View Full Version
Senin, 29 Nov 2021

Jebakan Busuk Itu Bernama Terorisme

 

Oleh:

Fita Rahmania, S. Keb., Bd.

 

PASCAPERISTIWA 11 September 2001 silam bertepatan dengan runtuhnya gedung WTC (World Trade Center) di Amerika Serikat, isu perang melawan terorisme seakan tidak pernah surut. Bahkan tetap aktual hingga sekarang. Isu ini sengaja di-update terus-menerus oleh negara imperialis dan antek-anteknya ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.

Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim dianggap perlu untuk turut mengkampanyekan gagasan antiterorisme tersebut. Sebab, mindset teroris yang selama ini dibangun selalu identikkan pada kaum muslimin. Mereka yang berjuang ingin menerapkan aturan Islam kafah bahkan sering disebut radikal, teroris, jihadis, ataupun fundamentalis.

Berbagai program pun dirilis oleh pemangku kebijakan negeri ini demi mewujudkan penanggulangan aksi terorisme. War on terrorism (WoT) atau perang melawan terorisme merupakan salah satu main programnya yang tidah pernah terlewatkan. Berbagai bentuk pengintaian, penyelidikan, hingga penangkapan pun konsisten mereka lakukan dari tahun ke tahun.

Di penghujung tahun ini misalnya, isu terorisme kembali sempat merebak. Seperti dikabarkan oleh voaindonesia.com, pasukan kontraterorisme Densus 88 telah menangkap 24 orang atas dugaan penggalangan dana untuk Jemaah Islamiah (JI), kelompok ekstremis terkait Al-Qaeda yang dituduh melakukan beberapa serangan militan terbesar di Tanah Air. Para tersangka telah mengumpulkan dana untuk JI melalui dua yayasan amal Islam dan penangkapan mereka akan membantu membangun gambaran pendanaan militan di Indonesia, ujar Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Polri Kombes Aswin Siregar sebagaimana dikutip dari Reuters. JI dituduh mendalangi pemboman Bali tahun 2002 di dua klub malam, yang menewaskan lebih dari 200 orang, termasuk banyak warga Australia, dan beberapa serangan mematikan lainnya di Ibu Kota Jakarta.

Baca: Urgen, Mari Support Dakwah Media Voa Islam

Setali tiga uang, kabar ini juga berhembus bersama penangkapan tiga orang terduga teroris yang salah satunya merupakan pengurus MUI pusat, Selasa (16/11). Diketahui ketiga terduga teroris itu salah satunya merupakan anggota Majelis Ulama Indonesia(MUI), Zain An-Najah, lalu Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) Ustaz Farid Okbah, dan seorang berinisial AA. Densus 88 sudah menetapkan ketiga terduga teroris yang dibekuk itu menjadi tersangka dugaan tindak pidana terorisme, karena diduga terlibat dengan jaringan terorisme Jamaah Islamiyah (JI). (cnnindonesia.com).

Akibatnya, perbincangan mengenai Densus 88 pun menempati pembicaraan terpopuler di Indonesia dengan lebih dari 21 ribu cuitan. Tuntutan pembubaran MUI pun menggema di dunia maya. Tagar tandingan seperti #dukungMUI juga turut memuncaki topik di ruang publik sebagai bentuk dukungan masyarakat pada MUI. Pihak yang menuntut pembubaran MUI menyebut lembaga ini sebagai sarang teroris.

Penolakan datang dari Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas. Ia menentang keras segala upaya yang mengganggu eksistensi MUI. Sebab, ia meyakini MUI merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari Indonesia. Menurutnya, tidak tepat kalau meminta MUI bubar hanya lantaran satu orang terduga terlibat terorisme. Ia mengibaratkan andaikan satu WNI terlibat terorisme, tidak lantas menuntut Indonesia bubar juga. (Republika, 20/11/2021)

Dalam menyikapi permasalahan ini, masyarakat membutuhkan kejelian dan kehati-hatian ekstra agar tidak terjebak dalam perangkap busuk yang menggunakan isu terorisme sebagai alat untuk memojokkan Islam. Bagai memancing di air keruh, para pembenci Islam melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk membungkam ulama kritis dan lurus.

Entah kebetulan atau tidak, pascaijtimak ulama MUI yang menyatakan jihad dan khilafah adalah ajaran Islam, terorisme kembali menggoyahkan umat. Sebagaimana kita ketahui, jihad dan khilafah selalu terstigma sebagai ajaran radikal yang memicu terorisme.

Padahal, ajaran Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT tentu tidak pantas diidentikkan dengan hal-hal yang berbau keji. Adapun jihad dan khilafah nyatanya sudah jelas ada dalam ajaran Islam. Tak seperti aksi teror, jihad dan khilafah memiliki mekanisme tersendiri yang penerapannya harus berlandaskan pada ketentuan syara’.

Oleh karena itu, kaum muslimin penting memahami Islam secara utuh agar dapat menangkal isu terorisme ini yang semata-mata menjauhkan Islam dari pemeluknya. Serta, kaum muslimin harus membersihkan cap teroris dari dirinya dengan meluruskan pemahaman yang salah tentang Islam menjadi pemaham yang benar sesuai syariat Islam.*


latestnews

View Full Version