View Full Version
Selasa, 03 Dec 2019

Jati Diri Muslim Modern dan Kesempurnaan Islam

BERKUMPUL bersama dan duduk menyimak tausiah dari ulama adalah bagian rizki. Khususnya bagi Saya dan muslim/muslimah yang merantau di negeri minoritas muslim. Alhamdulillah Saya berkesempatan menghadiri kajian Ustadz Adi Hidayat (UAH) Pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2019 lalu. Kajian ini diselenggarakan oleh KIBAR (Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya) dan Karisma (Keluarga Islam Manchester).

Ustadz Adi Hidayat membuka ceramahnya dengan menjelaskan  3 hal yang Nabi Muhammad lakukan jika ada di tempat, situasi dan momentum baru, yaitu:

  • Memaksimalkan ibadah di tempat tersebut. Contoh ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dalam tarikh disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw membangun masjid ketika tiba di sana. Tarikh itu bukan hanya sekedar cerita, tapi mengandung hikmah yang bisa dipetik di kemudian hari. Jadi, bagi siapa saja yang sedang berada di tempat baru, di belahan dunia mana saja jangan sampai kedekatan kepada Allah berkurang. Tempat tersebut kelak akan menjadi saksi.

  • Membangun persaudaraan dengan sesama. Rasulullah saw setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Mempersaudarakan Aus dan Khajraj. Di dalam al Quran ada salah satu surat yang bernama Al Jumuah. Secara Bahasa Al Jumu’ah bermakna hari perkumpulan. Sebelum ada nama hari jum’at, hari tersebut dinamai ‘yaum al ‘arubah’ yang artinya hari berbangga-bangganya orang Arab.  Hari berkumpulnya 3 golongan yaitu taajir (pedagang), syaa’ir (penyair), dan saahir (penyihir). Hari dimana orang-orang Arab menampilkan hasil dagangannya, menampilkan puisinya dan temuan sihirnya. Ketika Islam datang dan turun QS. Al Jumu’ah ayat 9 :”Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru  untuk menunaikan shalat jum’at maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. Dari sini kita bisa mengambil hikmah. Harus beda antara berkumpulnya orang-orang beriman dengan yang tidak beriman. Jadi, tidak hanya sekedar berkumpul dan bersaudara.

  • Membahas tema-tema tertentu.

Setelah membahas 3 hal tersebut, barulah tema utama dibahas tentang Jati Diri Muslim Modern. Beliau menjelaskan bahwa sesungguhnya setiap muslim itu modern. Maksudnya ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu bisa diterapkan di sepanjang zaman. Jika Nabi Adam sampai nabi Isa itu diturunkan hanya terbatas pada komunitasnya, maka Nabi Muhammad saw tidak. Setiap kitab yang diturunkan kepada nabi yang diberikan kitab oleh Allah adalah petunjuk. Namun, Al Quran disebutkan dalam al Quran sebagai Hudan linnaas, petunjuk bagi seluruh manusia. Alquran adalah sebuah petunjuk dan sumber dari ajaran Islam yang sempurna.

Kesempurnaan Islam, bisa dilihat dalam 2 hal yakni dalam Pengetahuan dan Kehidupan. Pertama, mengenai pengetahuan. Pengetahuan lawannya adalah bodoh (Al jahlu). Jaahil (orang yang bodoh). Jaahiliyah (kebodohan). Islam turun di Mekkah yang pada saat itu diapit oleh dua imperium besar, yakni Romawi dan Persia. Hal ini untuk menunjukkan betapa dahsyatnya al Quran yang bisa merubah, mengangkat masyarakat jahiliyah Mekkah dari titik nadir menjadi khairu ummah. Maka lahirlah peradaban Islam. Jika mau maju kembali kepada al Quran. Tidak ada negara yang maju tanpa banyak riset, tanpa banyak pengetahuan.

Ayat pertama yang diturunkan dalam al Quran adalah Iqra. Perintah untuk membaca, meneliti. Ini tiada lain perintah melakukan riset. Orang yang mencari ilmu disebut mujahid jika ia beriman, berkhidmat, beribadah, beramal shalih. Bukan hanya datang, belajar, ujian lalu pulang. Iman seseorang akan mendorongnya serius dalam belajar.

Sehingga ia menjadi tafaqquh. Tafaqquh, dalam bahasa Arab, terdapat tambahan huruf ta yang bermakna ada upaya serius dan sungguh-sungguh. Ada tambahan tasydid yang menunjukkan ada tantangan, kesulitan dan hambatan. Jangan kamu belajar kecuali paham dengan apa yang kamu pelajari. Al quran banyak mendorong melakukan riset. Contoh ayat tentang ajakan bagi kita untuk berpikir bagaimana unta diciptakan. Jadi, sebetulnya kebiasaan riset adalah kebiasaan muslim.

Kedua, mengenai kehidupan. Islam Tidak hadir kecuali membawa nilai-nilai positif dan komprehensif dalam kehidupan. Dalam setiap waktu dan tempat. Tergambar setidaknya dalam 3 hal: yakni dalam moral, fisik dan aktifitas. Semua dari A sampai Z mengenai moral , fisik dan aktifitas diatur dalam Islam.  Di samping itu, jika kita perhatikan setiap aktifitas dalam Islam ada doanya. Setidaknya diawali dengan basmalah. Di akhir UAH menegaskan materi dengan melontarkan pertanyaan retoris, “Islam sempurna apakah hanya untuk didiskusikan atau untuk dilaksanakan?”

Disarikan oleh Mela Mustika Amalia (Ibu Rumah Tangga, tinggal di Liverpool UK)


latestnews

View Full Version