View Full Version
Senin, 13 Jan 2020

Mahalnya Sebuah Kursi

Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)

Terungkapnya skandal perolehan sebuah kursi seorang anggota de-pe-er Pengganti Antar Waktu (PAW) seharga Rp.900 juta, mudah-mudahan menjadi kunci pembuka awal dari sebuah fakta bukan misteri lagi soal perolehan kursi dewan yang kadung selama ini disebut terhormat.

Perolehan kursi dengan menghalalkan segala macam cara tak terkecuali dengan suap-menyuap, masih layakkah yang bersangkutan menyandang gelar anggota dewan yang terhormat?

Sungguh sangat eronis di satu sisi hanya untuk memperoleh satu kursi dalam jangka lima tahun saja harus menggelontorkan dana sebesar Rp.900 juta, sementara di sisi lain pascabencana banjir dan longsor masih banyak korban yang masih membutuhkan uluran bantuan.

Gebrakan kepengurusan baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan OTT-nya semoga terus ditindaklanjuti proses hukumnya sehingga masyarakat sedikit punya harapan di tengah-tengah kondisi negeri yang terus digerogoti tikus-tikus berdasi.

Uji nyali bagi KPK pascaOTT, apakah OTT hanya sekadar pencintraan? Buktikan hasil OTT-mu bukan hanya pencitraan. Masih punya keberaniankah KPK terus mengembangkan hasil OTT walau harus berhadapan dengan si pemelihara tikus-tikus berdasi?

Kita tunggu kemampuan dan keberanian KPK untuk membongkar skandal mahalnya sebuah kursi seharga Rp.900 juta.


latestnews

View Full Version