View Full Version
Senin, 10 Feb 2014

Sarifuddin Suding : Bubarkan BNPT Gagal Menangani Teroris

JAKARTA (voa-islam.com) - Segala macam kebijakan, tindakan, bahkan rekayasa sudah dilakukan Kepala BNPT, Ansyaad Mbay, termasuk membuat kebijakan “deradikalisasi”, yang tujuannya melakukan penghancuran secara total terhadap pengaruh kekuatan kelompok mujahidin di Indonesia.

Selanjutnya, melalui ulama-ulama dan sejumlah tokoh, usaha yang disebut dengan deradikalisasi itu, berjalan di seluruh Indonesia.

Namun, ketika rapat kerja (Raker) antara Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan Komisi III DPR, berlangsung tegang dan panas. Berbagai kritik pedas terhadap Ansyaad Mbai dari anggota Komisi III, bermunculan dengan nada yang tinggi. Sehingga, suasana menjadi  tidak nyaman bagi Ansyad Mbai.

Hal itu berlangsung saaat Kepala BNPT Ansyaad Mbai bersitegang dengan Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Hanura Sarifuddin Sudding. Keduanya adu argumen soal teroris dalam raker di ruang Komisi III DPR, Senin (10/2/2014).

Kejadian diawali saat Sudding menilai Kepala BNPT Ansyaad Mbai tak lebih hanya sebagai pengamat teroris, bukan Kepala BNPT. Hal ini didasari kinerja BNPT dibawah Ansyad, tidak punya peran signifikan.

"Ansyaad lebih cocok jadi pengamat saja. Karena sering mengomentari apa yang dilakukan orang lain. Terus terang saja, tidak jelas capaian-capaian BNPT ini," tegas Sudding dalam rapat tersebut, Senin (10/2/2014).

Selain itu, Sudding juga meminta BNPT dibubarkan karena tidak pernah bisa menangani teroris yang saat ini semakin menjamur di Indonesia. "Saya curiga teroris ini malah dipelihara. Sekarang teroris ini hanya untuk pengalihan isu," imbuhnya.

Sudding juga meragukan kinerja BNPT selama ini. Sebab terkadang kasus-kasus penangkapan teroris dijadikan sebagai pengalihan isu besar. Seperti teroris di Poso muncul saat polemik pembebasan Corby yang sekarang menjadi kontroversi yang dahsyat, dan langsung menghantam SBY. Sekarang,"Ini Poso jadi alat pengalihan isu. Saya meminta BNPT dibubarkan," tegasnya.

Menanggapi pernyataan-pernyataan ini, Ansyaad langsung bereaksi keras. Dia menyamakan Sudding dengan kelompok teroris. "Pak Suding, ini selama tiga tahun berturut-turut pertanyaannya sama. Sejak dulu teroris memang ingin BNPT bubar," sindirnya.

Ansyaad menantang Sudding dan juga anggota Komisi III lainnya untuk datang ke Kantor BNPT bila ingin mengetahui hasil dari kinerja BNPT. "Kalau bapak tidak puas, silahkan bapak datang ke kantor," tantangnya.

Poso Menjadi Panggung Sandiwara

Dibagian lain pegamaat kontra terorisme dan Direktur CIIA (Community Of Ideological Islamic Analyst) Harits Abu Ulya menilai Polri tidak serius memberantas teroris, dikhususnya jaringan Poso, Sulawesi Tengah. "Ada indikasi-indikasi seolah perburuan Santoso (terduga teroris) ini dijadikan proyek anggaran dan jabatan orang-orang oportunis," ujar Harits di Jakarta, Sabtu (8/2/2014).

Ia menjelaskan gelombang pertama peleton tempur Brimob Kelapa Dua Depok dikirim ke Poso pada Oktober 2013. Ada 32 personil dengan senjata M14 dan Glock. Selain itu, ada sniper. Pasukan tersebut rata-rata mempunyai pengalaman lima kali berangkat ke operasi di daerah konflik. Dilatih di Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur (Jatim) dan Kelapa Dua selama tiga bulan. "Ini di luar Tim CRT (Crisis Respond Team) untuk medan perkotaan," imbuh Harits.

Menurutnya, pasukan itu lebih sibuk memangkas jalur logistik dan tidak mengejar ke gunung. Padahal, kawasan pegunungan dijadikan tempat persembunyian, karena kelompok terduga teroris lebih paham medan.  Kelompok terduga teroris memahami kondisi daerah di sana, tetapi minim logistik. Sedangkan aparat full logistik, personel melimpah, dan persenjataan yang canggih, tetapi tidak menguasai medan dengan detail.

Semestinya pasukan Brimob antigerilya sudah bisa menutupi kekurangan ini. Baik dengan melakukan maping atau meminta bantuan ke TNI. "Drama perburuan Santoso dibuat dalam rentang waktu yang panjang dengan judul perburuan teroris. Saya melihat Poso menjadi panggung saiwara," katanya.

Poso menjadi panggung sandiwara menjelang pemilu 2014, di mana seakan Indonesia menghadapi ancaman teroris ungkap pejabat polisi di Jakarta. (dbs/afgh/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version