View Full Version
Sabtu, 25 Jul 2020

Tragedi Srebrenika, Bukti Umat Butuh Perisai

 

Oleh: Halimah

Tragedi Srebrenika dan perang Bosnia menjadi pembelajaran yang sangat penting bagi anak-anak kita. Dari tragedi ini terlihat bahwa tanpa Khilafah Negeri muslim akan terus menjadi medan pertarungan kepentingan negara besar yang tak segan mengorbankan ribuan nyawa kaum muslimin.

Tragedi ini menjadi bukti tidak adanya perlakuan adil PBB terhadap negara berpenduduk muslim. PBB menjadi alat legitimasi kebengisan segelintir penjahat untuk memuaskan nafsu kedengkiannya terhadap Islam dan kaum kaum muslimin.

Tepatnya bulan Juli tahun 1995 pembantaian besar-besaran nyawa kaum muslimin dilakukan oleh penjahat perang Bosnia tanpa belas kasihan oleh Ratko Mladik, komandan unit Serbia-Bosnia.

Pembantaian tidak berhenti selama 10 hari. Korban tewas 8000 laki-laki dan remaja muslim berusia 12 sampai 77 tahun yang dilakukan secara sistematis. Mereka dikubur di pekuburan massal dalam keadaan terikat, ditutup matanya dan tidak bersenjata setelah diinterogasi karena dicurigai sebagai penjahat perang. Mereka dipisahkan dari keluarganya. Tragedi keji yang sudah berlalu 25 tahun lamanya ini seolah masih basah dan tidak pernah terlupakan.

Peristiwa ini pun telah merenggut kehormatan muslimah lebih dari 50.000 perempuan. Mereka diperkosa di rumah-rumah mereka, hotel-hotel, camp-camp bahkan di tempat-tempat umum sekalipun oleh para militer Serbia. Demikian pula penyiksaan, kelaparan, dan pembunuhan kaum Muslim di kamp-kamp konsentrasi terus terjadi.

Tentara Belanda yang menjadi perwakilan PBB pun tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya menyaksikan agresi Serbia dan malah menyerahkan 5000 muslim Bosnia yang berlindung di pangkalan mereka ke pasukan militer Serbia Bosnia.

PBB bahkan membantu memasok tentara Serbia dengan lebih dari 30000 liter bensin. Mereka mengangkut para lelaki muslim ke kuburan massal. Tentara militer Serbia-Bosnia membantai semua warga sipil muslim yang berlindung di daerah aman. Mereka juga menangkap dan membunuh warga yang mencoba lari ke pegunungan.

Pembantaian dan kekejaman yang sistematis ini bukanlah yang terakhir. Hingga hari ini muslim di Suriah, Myanmar, turkistan Timur, Afghanistan, Somalia, Thailand Selatan, dan Filipina, Irak ,Libya, Republik Afrika Tengah, Palestina, dan Yaman jug mengalami hal yang serupa.

Kehinaan, kenistaan, dan kepiluan ini tidak akan berhenti jika kekuasaan Global masih dikuasai oleh ideologi kapitalisme yang diemban oleh negara. Ideologi ini akan memuaskan dan melindungi para kapital yang memiliki kepentingan, maka tidak heran perlindungan dan keadilan PBB tidak memberi manfaat sedikit pun pada kaum muslimin khususnya warga muslim di Bosnia pada saat itu.

Sudah seharusnya kaum muslim tidak menaruh harapan keadilan pada lembaga buatan kapitalis karena sejatinya kaum muslimin memiliki perisai tersendiri yaitu Khilafah Islamiyah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Imam atau Khilafah itu perisai dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaannya)." (Hadits Riwayat Muslim)

Khalifah atau pemimpin dalam Islam ibarat tameng karena dia mencegah musuh menyerang atau menyakiti kaum muslim, mencegah masyarakat satu dengan yang lainnya dari serangan musuh kaum kafir, dan melindungi keutuhan Islam. Pemimpin seperti ini disegani masyarakat dan rakyat pun takut terhadap kekuatannya.

Atas perintah Allah dan rasulNya ini maka pemimpin dalam Islam sangat ringan dalam mengerahkan pasukannya dari Departemen perang atau Amirul jihad untuk menyelamatkan kaum muslim dari kebengisan penguasa kafir. Sikap tegas pemimpin inilah akan mengakhiri penderitaan kaum muslimin yang bertubi-tubi sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Islam sebelumnya.

Salah satu yang dilakukan oleh pemimpin Islam Al mu'tashim Billah yaitu menyelamatkan harga diri seorang muslimah dari pelecehan kaum Romawi di kota Ammuriah Romawi. Beliau mengirimkan pasukan ke kota tersebut hingga berujung futuhat. Inilah bentuk perlindungan nyata dari pemimpin Islam terhadap nyawa manusia meski yang harus dibela hanyalah seorang muslimah. Pemimpin Islam akan menjaga dan melindungi nyawa manusia dengan kekuatan pasukan bukan diplomasi belaka. Wallahu A'lam Bishawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: tirto.id


latestnews

View Full Version