View Full Version
Senin, 29 Sep 2014

Mengapa Saudi Menjadi Sponsor dan Berkonspirasi Menghancurkan Negeri-negeri Sunni?

RIYADA (voa-islam.com) - Analisa ini ditulis oleh analis dalam laman media sosial, pasca jatuhnya Shan’a (ibukota Yaman) ke tangan Syi'ah Hauthi. Yaman menjadi jajahan Syi'ah, dan sebentar lagi Arab Suadi akan jatuh ke tangan Syi'ah.

Tampaknya analis itu ingin mengingatkan tanggung-jawab Kerajaan Saudi Arabia (KSA) terhadap nasib negeri-negeri Sunni yang sekarang porak-poranda dihancurkan oleh koalisi 50 negara Barat dan Arab, termasuk Iran. 

Gerakan Islam dan Jatuhnya Sana'a ke Tangan Syi'ah Houthi

Pada mulanya Yaman Utara berpisah dengan Yaman Selatan. Yaman Selatan waktu itu berideologi Komunis. Kemudian pada Mei 1990 bergabung dengan Yaman Utara, membentuk Republik Yaman. Presidennya Ali Abdullah Saleh. Ma’had Syaikh Muqbil ada di Yaman Selatan yang kemudian memicu bangkitnya gerakan Syi'ah Hauthi.

Ketika Pemerintah Yaman dekat dengan gerakan Islam, saling menghormati dan memperkuat, mereka bisa menaklukkan Yaman Selatan, menyatukannya ke dalam Republik Yaman. Namun setelah Pemerintah Ali Abdullah Saleh menjauhi gerakan Islam, memusuhinya, dan cenderung ingin berkuasa secara otoriter di Yaman, maka negeri itu kini berada di bawah kekuasaan Syi'ah.

Sejak 21 September 2014, kelompok Syi'ah Hauthi menguasai Sana'a. Ketika ibukota Shan’a diduduki pasukan Hauthi, gerakan mereka juga berhasil menguasai Universitas Al Iman yang dipimpin oleh Syaikh Abdul Majid Az Zindani. Padahal universitas ini terkenal sebagai mercusuar ilmu gerakan Islam di Yaman. Hanya satu kata yang layak diucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Melindungi Negeri Ahlus Sunnah

Ciri negeri Ahlus Sunnah (Sunni) ada tiga, yaitu, pertama, masyarakatnya mayoritas Muslim; kedua, mereka mengikuti salah satu dari empat madzhab Ahlus Sunnah; ketiga, mereka bukan Syi'ah. Negara seperti Indonesia, Malaysia, Libya, Turki, Qatar, Mesir, Yaman, Yordan, Palestina, Afghanistan, SAUDI, Suriah, Maroko, Tunisia, Pakistan, dan lainnya termasuk negeri Ahlus Sunnah.

Kini banyak negeri-negeri Sunni dalam bahaya besar seperti Suriah, Irak, Yaman, Libya, Mesir, Afghan, Palestin, Chechnya, dan lainnya. Bahkan dulunya, negara seperti Iran, Irak, Libanon adalah mayoritas Sunni; tapi gerakan Syi'ah Imamiyah terus merangsek sehingga satu demi satu negeri Ahlus Sunnah mereka rebut. Yaman mereka rebut, Bahrain dalam ancaman, Mesir dalam ancaman (di balik gerakan politik Marsekal As Sissi).

Sangat disayangkan, dalam keadaan seperti ini, posisi KSA sangat jauh dari harapan. Satu demi  satu wilayah negeri Sunni jatuh di depan mata KSA. Mengapa mereka seolah mendiamkan kondisi ini? Padahal KSA memiliki uang, minyak, senjata, lobi sangat kuat. Tidak mungkin Suriah, Irak, Yaman, Libya, Palestin, Afghan hancur; bila KSA terlibat KUAT menjaga negeri-negeri Ahlus Sunnah ini. Wallahul Musta'an wa ilaihi Mustaka.

