View Full Version
Kamis, 07 Jan 2016

Toleransi dan Kebebasan yang Kebablasan

Sahabat VOA-Islam...

Ironis, seolah masyarakat terbius dengan euforia dan kemeriahan Natal dan Tahun Baru di negeri ini, tanpa sadar bahwa nyatanya kita dijajah di negeri sendiri dengan pemikiran-pemikiran Nasrani dan Yahudi. Seperti kita jumpai di negeri ini menjelang Natal dan Tahun Baru bahwasanya banyak sekali pernak-pernik Natal Natal mulai dari pohon Natal, atribut ala Sinterklas.

Masyarakat pun latah, ikut-ikutan menggunakan atribut ini. Tak  terkecuali orang muslim. Ucapan “Selamat Natal” dan saling berkunjung ke rumah tetangga-tetangga yang merayakan Natal pun dilakukan dengan dalih toleransi. Hingga yang paling menggemparkan, puluhan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga merayakan Natal di dalam gereja di Solo, memenuhi dosennya yang pendeta.

Miris memang mengingat hal tersebut. Padahal sudah jelas dalam surat al-Kafirun ayat 6 bahwa“bagimu agamu, bagiku agamaku”. Dari hal tersebut jelas bahwa toleransi tidak harus ikut alam ritual agama Nasrani serta anjuran dari hadits Rasulullah SAW baha “barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum tersebut”.

Maka jelas bahwa kita sebagai umat Islam tidak perlu ikut-ikutan toleransi yang kebablasan dalam demokrasi. Toleransi adalah membiarkan, bukan ikut-ikutan!

 

Maka jelas bahwa kita sebagai umat Islam tidak perlu ikut-ikutan toleransi yang kebablasan dalam demokrasi. Toleransi adalah membiarkan, bukan ikut-ikutan! Bila kita menghendaki muslim kebebasan dalam penjajahan seperti fakta diatas.

Solusinya satu, yakni kembali kepada ajaran Islam dengan menerapkan ajaran-ajarannya dan hukum-hukumnya secara kaffah melalui khilafah, bukan demokrasi yang malah memberikan kebebasan yang kebablasan. [syahid/voa-islam.com]

Penulis: Yesi Agustin Stantia

(Mahasiswa Semester 3 IAIN Tulungagung Jurusan Ekonnomi Syariah)


latestnews

View Full Version