View Full Version
Rabu, 16 Sep 2020

Penusukan Syekh Ali Jaber: Antara Luka Ulama, Duka Umat, dan Dosa Penguasa

 

Oleh:

Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M || Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
  

ULAMA sekaligus pendakwah Syekh Ali Jaber ditusuk orang berinisial AA saat mengisi acara kajian di Masjid Fallahudin Bandar Lampung, pada Ahad 13 September 2020. Akibat serangan senjata tajam itu, Syekh Ali mengalami luka di lengan kanan bagian atas. Innalilahi wa innailaihi rojiun.

Kabid Humas Polda Lampung Komisaris Besar Zahwani Pandra Arsyad membenarkan peristiwa yang menimpa Syekh Ali Jaber. Pelaku langsung diamankan petugas dan saat ini sudah berada di Polsek Tanjungkarang Barat, Lampung. Syekh Ali sendiri telah mendapatkan pengobatan dan perawatan akibat luka tusukan yang cukup dalam. Mirisnya, menurut pemberitaan terakhir pelaku penusukan alami gangguan jiwa.

Syekh Ali bukanlah ulama yang pertamakali mendapatkan serangan. Pada April 2018 seorang Imam di Sidoarjo juga diserang oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Setahun kemudian, nyawa seorang Imam Masjid di Jambi terenggut akibat ditusuk oleh orang yang mengidap gangguan jiwa.

Betapa anehnya negeri ini, seorang ulama yang aktivitas sehari-harinya mulia karena penuh ikhlas mendakwahkan Islam untuk menjaga akidah umat, justru diserang. Keanehan berikutnya, pelaku selalu diidentifikasi sebagai orang yang sedang sakit jiwa. Seolah memberi pemakluman atas tindak kriminal karena dilakukan oleh orang yang tidak waras.

Sulit untuk dipercaya, bagaimana mungkin orang sakit jiwa mampu membawa-bawa senjata tajam apalagi sampai naik ke atas panggung dan menusukkan sajam ke orang tertentu? Bukannya yang biasa dibawa oleh orang sakit jiwa itu karung berisi sampah? Dari mana pula orang sakit jiwa bisa mendapatkan atau menyiapkan senjata tajam? Sungguh aneh!

Terlalu lugu bila aksi penusukan ini ditimpakan pada keteledoran panitia penyelenggara acara. Kejadian ini dengan jelas menunjukkan kegagalan negara menjaga keamanan bagi rakyatnya. Sarkasnya, negara telah gagal mengurus orang gila. Orang gila saja gagal diurus, apalagi mengurus negara dan memberi rasa aman pada seluruh rakyat.

Pesan penulis kepada para penguasa dan pemerintah negeri ini (terutama Bapak Menteri Agama Fachrul Razi), ternyata pelaku penusukan bukanlah santri-santri hafal Qur'an yang berparas good looking, pelakunya juga bukan dari kelompok radikal intoleran yang sering disebut-sebut. Jadi, hentikanlah melabeli saudara sendiri sesama umat Islam dengan label negatif.

Sebagai rakyat, umat sudah cukup lelah menahan beban hidup di tengah wabah, mengadu dan meminta pertolongan pada pemerintah justru direspon dengan kebijakan yang makin zalim dan menyengsarakan rakyat. Kini umat harus menahan duka melihat ulama yang senantiasa hadir di tengah-tengah mereka mendapat penyerangan dan persekusi. Sudah cukup, jangan lagi menambah daftar dosa dengan menyakiti hati umat Islam.

Ala kulli hal, apapun yang sudah terjadi kita doakan semoga para ulama yang Istiqamah mendakwahkan Islam di negeri ini senantiasa dilindungi oleh Allah SWT. Khususnya pada Syekh Ali Jaber, semoga tuan guru segera sembuh dan dapat melakukan aktivitas dakwah lagi seperti sediakala. Aamiin, Insyaallah.*


latestnews

View Full Version