View Full Version
Selasa, 03 Dec 2019

Mencegah Stunting

 

Oleh:

Ummu Nazry

Pemerhati Kebijakan Publik

 

MENTERI Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendukung usulan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko agar setiap keluarga memelihara satu ekor ayam untuk mencegah stunting. Menurutnya, kebutuhan ayam nasional akan terpenuhi jika usulan itu terealisasi. (Jakarta, CNN Indonesia, 2019).

Satu kata untuk usulan Pak Moeldoko, repot. Bagaimana tidak repot, memelihara ayam sama dengan memelihara manusia. Butuh kandang, makan, minum, obat-obatan, kebersihan juga keamanan. Sangat tidak ekonomis karena butuh modal untuk memeliharanya.

Lagi pula secara realitas kehidupan warga masyarakat khususnya wilayah perkotaan, yang sangat padat penduduknya dan memiliki resiko stunting tinggi, sangat sulit untuk memelihara ayam, kecuali bagi mereka yang memiliki lahan pekarangan lebih yang bisa dijadikan kandang ayam.

Pun secara realitas kehidupan warga  masyarakat, penjagaan terhadap satu ekor ayam juga  sangat sulit, sebab ancaman keamanannya bisa datang dari berbagai sudut. Bisa dari tikus got, musang, atau bahkan manusia yang suka maling ayam. Nah kan jadi malah kurang produktif.  Belum lagi kalau lagi musim wabah penyakit, satu hembusan angin saja, sekomplek ayam bisa mati semua. Mungkin orang peternakan sangat faham mekanisme ini.

Karenanya, untuk mencegah kasus stunting pada anak, sebetulnya mudah saja, yaitu cukupkan gizi keluarga, cukup untuk dikonsumsi oleh setiap individu dalam keluarga. Hitungannya adalah kebutuhan makan tiap individu keluarga bukan perkepala keluarga.

Caranya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang halalan toyyibah, empat sehat lima sempurna. Tidak mengandung bahan pengawet dan bahan-bahan yang berbahaya jika masuk kedalam tubuh semisal formalin dan boraks. Juga cara mengolah makanannya harus benar sehingga tidak menghilangkan zat gizi yang dikandungnya.

Karenanya wajiblah selalu tersedia bahan makanan halalan thoyyibah yang mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh seluruh warga masyarakat, yang mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh, yaitu karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral.

Zat gizi yang diperlukan tubuh bisa berasal dari tumbuhan ataupun hewan, misalkan sumber karbohidrat adalah beras, jagung, gandum, singkong, kentang dan yang sejenisnya. Sumber vitamin dan mineral misalnya sayuran hijau, bayam, kangkung, brokoli,  jagung, dan yang  sejenisnya. Sumber protein misalkan  susu, telur, ikan, ayam, sapi dan yang sejenisnya. Mungkin orang gizi sangat faham atas hal ini.

Karenanya bicara stunting berarti bicara kebutuhan makan manusia. Kurang makan makanan bergizi akan berakibat stunting.  Kurang lebih seperti itu.

Maka wajiblah bagi negara membuat regulasi yang memudahkan warga masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan dengan harga terjangkau. Dan Harga terjangkau ini hanya bisa stabil terus menerus, manakala dipasar tidak terjadi penimbunan barang yang  diperlukan dan dibutuhkan warga masyarakat, manakala tidak terjadi monopoli pasar oleh sekelompok oknum, atau manakala sumber daya alam dikelola sesuai aturan, sehingga setiap orang mampu dan mudah mendapatkan barang kebutuhan hidup yang dibutuhkannya, dalam hal ini makanan. Para nelayan mudah melaut untuk mendapatkan ikan yang bisa dimakan dan dijual. Petani mudah mengolah dan menggarap tanahnya hingga diperoleh hasil panen yang bisa digunakan untuk makan dan dijual kepasar. Para profesional mudah memperoleh bahan makanan dipasar tanpa harus menemui kasus penipuan dan penimbunan.

Karenanya memang hanya negara yang memiliki peran besar dalam menjamin ketersediaan bahan makanan pokok bergizi bagi seluruh warga masyarakat, untuk mencegah stunting. Dengan kekuatan besar yang dimilikinya yaitu dengan membuat sejumlah regulasi yang pro rakyat dan manusiawi. Semisal memberikan subsidi bagi seluruh barang kebutuhan pokok sehingga harga tetap terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Masyarakat bisa membeli makanan yang dibutuhkannya dengan wajar. Ataupun negara melarang terjadinya penimbunan bahan makanan pokok yang menyebabkan warga masyarakat sulit untuk memperoleh barang yang dibutuhkannya, dengan memberikan sangsi tegas bagi pelaku penimbunan, berupa sangsi yang bisa membuat jera pelaku.

Karenanya, kuranglah tepat jika mencegah stunting adalah dengan memelihara satu ekor ayam untuk satu keluarga, apalagi ditengah kondisi tidak semua warga masyarakat memiliki kelebihan lahan pekarangan rumah untuk dijadikan kandang ayam juga fluktuatifnya harga pakan ayam juga obat-obatannya.

Alih-alih mencegah stunting, yang ada justru uang belanja berkurang, karena digunakan untuk beli pakan ayam dan biaya perawatannya.*


latestnews

View Full Version