View Full Version
Senin, 03 Oct 2022

The Worldview of Islam: Kacamata Jernih Muslim Memandang Dunia

JAKARTA (voa-islam.com) - Rabu (28/09), kursus singkat Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta telah memasuki pertemuan kedua.
 
Bertempat di Aula Imam al-Ghazali, Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Jakarta Selatan, kelas yang terselenggara secara luring ini dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai wilayah di Jabodebek.
 
Materi yang diangkat pada pertemuan ini bertajuk ‘The Worldview of Islam’. Taufik Zain yang bertugas sebagai moderator membuka dan memandu jalannya kelas dengan interaktif.
 
Pada awal sesi, Dr. Wido Supraha menggugah kesadaran para peserta dengan pertanyaan sederhana, “Apakah ada pemikiran yang netral dan bebas nilai?”. Para peserta tampak berpikir dan termenung.
 
Pendiri Sekolah Adab ini mengungkapkan, “Dalam berpikir dan memutuskan sesuatu tentunya setiap orang memerlukan standar. Standar tersebut dapat bersumber dari 2 faktor eksternal, yakni Sang Khalik atau makhluk. Jadi, disaat kita sedang tidak menggunakan standar berpikir dari Sang Khalik, maka sejatinya kita sedang menggunakan standar lain yang tercipta dari pemikiran makhluk.”
 
Lebih lanjut Dr. Wido menerangkan, sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita menggunakan standar berpikir yang bersumber langsung dari Sang Khalik yang tertuang dalam wahyu kitab suci Al-Quran dan Sunnah. Pencipta tentunya lebih tahu daripada yang dicipta.
 
Dengan menggunakan cara pandang Islam, muslim memiliki kacamata yang jernih dalam memandang kehidupan secara jelas dan tidak buram. Sehingga dalam setiap keputusan hidupnya mampu menentukan sikap secara tepat dan tidak kehilangan arah. Ini lah esensi dari The Worldview of Islam.
 
Pada kesempatan ini pula, Wido menerangkan pentingnya penggunaan kata dan bahasa dalam mempengaruhi pemikiran.
 
“Jangan meremehkan kata, jangan terburu-buru berkata. Sebelum berkata, laboratorium-kan dulu dalam jiwa. Pastikan setiap kata yang kita ucap dan gunakan dapat dipertanggungjawabkan”, ungkapnya.
 
Dewasa ini banyak sekali istilah dan kata-kata yang dipermainkan untuk dapat menggiring seseorang pada kesesatan berpikir. Seorang muslim yang memegang teguh The Worldview of Islam, perlu memiliki ketelitian dan kejelian dalam mencerna suatu istilah bahasa yang memuat konsep tertentu.
 
Kepala Pusat Studi Islamisasi Sains UIKA ini kembali mengajak berpikir peserta melalui pertanyaan, “Apakah Anda setuju, Islam agama yang paling benar?”. Salah seorang peserta merespon pertanyaan ini, “Tidak setuju, Islam-lah agama yang benar. Karena jika mengatakan paling benar berarti ada agama lain yang juga benar.”
 
Argumen ini disepakati peserta lain yang menyatakan, Allah SWT dalam Quran Surat Al-Imran: 19 berfirman, “Innaddina ‘indallahil Islam,” yang artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
 
Dr. Wido menambahkan, jika tidak berhati-hati pernyataan semacam ini dapat menjebak kita pada ide pluralisme atau pemahaman yang menyatakan semua agama itu sama, dan ini adalah ide yang keliru dan menyesatkan.
 
Selanjutnya, dalam sesi tanya jawab, para peserta tampak aktif dan antusias mengikuti jalannya diskusi. Salah seorang peserta memberikan testimoni positif pada pertemuan ini.
 
“Ikut kelas malam ini dengan bahasan The Worldview of Islam, membuat saya ingin melambaikan tangan ke kamera, luar biasa sekali materinya. Berisi dan bermakna sekali, tepat buat saya yang terkadang masih dilema antara yakin dan tidak yakin ketika dihadapkan pada persoalan di ranah pemikiran ini”, ujar Mayang, peserta asal Bogor. [salimah/syahid/voa-islam.com] 

latestnews

View Full Version