View Full Version
Senin, 12 Sep 2022

Kasus Meninggalnya Santri Gontor, Ujian Bagi Pendidikan Islam

 

Oleh: Rochma Ummu Arifah

Publik dikejutkan dengan tersebarnya video singkat pengacara kondang, Hotman Paris bersama dengan seorang wanita berjilbab sedang dalam keadaan menangis tersedu-sedu. Ternyata, ibu tersebut mengadukan nasib putranya yang baru saja meninggal dan disinyalir meninggal karena dianiaya. Publik pun semakin kaget saat mengetahui bahwa yang meninggal adalah santri atau murid Pondok Pesantren Gontor.

Meninggalnya Santri Gontor

Berita meninggalnya satu santri Gontor ini begitu cepat menyebar melalui sosial media. Korban meninggalkan awalnya dilaporkan pihak pesantren Gontor meninggal karena kelelahan selepas acara Perkemahan Kamis Jumat (PerKaJum). Namun, pihak keluarga korban, terutama sang ibu melihat adanya tanda-tanda ketidakwajaran dalam jasad korban seakan korban mengalami tindak kekerasaan. Akhirnya, pihak Gontor mengkonfirmasi bahwa ada dugaan penyebab kematian korban ini adalah karena penganiayaan.

Tak lama, berita ini pun menjadi trending topik setelah sang ibu menemui pengacara kondang, Hotman Paris untuk meminta bantuan dalam menindaklanjuti kasus putranya yang telah meninggal ini. Hotman Paris pun mendesak Kapolda Jawa Timur untuk melakukan pengusutan terhadap kematian santri Gontor ini.

Pihak lain pun tak ikut tinggal diam dalam merespon kasus kematian ini. Menanggapi kasus ini, Kementerian Agama (Kemenag) akan menyusun regulasi untuk mengantisipasi kasus kekerasan di lembaga pendidikan agama dan keagamaan. Kemenag berharap tidak terulangnya kembali kasus serupa. Menurutnya, saat ini harus ada regulasi yang jelas dan tegas mengenai hal ini. Regulasi tersebut saat ini sudah dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.

Ujian Bagi Pendidikan Islam

Tidak dapat dipungkiri bahwa pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mengutamakan nilai-nilai islami menjadi ujung tombak pembentukan karakter generasi muslim. Terlebih saat ini di mana terdapat peningkatan kesadaran orang tua untuk lebih memilih pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan bagi putra putri mereka dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Salah satu yang mendasari adalah adanya kesadaran akan pentingnya pemahaman ilmu agama di mana hal ini bisa diakomodir lebih baik oleh pondok pesantren.

Berita meninggalnya Santri Gontor ini saat ini mampu memberikan pengaruh besar pada cara pandang orang tua mengenai pondok pesantren. Sebagian menjadi takut untuk memandikan anak mereka melihat kasus seperti ini. Belum lagi mencuat pula berita bullying yang terjadi di pondok. Ketakutan akan peristiwa yang sama yang bisa dirasakan putra putri merekalah yang membuat pilihan memondokan anak harus dikaji ulang dan lebih mendalam.

Tentu saja, setiap lembaga pendidikan sangatlah menentang dan menolak adanya tindak bullying terlebih sampai pada kasus kekerasan bahkan yang sampai menyebabkan kematian. Terlebih pondok pesantren yang notabene mengutamakan pendidikan agama sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Fakta Pondok Pesantren di Era Sekuler

Salah satu penyebab naiknya angka orangtua yang memondokan anaknya adalah karena realitas pendidikan sekuler saat ini. Minimnya porsi belajar agama yang dicetuskan pendidikan sekuler menghasilkan output yang jauh dari rasa takut kepada Sang Pencipta sehingga banyak melakukan hal-hal di luar norma dan nilai kehidupan. Lantas, pondok pesantrenlah yang dianggap mampu untuk lebih mengarahkan generasi saat ini pada keimanan kepada Zat Yang Maha Tinggi.

Sebagai satu sistem yang ada bersama dengan sistem-sistem lainnya di dalam kehidupan, sistem pendidikan tentu tak saat berjalan sendirian mengemban misi menghadirkan generasi unggul. Tugas berat ini tak akan mampu dijalankan jika sistem-sistem lainnya tak mendukung dan justru membuat kerusakan. Fakta inilah yang terjadi hari ini.

Setiap santri yang mondok tidak dapat dipastikan tidak terpapar oleh bobroknya sistem saat ini. Justru sebagian merupakan korban sistem yang memiliki kualitas di luar yang diharapkan. Bahkan, pondok pesantren diharapkan mampu menjadi tempat pembersihan bagi jiwa-jiwa yang sudah terkontamina sistem sekarang dan jauh dari napas aturan Islam. Tugas berat pondok pesantren sebagai realisasi sistem pendidikan Islam di masa penerapan aturan sekulerisme.

Alhasil, terjadilah aneka ragam konflik di dalam pondok pesantren ini. Salah satunya adalah apa yang terjadi pada kasus meninggalnya santei Gontor ini. Hal ini mengungkapkan bahwa sistem pendidikan semata tak akan mampu menghadirkan kualitas generasi yang diharapkan Islam jika tidak ditopang dengan sistem-sistem yang lainnya misal sistem tata pergaulan masyarakat, sistem ekonomi atau pun sistem pemerintahan.

Sejatinya, sistem pendidikan adalah bagian integral bersama dengan sistem-sistem yang lainnya guna menciptakan satu masyarakat yang unik dan khas yang berlandaskan pada Islam. Kesatuan Islam ini menerapkan aturan Islam sebagai standartnya dan kemudian mampu melahirkan peradaban yang mulia yang diisi dengan generasi gemilang sebagai salah satu outputnya. Sistem inilah yang didamba oleh kaum muslim untuk kembali memimpin dunia.

Menjadi satu tantangan tersendiri bagi pondok pesantren sebagai satu lembaga pendidikan islami untuk kembali memperlihatkan bahwa inilah opsi terbaik yang dimiliki oleh setiap orang tua dalam memilih sekolah yang tepat. Di tengah gempuran bobroknya sistem sekuler dan pengaruhnya dalam kehidupan, lembaga pendidikan Islam inilah yang paling tidak diharapkan mampu untuk tetap mengawal generasi menuju ketaatan kepada Rabbnya dan kepatuhan pada setiap syariat yang diturunkan. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version