Dari seluruh negeri Sunni yang ada, KSA paling kaya dana, minyak, dan belanja senjatanya sangat besar. Tapi untuk apa senjata-senjata itu? Hanya untuk ikut menyerang ISIS, atau perlu digunakan untuk menyerang Israel saat Ghaza dibombardir ribuan ton rudal Israel?

Antara Dulu dan Kini

Dulu tahun 90-an ulama-ulama muda di KSA menolak keputusan negara itu untuk MEMINTA BANTUAN KAFIRIN dalam rangka memerangi Saddam. Tapi ulama-ulama muda ini dikecam luar biasa, diboikot, dicela, difitnah, dan sebagainya. Kemana-mana mereka dilabeli SURURIYUN.

Dalil pihak pencela, "Tidak apa-apa meminta bantuan kufar untuk melawan kufar yang lain (Saddam)." KINI kondisi sangat berbeda. KSA malah bekerjasama dengan kufar untuk menyerang sesama Muslim. Sejahat-jahatnya Khawarij, mereka masih Muslim. Tidak diperbolehkan kita bersama kaum kafirin menyerang sesama Muslim (sekalipun Khawarij).

SEHARUSNYA negara KSA ikut terlibat membantu Palestina atau menyerang ISRAEL ketika mereka membombardir Ghaza. Sangat ironis, saat Muslim diserang Yahudi, KSA memilih diam, atau malah menyalahkan Hamas dengan sekian kritik. Kini giliran kufar menyerang Muslim (ISIS), KSA ikut andil di dalamnya. Jadi sebenarnya negara ini mengikuti garis kepentingan apa?

Kepentingan non Muslim atau kaum Ahlus Sunnah?

Baca: “Saudi dan Emirat Gelar Serangan Udara Terbaru terhadap ISIS di Suriah”. Hidayatullah.com, 25 September 2014.

Adalah suatu kepalsuan jika KSA dianggap berperan kecil di dunia Islam atau Timur Tengah. Itu  palsu. Kerajaan itu berperan sangat menentukan terhadap nasib negeri-negeri Ahlus Sunnah. Bukan dengan MILITER. Karena tentaranya memang tak pernah berperang; tapi berperan lewat dana, suplai minyak, lobi-lobi, dan tekanan politik.

Ada sebagian fakta yang bias kita kaji bersama:

[1]. Ketika tahun 90-91 negara-negara Arab takut buka pangkalan militer Amrik di negerinya;

KSA berani membukanya di Dahran, dengan segala macam dalil ayat, hadits, qaul ulama. Inilah awal malapetaka yang membuka banyak kebusukan bagi posisi KSA.

[2]. Ketika Ghaza berulang-ulang diserang Yahudi tahun 2008, 2012, 2014, KSA tidak keluarkan kecaman ke Zionis Yahudi. Malah menyalahkan Hamas sebagai biang kerok serangan. Katanya, jihad Palestina tidak syar'i karena pelakunya memakai jins, merokok, muslimahnya berjilbab pendek, ada yang pangkas jenggot, dan lain-lain.

[3]. Ketika merebak Arab Springs, negara-negara Sunni seperti Libya, Tunisia, Yaman, Mesir, Suriah, Bahrain terbakar api revolusi. Tapi KENAPA di Kerajaan itu aman-aman saja. Tanya kenapa? Pasti ada perlindungan. Siapa yang melindunginya? Invisible hands.

[4]. Tahun 2001 Afghan diserang Sekutu, tahun 2003 Irak diserang Sekutu. Irak adalah skutu Kerajaan itu dalam Perang Iran-Irak. Afghan adalah negara yang saat era Soviet dibela mati-matian oleh Kerajaan itu dan ulama-ulamanya. Kini nasib Afghan dan Irak tidak menentu. Tak ada pembelaan dari KSA terhadap Ahlus Sunnah di sana. Yang dibela malah pihak penyerangnya.

