View Full Version
Jum'at, 12 Nov 2021

Kapitalisme Produksi Anak Durhaka

 

Oleh: Miniarti Impi

Kasus-kasus kedurhakaan anak terhadap orang tuanya semakin hari semakin bertambah dengan berbagai macam latar belakang. Tidak mengherankan jika ini nantinya menjadi hal yang semakin lama akan menjadi hal wajar. Akibat derasnya gempuran pemikiran kapitalisme yang menyerang keluarga di Indonesia menjadikan halal haram bukan lagi menjadi patokan melainkan materi sebagai nilai tertinggi dalam keluarga. Dari sistem ini pula dihasilkan anak durhaka yang mati fitrah.

Seperti yang terjadi pada seorang ibu warga Magelang, Jawa Tengah dititipkan kepanti jompo oleh anak-anaknya dengan alasan mereka tidak bisa merawat Ibunya akibat kesibukan masing-masing. (Tribunnews.com)

Kasus yang lebih miris terjadi pada seorang pria lanjut usia seperti yang dilansir dalam serambinews.com,  seorang pria lanjut usia (lansia) akhirnya meninggal dunia disalah satu lokasi dalam wilayah Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Pria lansia yang diperkirakan berumur 80 tahun ini ditemukan oleh Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK) Dinsos Aceh yang berkoordinasi dengan pihak PMI dan  dan Polsek Meuraxa dalam kondisi lemah, nafas terengah-engah, dan tangan membengkak. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya pria ini mengaku dibuang oleh anak-anaknya ke lokasi itu sehari sebelumnya.

Sungguh disayangkan pengorbanan orang tua yang telah mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendidik seakan telah terhapus dari benak anak-anaknya. Padahal perjuangan pada masa-masa tersebut bukanlah hal yang mudah bagi orang tua. Diusia renta, disaat orang tua membutuhkan perawatan dan kasih sayang anak-anaknya, yang terjadi malah sebaiknya. Orang tua dititipkan di Panti Jompo, bahkan yang paling tragis ditinggalkan begitu saja dijalanan.

Orang-orang berlomba mendapatkan materi karena menganggapnya sebagai kunci kebahagiaan. Sehingga ketika salah satu anggota keluarga tidak memberi manfaat maka akan disingkirkan tidak terkecuali orang tua sendiri. Butuh perjuangan keras untuk tetap bertahan di sistem batil ini. Karena, sistem ini bukan hanya memproduksi kemiskinan massal, tapi juga mencontohkan pola lepasnya tanggung jawab negara terhadap kewajiban meriayah (memelihara kepentingan) rakyat.

Dari sistem kapitalisme ini dihasilkan anak durhaka yang mati fitrah. Sebab tidak ada pemahaman tentang memuliakan orang tua akibat kerasnya tekanan hidup. Mereka melepaskan orang tua untuk dirawat oleh lembaga sosial (panti jompo). Bahkan, ada yang menelantarkan orang tua mereka yang telah renta tergeletak, dibuang bagai sampah ke jalanan. Padahal, orang tua adalah salah satu pintu surga yang Allah berikan kepada manusia.  Dan durhaka kepada orang tua termasuk dalam kategori dosa besar yang balasannya akan didapatkan langsung didunia.

Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Ada seorang Arab Badui yang datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah dosa besar itu?". Lalu Rasulullah menjawab, "Isyrak (menyekutukan Allah)". Lalu orang Badui tersebut tanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Kemudian durhaka kepada dua orang tua,". Ia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Rasulullah menjawab, "Sumpah yang menjerumuskan". Aku bertanya, "Apa sumpah yang menjerumuskan itu?" Rasulullah kemudian menjawab, "Sumpah yang menjadikan dia mengambil harta seorang muslim". (Hadis Riwayat Bukhari).

Berbakti kepada orang tua telah diajarkan dan dicontohkan oleh umat islam terdahulu. Bahkan ketika seseorang berbakti kepada kedua orang tuanya, berarti telah berbakti pula kepada Allah dan Rasulnya.  Banyak kisah-kisah para sahabat tentang bakti kepada orang tua. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah Uwais Al-Qarni.

Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan pemuda yang  pernah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pemuda yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit. Karena bakti yang tulus dan ikhlas kepada ibundanya, membuat nama Uwais Al-Qarni terkenal di langit, meski di bumi ia bukan siapa-siapa.

Sistem Islam telah terbukti berhasil mendidik generasi emas yang unggul, bermental juara, bukan generasi durhaka yang tidak beradab. Negara benar-benar menjalankan perannya sebagai penjaga keluarga dari berbagai gempuran ide yang berbahaya dan merusak. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version