di Bank Syari'ah," jelas Mashudi.

Mashudi menerangkan, perbedaan ekonomi syari'ah di Indonesia dan Malaysia. Jika di Malaysia ekonomi syari'ah diusulkan oleh pemerintah atau kerajaan, dan diikuti oleh masyarakat umum. Lain halnya di Indonesia, ekonomi syari'ah diusulkan oleh masyarakat dan direspon baik oleh pemerintah. "itulah sebabnya ekonomi syari'ah Indoensia dua tahun terakhir ini melaju dengan cepat, kalau dilihat memang Malaysia lebih duluan yang menerapkannya," terang dosen UMY ini.

Sedangkan dosen senior USIM Ummi Salwa Ahmad Bustamam, Ph.D menyampaikan, Malaysia memang sudah lebih dari 20 tahun mengembangkan ekonomi syari'ah. Namun, untuk punjak berjayanya ekonomi syari'ah di Malaysia mulai tahun 2005. "sekarang ini setiap Bank konvensional di Malaysia hamper seluruhnya memiliki system syari'ah. Mulai dari Bank dan diikuti oleh sector lainnya sudah menganut system syari'ah di Malaysia," ungkap Ummi Salwa.

Ummi Salwa juga menyampaikan, untuk meningkatkan kajian ekonomi syari'ah. USIM akan mengadakan berbagai kegiatan dan kerjasama dalam atau luar negeri, sebagaimana yang dilakukan bersama UMY. "untuk kedepannya USIM akan mengadakan konferensi internasional, kami harap UMY juga bersedia untuk bekerjasama dalam program tersebut," ungkapnya dalam kunjungan USIM ke UMY yang diikuti oleh 105 mahaiswa USIM tersebut.

Untuk memberikan oleh- oleh ilmu bagi rombongan USIM, Dr. Imamuddin Yuliadi menerangkan tentang peta koridor ekonomi Indonesia. Koridor Sumatera merupakan hasil bumi dan lumbung energy nasional, koridor Jawa sebagai perkembangan industry dan jasa nasional, koridor Kalimantan merupakan produksi serta pengelolaan hasil tambang dan energy nasional. "sedangkan untuk pengelolaan pertanian dan pangan ada di koridor Sulawesi, untuk pengembangan pariwisata dan pembantu pangan ada dikoridor Bali Nusa, dan koridor Papua Maluku sebagai sumber daya alam nasional," jelas dosen UMY ini. (syah)



Ahlul Amalsyah
Journalist UMY


latestnews

View Full Version