View Full Version
Senin, 08 Aug 2022

Menebar Cahaya di Tengah Gempuran Budaya Jepang

 

Oleh:

Hana ‘ Nabilah || Aktivis Fikrul Islam

 

JEPANG dikenal sebagai negara maju dikarenakan memiliki tingkat penerapan teknologi dan sains yang tinggi, serta kekreativitasan orang-orangnya yang luar biasa. Salah satu produk hasil  kreativitas mereka yang paling menonjol adalah anime (animasi asal Jepang). Bahkan, anime menjadi tonggak budaya populer Jepang yang menyebar ke seluruh dunia.

Dengan segala pesonanya, Jepang mampu membuat setiap orang ingin mengunjunginya. Berbagai keindahan alam dan ragam kuliner yang otentik tersaji dengan harmonis. Sehingga berdampak pada tingkat inbound tourism (turis yang masuk ke suatu negara) di Jepang meningkat hingga melebihi tahun-tahun sebelumnya sebelum virus corona (COVID-19) menghentikan semuanya (pikiranrakyat.com, 3/8/2022).

Tidak hanya di sektor pariwisata, di sektor pendidikan dan perindustrian juga banyak diminati oleh orang-orang dari negara asing. Diberitakan oleh media Ohayo Jepang bahwa terdapat sebanyak 1.460.463 pekerja asing di Negeri Sakura tersebut. Sedangkan jumlah pelajar asing di tahun 2019 sebanyak 310.000 orang. Angka itu turun 20% dalam dua tahun setelahnya akibat pandemi virus korona.

Selain itu, yang tak kalah unik dari Jepang adalah budayanya. Daya tarik Jepang adalah budaya, teknologi dan alam yang berdampingan. Namun, ternyata budaya yang dimiliki oleh Jepang beberapa ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, meminum sake, memiliki dua atau lebih agama dalam kehidupan seseorang, menganggap seks bebas suatu yang lumrah, dan sering bunuh diri. Hal ini tentu perlu diketahui oleh umat muslim yang ingin berkunjung atau tinggal di Jepang dalam jangka waktu tertentu.

Memiliki kepribadian Islam yang kokoh di tengah gempuran budaya asing bagaikan menebar cahaya dalam kegelapan. Setiap diri seorang muslim harus sadar benar akan identitasnya sebagai muslim yang harus bisa berusaha tetap berpegang pada syariat Islam. Jika kita tidak lagi berpegang pada syariat dan malah mengikuti budaya asing yang bertentangan dengannya, maka sama halnya kita sudah menduakan Allah SWT. Sebab, ketakutan seorang muslim hanya layak pada Allah SWT semata bukan yang lain. Sebagaimana di dalam Al Qur'an surah Al-Baqarah ayat 150:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ

"Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk."*


latestnews

View Full Version