[5]. Ikhwanul Muslimin (IM) memenangkan pemilu demokrasi di Mesir, lalu kemenangannya dirampas As Sissi. Ribuan orang meninggal, ribuan lainnya ditahan, organisasi dilarang, harta kekayaan dirampas, yayasan-yayasan diawasi, khatib Jumat diawasi, pengajian masjid dilarang, dan lain-lain. KSA bukan simpati ke Muslim, IM malah dikecam: "Itulah akibatnya kalau melawan ulil amri!" Waktu kekuasaan Mursi dirampas beda lagi dalilnya. Katanya, "IM tidak demokratis, mau menang sendiri!" Jadi sbenarnya, ini agama apa? Agama Syariat atau tipu-tipu politik?

[6]. Saat api revolusi mulai berhembus di Suriah, imam-imam masjid dan ulama-ulama di KSA digerakkan untuk fatwakan JIHAD LAWAN ASSAD. Tapi setelah Mujahidin masuk, tanda-tanda Mujahidin mulai unggul; sikap Kerajaan itu berubah. Warga KSA dilarang bantu Mujahidin Suriah, yang pulang akan ditangkap, yang terlanjur berangkat dicabut status kewarganegaraan. Ulamanya berdalil, "Tidak boleh dukung Jihad di bawah panji nasionalisme." Kemarin waktu merebak fatwa-fatwa Jihad ke Suriah, kok lupa isu nasionalisme? Aneh. Urusan agama, darah, iman-kufur, kehidupan, KOK JADI MAINAN?

[7]. Kini negeri Yaman, pusat Habaib dan Salafi, jatuh ke tangan Syi'ah Hautsi. Sebelum jatuh, pemerintah Yaman sudah teriak-teriak minta tolong KSA. Lalu dijawab, "Kami mau bantu, asal Anda putus hubungan dengan Al-Qaidah." Akhirnya kini Yaman benar-benar jatuh ke Hautsi.

Katanya, ada semacam main mata antara pihak Syi'ah Hautsi, pemerintah Yaman, dan KSA. Bila benar apa yang dikatakan itu, betapa sangat busuknya akhlak. Lagi-lagi urusan agama, kesesatan, dalil-dalil, darah, harta, kehidupan Ummat JADI MAIN-MAIN.

Kehidupan kaum Muslimin, kesucian agama, nasib negeri-negeri Sunni, syiar Tauhid dan Syariat; semua itu dibuang jauh, hanya demi MENJAGA KEKUASAAN BANGSAWAN IBNU SAUD. Para bangsawan jadi "tujuan tauhid" tertinggi.

Mengenang Sosok Raja Fahd

Sosok Raja Fahd tidak sesaleh kakaknya, Raja Faisal rahimahullah. Tidak sealim ulama-ulama. Tapi kepemimpinannya cukup simpatik dan dipuji kaum Muslimin. Sejak tahun 80-an beliau sakit-sakitan. Kekuasaan resmi dipegang adiknya (raja sekarang). Katanya, selama sakit, di samping tempat tidurnya selalu ada Al Qur'an yang siap dibaca kapan saja.

Raja Fahd berjasa besar membangun Dua Masjid Suci dengan dana luar biasa besar. Beliau bangun Percetakan Mushaf dan dibagi-bagi gratis. Beliau bangun banyak universitas-universitas Islam; dan membuat kebijakan beasiswa. Waktu itu KSA, Kuwait, Emirat, dan lain-lain terkenal sebagai "gudang infak, sedekah, hibah" bagi kaum Muslimin sedunia.

KSA menjadi motor negara-negara Muslim lewat lembaga OKI, Rabithah Alam Islami, WAMY, dan lain-lain. Negara itu dipandang sebagai "saudara tua" yang mengayomi Ummat, negeri-negeri Muslim. Tidak memusuhi ulama, tidak memusuhi gerakan-gerakan Islam. Tokoh-tokoh dakwah mendapat suaka dan perlindungan.

Dia tak pernah membantu Zionis Yahudi. Tidak tunduk pada tekanan Amerika, meskipun tidak juga melawan (seperti Raja Faisal). Sikapnya ke Israel jelas, yaitu kontra dan membela penuh perjuangan Palestina. Di masa itu KSA juga aktif mendukung para pejuang di negeri-negeri Muslim tertindas; tetapi tidak terang-terangan. Salah satu dukungan ialah mendukung Muslim Sunni di Irak dalam perang Irak-Iran tahun 80-an.

