View Full Version
Rabu, 01 Jan 2020

Mata-mata Cina

Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik)

Pembelotan mata mata Cina atau Tiongkok di Australia Wang "William" Liqiang yang membeberkan peran Pemerintah Komunis Cina di Taiwan, Hongkong dan Australia telah membuka mata dunia betapa telah merajalelanya "kepentingan Cina" di berbagai belahan dunia.

Australia saja berhasil ditembus. Pembelotan Wang Liqiang adalah berkah dari kewaspadaan dan mushibah dari misi jahat ikut campurnya Pemerintah Cina di berbagai negara dunia. Intelijen Cina termasuk yang apik dan sukses melaksanakan tugas intelijen saat ini.

Australia juga sedang melakukan investigasi kemungkinan penyusupan aksi spionase di parlemen. Bo "Nick" Zhao dicurigai. Sementara 2 mata mata Cina di Perancis ditangkap. Keduanya eks agen DGSE yang dibeli oleh Cina. Di AS Jerry Chun Shing Lee dihukum 19 tahun atas kejahatan mata mata. FBI tengah menyelidiki puluhan orang yang dicurigai sebagai agen dan mata mata Cina.

Jika di negara seperti Australia, Perancis, dan Amerika saja begitu berani agen agen Cina berkeliaran, apalagi di Indonesia yang "lebih familier" saat ini. Nampaknya akan lebih mudah menyebarkan spion. Bukan saja daya tangkal kita yang lemah, bahkan tampak sangat "welcome" sekali.

Proyek OBOR Cina yang disambut gembira dan disiapkan lahan di berbagai bagian strategis pulau nusantara Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, lalu investasi Cina yang berbarengan dengan "ekspor" TK Cina, pabrik Cina jadi kerajaan kecil yang memperbudak pribumi, Pejabat Partai Komunis Cina yang berpelukan di Istana, kerjasama "perkaderan" beberapa Partai Politik besar di Indonesia dengan Partai Komunis Cina, telah menunjukkan bahwa situasi rawan. Darurat Cina.

Luar biasa nafsunya penguasa untuk memindahkan ibukota negara ke Kalimantan. Hal ini bisa menjadi pintu kerawanan baru. Proyek yang dikerjakan adalah momen kedatangan resmi dan tidak resmi TK Cina. Boncengan spionage mesti diwaspadai. Kalimantan sangat strategis untuk diolah menjadi "New Singapore" jika tidak diantisipasi lebih dini. Kita yakin Jokowi bukan agen, akan tetapi agen agen bisa berupaya mendekat pada Jokowi.

BIN, BAIS, Badan Intelijen Polri atau lainnya mesti meningkatkan kewaspadaan akan bahaya besar Negara ke depan. Kita sulit memperlakukan agen agen Cina seperti Australia. Kemampuan kontra intelijen, uang, atau perlindungan sulit untuk menciptakan pembelot. Karenanya kembali kepada kemauan, kemampuan, dan keberanian kita sendiri sebagai pokok untuk menangkalnya.

Mata-mata Cina memang sipit akan tetapi bisa membuat melotot atau terbelalak pengusaha, pejabat, dan warga. Kekuatan uang yang dibantu taipan bisa menjadi luar biasa. Jumlah orang keturunan Cina di Indonesia sangat besar.

Tanpa pengendalian kebijakan atau peraturan maka mata mata Cina akan merajalela. "Early warning system" harus dipasang dengan sinyal kuat. Moga para penyelenggara negara tidak mudah tergoda. Jangan jual atau gadaikan Negara.

Mari kita buat aturan untuk menghukum berat para penghianat.


latestnews

View Full Version