View Full Version
Ahad, 22 Sep 2019

Saat Manusia Tersandera Hawa Nafsu

JAUH sebelum Rasulullah Muhammad SAW diutus sebagai Rasul, praktek asusila marak terjadi di Kota Mekkah, bahkan dijadikan sebagai profesi. Hal yang sangat tidak manusiawi banyak terjadi dalam masyarakat jahiliyah saat itu. Praktek prostitusi, pembunuhan bayi perempuan, poliandri dan praktek asusila lainnya yang sangat miris mengiris hati.

Kehidupan manusia dimasa jahiliyah sungguh tidak jauh berbeda dengan kehidupan binatang. Yang kuat menindas yang lemah, kesucian dan kehormatan manusia nyaris tak ada harganya. Padahal manusia memiliki akal dan hati nurani yang semestinya mampu digunakan untuk membedakannya dengan binatang, karena perilakunya sebagai manusia sejatinya haruslah berbeda dengan perilaku binatang. Namun apa daya, saat nafsu menguasai diri maka akal sehat hilang pergi melarikan diri.

Zaman jahiliyah berikut perilaku jahiliyah zaman dulu, terulang kembali di zaman milenial abad ini. Saat manusia menganut sistem sampah pemuja hawa nafsu, yang bernama sekuler kapitalis liberalis. Sebuah sistem yang menafikan akal sehat dan agama. Sebuah sistem yang menegasikan fitrah penciptaan manusia. Sebuah sistem yang hanya melahirkan kekacauan demi kekacauan dalam kehidupan. Sebuah sistem yang memaksa manusia berperilaku layaknya binatang. 

Anehnya, banyak manusia yang rela hidup dalam ketersesatan yang dibuat oleh sistem ini. Entah karena ketidaktahuannya ataupun karena sudah terlanjur masuk terjerumus dalam lumpur kesesatannyanya. Sehingga manusia banyak melakukan aktivitas-aktivitas yang melanggar kesucian dan kehormatan sesama manusia. Bergunjing dan memfitnah menjadi makanan obrolan sehari-hari. Transaksi barang haram kerap terjadi setiap hari tanpa malu-malu. Tindak asusila dan amoral menjadi santapan setiap hari. Sungguh manusia hidup dalam fase kegelapan peradaban yang diciptakan oleh sistem hidup sekuler kapitalis liberalis.

 

Fitrah  Penciptaan Manusia

Sejatinya, manusia adalah makhluk yang beradab. Tersebab ia diciptakan berikut potensi akal yang dimilikinya, yang memiliki sifat mampu membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk.  Tentulah proses membedakan ini tidaklah bisa diserahkan pada hawa nafsu manusia, tersebab hawa nafsu manusia sudah pasti menjerumuskan. Karenanya, dituntunlah manusia oleh Sang Pencipta, pemilik jagat raya dengan seperangkat aturan yang pasti menyelamatkannya. Tersebab Allah SWT sebagai pencipta manusia sangat tahu apa yang terbaik bagi kemaslahatan hidup manusia. Karenanya Allah SWT telah memberikan jaminan yang sangat paten yaitu  jika mengikuti seperangkat aturan yang Allah SWT tetapkan, manusia pasti selamat. Namun jika tidak mengikuti aturan yang telah Allah SWT tetapkan maka  kehidupan manusia akan kacau balau penuh kemaksiatan yang berujung pada kerusakan manusia.

Kerusakan manusia akan menyumbangkan kerusakan pada peradaban yang dibentuknya. Sebaliknya kebaikan manusia pun akan menyumbangkan pada kebaikan peradaban manusia yang dibentuknya.

Maka, menjadi sesuatu yang sangat wajar saja, jika saat ini, saat manusiia diatur oleh sistem hidup sekuler kapitalis liberalis, peradaban manusia berada dalam titik puncak kerusakannya, tersebab seperangkat aturan yang dipakai untuk mengatur kehidupan manusia berasal dari hawa nafsu manusia, yaitu sistem hidup sekuler kapitalis liberalis. Nilai-nilai moral dan adab yang dibangun manusia hampir hilang dan musnah. Anak tidak lagi hormat pada orang tua, orang tua tidak lagi sayang pada anak-anaknya, siswa tidak menghormati guru, guru tidak mampu menjadi teladan siswa. Belum lagi kasus-kasus sistemik yang berpotensi menjadikan kehidupan manusia layaknya kehidupan binatang.

Manusia tidak lagi mengenal batas-batas kesucian dan kehormatan. Semua dilibas atas nama kebebasan-liberalisasi dan demokrasi-semua produk hukum dimusyawarahkan, tidak peduli walaupun produk hukum tersebut telah jelas halal-haramnya, semua berpotensi untuk berubah dan diubah berdasarkan suara mayoritas. Akhirnya demokrasi akan menghalalkan yang haram dan sebaliknya akan mengharamkan yang halal. Naudzubillah.

Karenanya, sudah cukup manusia hidup dalam kerusakan seperti saat ini. Saatnya manusia kembali pada jati dirinya sebagai manusia bukan hewan-binatang. Yang pasti aturan hidupnya pastilah berbeda dengan hewan-binatang. Saatnya manusia  memposisikan diri sebagai makhluk yang harus tunduk pada aturan hidup  Sang Pencipta yaitu Allah SWT yang memiliki sifat Maha Mengatur dan pencipta aturan dan keteraturan diseluruh jagat raya. Saatnya manusia mengambil aturan hidupnya dari Allah SWT, agar manusia tidak tersesat kehidupannya dengan kesesatan yang nyata. Agar manusia selamat kehidupannya didunia dan diakhirat, yaitu dengan mengambil syariat Islam kaffah sebagai panduan hidup dan kehidupannya.

Tersebab saat manusia tidak mau diatur oleh Syariat Islam, maka pemenuhan seluruh kebutuhan hidupnya tidak akan sempurna dan pasti akan menyalahi fitrah penciptaan manusia yaitu menginginkan terjaganya kehormatan dan kesucian dirinya. Selain itu ketidakmauan manusia  diatur oleh Syariat, hanya akan menyumbangkan kerusakan demi kerusakan yang akan dituai oleh manusia yang pada akhirnya akan berkontribusi pada punahnya peradaban luhur manusia.*

Mela Ummu Nazry Najmi Nafiz

Pemerhati Generasi

 


latestnews

View Full Version