Saat Raja Fahd wafat, ribuan Ummat menyalatkan dan mengantar ke pusaranya. Dunia Islam kala itu berduka. Makam Raja hanya gundukan tanah berpasir dan nisan batu. Sikap sang raja, meskipun tidak setegas Raja Faisal, masih tampak nilai-nilai Islaminya.

Ada Apa Wahai Sang Raja?

Setelah Dr. Muhammad Mursi terpilih sebagai Presiden Mesir; negara luar yang pertama kali beliau kunjungi adalah KSA. Apa arti kunjungan itu?

Dr. Muhammad Mursi ingin berkata kepada Raja KSA, kira-kira begini: "Tenang wahai Raja. Anda aman. Anda saudara tua kami. Anda aman, wahai Baginda. Kami bawa pesan pemimpin-pemimpin IM di Mesir." Tapi tidak tahu, siapa PEMBISIK Sang Raja.

Tiba-tiba dia berubah 180 derajat. Seolah dia berkata: "IM penipu, pendusta. Mereka lawan kami. Mereka khawarij, teroris, anjing-anjing neraka." Hubungan baik dengan IM sejak tahun 60-an seketika hancur-lebur. IM dibantai, dihina, dilumpuhkan, atas dukungan penuh Sang Raja.

Saat manusia sedunia mgecam kekejaman As Sissi, Sang Raja malah berkata: "Kalau Amerika mencabut bantuan ke As Sissi, kami yang akan bantu As Sissi." Dunia jadi bingung. Siapa yang jadi korban, siapa yang didukung?

Kezhaliman kepada IM inilah yang menurut kami telah memporak-porandakan posisi Kerajaan itu. Mengapa? Karena, akibat kezhaliman itu baik PELAKU & SPONSOR mendapat doa-doa kehancuran dari Muslimi dan ulama sedunia (yang anti kezhaliman tersebut). Pasti di antara doa-doa ini ada yang dikabulkan Allah Al Majid.

Kini kaum Muslimin sedunia tahu, apa dan bagaimana kebijakan politik pemimpin Kerajaan ini. Posisi dia goyah di hati-hati Ummat. Andaikan IM dituduh anti kerajaan (monarkhi) dan pro demokrasi; toh faktanya IM sangat baik dan hormat kepada Kerajaan Qatar. IM di Kuwait, Yordan, Maroko juga tidak melawan penguasa monarkhi. Blunder demi blunder terus bermunculan. Niat baik saudara Muslim (IM), dibalas adzab.

Penutup

Dengan menyandang gelar Khadimul Haramain Syarifain, pelayan Dua Tanah Suci yang mulia, sebenarnya Raja KSA juga bertanggung-jawab atas keselamatan negeri-negeri Ahlus Sunnah di sekitarnya atau di dunia. Dulu Raja Faisal melancarkan boikot kepada Amerika karena negara itu terus melindungi kezhaliman Israel.

Beliau bersedia kembali ke zaman tradisional dengan mengajak rakyatnya makan korma dan minum susu, daripada menjual-belikan minyak (kepada Amerika), tetapi berisiko membiarkan kezhaliman terjadi di Palestina. Kalau pemimpin yang sekarang, dia tak peduli dengan keselamatan negeri-negeri Ahlus Sunnah, asalkan kekuasaan Bangsawan Ibnu Saud terus terpelihara dan berkesinambungan sampai hari kiamat.

Ambisi duniawi telah merusak sifat keagamaan. Payahnya, sering keadaan itu didalili dengan sejumlah besar ayat, riwayat, perkataan ulama. Yang penting politik dulu, dalil bisa mengikuti setelahnya. Bila kita tak bisa mengandalkan suatu negeri; maka kita bergantung kepada diri kita sendiri dan pertolongan Allah. Wallahu'alam. (Salim Thahari)


latestnews

View Full Version