View Full Version
Selasa, 30 Jun 2020

Psikiater Muhammadiyah Bersatu Mendobrak Stigma Buruk Gangguan Jiwa

yOGYAKARTA (voa-islam.com)--Kondisi kualitas kesehatan jiwa di Indonesia yang kian menurun sebab adanya pandemi cukup mengusik para psikiater Muhammadiyah untuk bersatu berperan dalam misi gerakan kesehatan jiwa di Indonesia. Dalam diskusi Covid-19 Talk yang bertemakan “Psikiater Muhammadiyah Bersatu Sehatkan Jiwa Indonesia” pada Senin (29/06) mengulik apa peran yang bisa diberikan oleh psikiater Muhammadiyah dan stigma terhadap orang dalam gangguan jiwa.

dr. Widea Rossi Desvita, Sp.KJ seorang psikiater Universitas Ahmad Dahlan menyampaikan bahwa psikiater Muhammadiyah harus bersama - sama bersinergi dengan lembaga otonom Muhammadiyah dan berperan didalamnya. “Optimalisasi peran dari masing - masing unit atau profesi untuk berkolaborasi menjadi satu tim kesehatan jiwa muslim dari lintasan sektoral di organisasi Muhammadiyah,” ujarnya.

Selain bersinergi dengan lembaga otonom Muhammadiyah, upaya promosi diri profesi psikiater kepada masyarakat juga perlu dilakukan. Hal tersebut berkenaan dengan stigma yang terbangun didalam masyarakat terkait gangguan kejiwaan. Masyarakat cukup skeptis dalam menganggap soal kesehatan jiwa dan masih merasa takut untuk berhadapan dengan dokter ahli jiwa. Menurut data yang dilaporkan bahwa saat ini tercatat kurang lebih 19 juta jiwa berkisar 2 - 15 tahun mengidap gangguan mental dan diperkirakan pada tahun ini Indonesia menjadi negara kedua tertinggi pasien gangguan jiwa.

dr. Prasila Darwin Sp.KJ selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Islam (RSJI) Klender menjelaskan bahwa kementerian kesehatan RI memiliki impian untuk dapat menurunkan potensi kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular yang di dalamnya termasuk gangguan jiwa. Namun kenyataannya lagi - lagi stigma buruk masyarakat terhadap gangguan jiwa masih menjadi faktor penting, rasa takut dan sulitnya akses fasilitas kesahatan pun ikut serta mendukung. Sehingga upaya penurunan potensi kematian akibat gangguan jiwa pun cukup sulit dikendalikan.

Dengan itu, Muhammadiyah sebagai pelopor penolong kesengsaraan tentu harus bersinergi membangun satu tim kesehatan jiwa muslim untuk menolong masyarakat Indonesia yang terdampak gangguan jiwa. Adapun pada dasarnya psikiater Muhammadiyah memiliki kemampuan untuk bisa mewujudkan kesehatan jiwa di Indonesia dan terlibat langsung . Hal ini ditimbang dari peran yang bisa dilakukan oleh psikiater Muhammadiyah seperti terlibat dan ikut serta pada program AUM baik dalam bidang kesehatan maupun pendidikan. Bahkan peran penting psikiater di dalam Rumah Sakit pun cukup penting untuk mendorong ManajemenRS dalam melaksanakan UU Keswa untuk menyediakan TT pasien gangguan jiwa. Dan hingga saat ini belum terlihat adanya bangsal bagi pasien gangguan jiwa di RS Muhammadiyah.

Adapun salah satu upaya menyokong kesehatan jiwa di Indonesia adalah dengan mencoba masuk dan menguatkan pasien gangguan jiwa atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di tengah stigma masyarakat. Menurut Dr. dr. Warih Adnan Puspitosari, Msc, Sp.KJ seorang psikiater Asri Medical PKU Muhammadiyah Gamping dan UMY bahwa seorang ODGJ juga memiliki self stigma atau prasangka pada diri sendiri, dimana prasangka buruk atas penilaian diri dihadapan orang luar.

Maka dengan gerakan komunitas kesehatan jiwa ini mengadakan kegiatan bersama secara terbuka antara ODGJ dan masyarakat yang berakibat pada perubahan self stigma baik pada ODGJ maupun masyarakat itu sendiri,” ketika ODGJ sudah bertemu orang dan merasa diterima dengan orang lain mereka akan menjadi lebih produktif. Membongkar stigma dengan langsung melihat dengan program - program yang diadakan,” jelasnya menutup diskusi.* [Ril/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version