View Full Version
Sabtu, 23 May 2020

Idul Fitri Serentak, Awal Persatuan Ukhuwah yang Tak Terkoyak

 

Oleh:

Henyk Nur Widaryanti

 

TAK terasa 30 hari puasa hampir berlalu. Ramadhan sebentar lagi kan berakhir. Kaum muslimin akan menyambut kedatangan hari nan fitri. Hari yang ditunggu-tunggu setelah berpuasa selama sebulan penuh. Tentunya ada yang berbeda di hari ini. 

Pertama, kita merayakan hari raya di tengah kondisi pandemi. Di beberapa daerah akhirnya tak bisa dilaksanakan shalat Idul Fitri berjamaah seperti biasa. Namun demikian, kita tetap berharap meskipun perayaan hari raya ini tak seramai biasanya tapi maknanya tak akan berkurang di mata kita. 

Justru di sinilah momen kita untuk saling memperhatikan dengan sesama. Saling menolong. Dan saling berbagi. Apalagi saat ini kita dibiarkan berfikir tentang hidup kita sendiri. Kesehatan, makanan, keselamatan semua harus kita fikirkan sendiri. Maka, tak ada yang bisa kita lakukan kecuali membuka hati dan mata untuk saling menolong satu dengan yang lain. 

Kedua, hari raya kali ini akan diadakan serentak di seluruh penjuru dunia. Hasil ru'yat global memutuskan tidak dilihatnya hilal dari ujung timur dunia hingga ujung barat. Akhirnya, Ramadhan digenapkan 30 hari. Alhamdulillah, kita dapat merasakan hari raya bersama-sama. 

Hari raya kali ini mengandung sebuah makna yang tegas. Bahwa harusnya sebagai umat yang satu, kita kaum muslimin tak perlu berbeda dalam melaksanakan hari raya. Kita sebagai kaum muslimin yang sama dimana pun berada, harusnya bersatu dalam naungan syahadat. 

Alangkah indahnya sebuah persatuan. Di mana satu sama lain akan saling memberikan pertolongan. Satu sama lain akan saling meringankan dan memperhatikan. Apalagi saat ini masa pandemi. Allah memberikan tanda agar kita kaum muslim kembali ke jalan-Nya. Jalan yang diridhai-Nya. Dengan taubatan nasuha tentunya. 

Meskipun kita merayakan hari raya di tengah pandemi. Yang tak semeriah biasanya. Tahukah kita dengan saudara di belahan lain? Di Xianjiang, Palestina, Moro, India, Myanmar dan tempat lainnya, apakah mereka bisa merayakannya? Kita di sini masih bisa makan dan minum sepuasnya. Sedang mereka? Bisa jadi tak sempat berfikir mau makan apa. Untuk bertahan hidup saja mereka kesulitan. 

Inilah makna persatuan. Persatuan tak sekadar sama hari raya. Tapi persatuan itu bersimpati sekaligus berempati dan mengulurkan tangan. Tak cukup kita hanya memberikan bantuan harta. Karena harta bisa habis. Harta juga bisa saja tak sampai ke mereka. Tapi memberikan kebebasan kepada mereka. Bebas beribadah. Bebas bernafas. Bebas melakukan apapun. Tanpa tekanan dan ancaman. 

Kapan hal itu bisa terjadi? Harapannya segera. Dimulai dari perayaan hari raya Idul Fitri yang serentak. Dengan dorongan keimanan dan persaudaraan. Berpegang erat  dengan tali agama Allah. Maka, kita akan bisa bersatu dalam satu naungan Islam. Bukankah indah rasanya hidup bersama? Wallahu a'lam bishawab.*


latestnews

View Full Version