View Full Version
Rabu, 12 May 2021

Kesenangan yang Melalaikan di Akhir Ramadhan

 

Oleh:

Adib Muhammad, S.Pd

 

“Dihatiku terpatri rindu yang belum terpenuhi,

Gundah gulana perpisahan,

Mengadu padaMu ya Robbi jangan akhiri...”

Sepenggal lirik lagu DNA Aditya mengisyaratkan bahwa Ramadhan akan segera berakhir. Rasa sedih bercampur senang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sedih karena merasa ibadahnya belum optimal selama bulan suci ini. Senang rasanya karena Allah akan menghadiahi Hari Raya Idul Fitri.

Kesenangan yang tak diimbangi dengan ketakwaan akan membawa kepada kelalaian. Bisa jadi kesenangan tersebut merupakan ujian dari Allah. Apakah manusia bisa menahan godaan yang sifatnya senang atau justru larut dalam kesenangan yang melalaikan. Benteng terkokoh yakni untuk selalu beristighfar, terus berdzikir dan berdoa. Di akhir Ramadhan banyak sekali hal-hal menyenangkan yang bisa menyebabkan lalai.

Pertama, sibuk mengunjungi pusat perbelanjaan. Jika diadakan survey kecil-kecilan di sekitar lingkungan kita, lebih ramai mana antara jamaah sholat tarawih dengan pengunjung toko baju? Lebih ramai mana antara mushola dengan swalayan? Diskon besar-besaran yang diberikan oleh pihak toko tentu akan menarik konsumen untuk membelinya. Fenomena ramainya pusat perbelanjaan menjadi tontonan setiap akhir ramadhan. Seoalah menjadi kebutuhan wajib saat lebaran yaitu pakain baru. Seyogyanya hal tersebut bisa diantisipasi dengan menggunakan pakaian lama yang masih layak. Jika pun harus membeli pakaian baru, maka membelinya bisa dilakukan sebelum ramadhan.

Kedua, terlena dengan pekerjaan. Beberapa profesi seperti berdagang biasanya di akhir ramadhan mengalami ‘prepekan’.  Dalam bahasa jawa prepekan memiliki arti membludaknya pembelanja di akhir ramadhan. Alhamdulillah bulan ramadhan memang mendatangkan rezeki yang berlebih. Syukur Alhamdulillah dagangannya laris melebihi dari penjualan di hari-hari biasa. Namun, jika tidak dapat mengelola waktu dengan baik maka kita akan terlewatkan dengan moment-moment indah di bulan ramadhan seperti tilawahnya menurun, tidak sempat iktikaf, sholat tarawih bolong.

Ketiga, terpaku di dapur. Menyiapakan hidangan spesial saat lebaran adalah bagian dari merayakan hari raya. Tujuannya yakni untuk menjamu sanak saudara yang bersilaturrahim. Islam menganjurkan untuk memuliakan tamunya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, para kaum hawa hendaknya juga memprioritaskan mana yang harus dimasak sekarang atau mungkin bisa dimasak besok lusa. Agar amalan-amalan sunnahnya tetap jalan, ikhtiar untuk memuliakan tamu juga tetap bisa diusahakan.

Beberapa hal di atas hanya sebagaian contoh hal-hal yang bisa melalaikan kita. Ramadhan adalah tamu istimewa. Jika di awal ramadhan kita tidak bisa menjemput dengan amalan-amalan istimewa maka sebisa mungkin kita antarkan kepergiannya dengan ahsanu ‘amala. Antarkan dengan amalan-amalan terbaik kita. Antarkan dengan peningkatan ibadah terbaik kita. Semoga kita semua tergolong ke dalam orang-orang yang bertakwa. Wallahu a’lam bisshawab.*


latestnews

View Full Version