View Full Version
Jum'at, 24 Jun 2022

Menyucikan Allah Yang Maha Tinggi

Oleh Ustaz Bachtiar Nasir

 

ALLAH subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi.” (QS al-A‘la [87]: 1)

Banyak sekali kata tasbih disebutkan dalam Al-Qur’an. Dalam bentuk yang bermacam-macam ia disebutkan 87 kali; baik dalam bentuk madhi (kata lampau), mudhari‘, amr (perintah), masdar, dan ism masdar. Kata-kata tasbih pada ayat ini berbentuk kata perintah.

Tasbih adalah menyucikan Allah baik secara keyakinan, perkataan, dan perbuatan dari hal-hal yang tidak layak untuk disematkan kepada Allah Yang Maha Suci.

Bertasbih secara ringkas berarti menyucikan Allah semua hal-hal yang tidak pantas, baik dalam bentuk sifat maupun perbuatan.

Misalnya dalam keseharian, jangan menyebut nama Allah di tempat yang kotor, jangan mengidentikkan Allah dengan hal-hal yang kotor, jangan berbicara tentang Allah dengan candaan-candaan yang merendahkan sifat Allah, dan jangan juga mendamprat takdir Allah.

Jangan sebut nama Allah sedang hatimu tidak sedang mengagungkan-Nya. Jangan membaca Al-Qur’an sedang hatimu masih lalai mengingat Allah.. ini berarti kamu tidak sedang menyucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Misalnya juga, jangan berdzikir sementara prilakumu tidak menunjukkan bahwa kamu sedang berdzikir kepada Allah.

Dalam menyebut nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan membaca kitab suci-Nya, jangan dalam keadaan tidak mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Termasuk benda-benda yang tertulis lafzhul jalalah Allah, dan asmaul husna dan sifat-sifat-Nya yang Tinggi tidak boleh dibawa ke tempat-tempat kotor, bukan hanya di toilet, di semua ruang-runag yang hina, dan di tempat-tempat maksiat juga sucikanlah Allah subhanahu wa ta’ala. Ini dari hal yang sederhana.

Di dalam surah al-A‘la ayat 1, kita diperintahkan untuk menyucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari sisi tauhid rububiyyah.

Dari hal yang sederhana, ketika kita melihat ciptaan-ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka lihatlah matahari yang energinya tidak habis, tidak ada yang bisa merubah matahari yang terbit dari timur menjadi terbit ke barat maka bertasbihlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika sunrise dan sunset, sucikanlah Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu juga ketika berada di pantai melihat lautan, sucikanlah Allah subhanahu wa ta’ala:

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran (3) : 191)

Orang-orang yang terbiasa menyucikan Allah dari hal-hal yang sederhana, -in syaa Allah- dia termasuk orang yang disucikan Allah subhanahu wa ta’ala dan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan hidupnya akan penuh dengan keberkahan.

Seandainya Nabi Yunus `alaihis salam bukan orang suka bertasbih tentu ia akan berada dalam perut ikan hingga hari dibangkitkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (Q.S. ash-Shaffat (37) : 142-144)

Ketika kita menggunakan akal pikiran kita dan berangkatnya dari menyucikan Allah subhanahu wa ta’ala, maka kita akan menemukan hal-hal hebat dalam hidup kita. Dan puncaknya adalah ketika Allah memberikan taufik-Nya kepada kita untuk senantiasa bertasbih kepada-Nya.

Ketika sujud dan ruku’ kita semua bertasbih kepada-Nya, akan tetapi sedikit yang memahami apa maksud dari bacaan tasbihnya. Apa maksud dari subhaana rabbiyal ‘Azhiim wa bihamdihi? Apa maksud dari subhaana rabbiyal A‘laa wa bihamdihi?

Seandainya kita faham ketika ruku‘ kita menyucikan Allah yang Maha Agung dan ketika sujud kita menyucikan Allah yang Maha Tinggi, maka tentu kita akan seperti para sahabat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam yang kuat berlama-lama dalam sujud dan ruku’nya.

Ketika kita paham bahwa ketika kita shalat kita menyucikan Allah subhanahu wa ta’ala tentu kita akan menikmati shalat kita dan memperbanyak rakaat shalat. Kenapa kita harus bertasbih atas nama Allah Yang Maha Tinggi?

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman.” (Q.S. al-A‘laa [87] : 2-5)

Pertama, kita bertasbih kepada Allah, karena Alla-lah yang menciptakan kita dari belum ada sebelumnya tanpa contoh, dan Allah menyempurnakan penciptaan manusia.

Kalau ingin menjadi seorang yang senang bertasbih, maka ingatlah Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakanmu dan menyempurnakan penciptaanmu.

Kedua, Allah telah menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.

Lihatlah kaki dan tangan kita, keduanya seimbang, dan lihatlah anggota tubuh kita dan keinginan-keinginan kita. Allah juga memberikan hidayah-Nya kepada kita, agar keinginan kita senantiasa meraih hal-hal yang bermanfaat.

Ketiga, Allah telah menumbuhkan rumput-rumputan.

Ketika kita bisa makan daging kambing dan sapi itu karena hewan itu makan dari rerumputan. Dan Allah-lah yang menumbuhkan rerumputan tersebut

Keempat, dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman

Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa merubah rerumputan tersebut menjadi kering. Begitu pula manusia yang segar kemudian seiring usia tubuhnya layu dan rapuh tulangnya.

Mari kita perbanyak bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika bersujud ingatlah ayat-ayat tersebut (al-A‘laa : 1-5) maka kamu akan menikmati sujudmu dan semakin sempurnalah tasbihmu.

لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al-Anbiya’ (21): 87)

Inilah tasbih Nabi Yunus `alaihis salam yang membuatnya terbebas dari berbagai kegelapan dan Ia pun terselamatkan.

Perbanyaklah bertasbih, maka kita akan menjadi orang yang beruntung. Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan dicintai ar-Rahman:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيمِ

 


latestnews

View Full Version