View Full Version
Kamis, 29 Sep 2022

Cengkeraman Kapitalisme dari Hulu Hingga Hilir

 

Oleh: Sunarti

Sudah jamak diketahui jika kapitalisme telah menguasai semua lini. Baik hulu maupun hilir, tak lepas dari hegemoni ideologi yang serakah ini.  Campur tangan para kapitalis dalam pengelolaan negara dimana ideologi ini telah kuat mencengkram adalah ciri khas yang paling menonjol pada ideologi batil ini. Karena negara adalah satu-satunya lembaga yang memiliki kekuatan. Negaralah yang memiliki wewenang untuk melakukan regulasi, kepada siapa semua SDA itu akan diserahkan pengelolaannya.

Maka wajar, kita menyaksikan pengelolaan SDA dengan paradigma sistem kapitalis hari ini begitu menggurita dan mencengkram kuat. Oleh karena itu, ambisi Kapitalisme menguasai negara bahkan dunia sangatlah penting bagi langgengnya ideologi ini.

Sifat dasar kapitalisme yang rakus terwujud dalam bentuk regulasi dan kebijakan yang ditetapkan. Tak ada kamus untuk kepentingan dan pelayanan terhadap rakyat dalam kapitalisme. Sebab, prinsip dasar kapitalisme hanya peduli pada persoalan untung dan rugi. Paradigma kapitalis menjadikan semua aset negara serta sumber sumber kepemilikan umat sebagai ajang bisnis semata. Maka tak aneh fenomena naiknya BBM, TDL, Gas LPG, dls adalah buah pahit yang harus dibeli oleh rakyat.

Salah satu contoh persoalan dalam bidang ekonomi. Baru-baru ini pemerintah menetapkan kenaikan harga BBM (bersubsidi dan nonsubsidi) secara serentak. Pertalite dari Rp7.650/liter menjadi Rp10.000/liter, solar bersubsidi dari Rp5.150/liter menjadi Rp 6.800/liter, dan Pertamax selaku BBM nonsubsidi naik dari Rp12.500/liter menjadi Rp14.500/liter. Kenaikan ini berlaku mulai Sabtu (03/09/2022) pukul 14.30 WIB.

Seiring dengan penyesuaian harga BBM tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus melakukan penghitungan anggaran pengalihan subsidi BBM dan kompensasi energi pada 2022. Hal ini mengingat harga ICP yang terus bergerak naik ataupun turun.

Ini baru salah satu contoh atas keserkahan kapitalisme yang dikelola oleh negara. Sisi lain yang juga sangat miris adalah, menjamurmya perusahaan swasta asing penyedia BBM, yang bisa jadi dengan kwalitas yang lebih baik dan dengan harga yang lebih murah.

Perusahaan-perusahaan swasta asing ini telah merangsek ke daerah-daerah di Indonesia dengan menyediakan SPBU plus fasilitas yang tak kalah dengan Pertamina. Seperti Exxon mobil, Shell, Total, Vivo dan BP. Dengan mudahnya izin operasional diberikan kepada swasta asing tersebut. Bisa saja, suatu saat pasar akan dikuasai oleh swasta asing, mengingat tabiat sistem kapitalis bertumpu pada keuntungan dan keserakahan.

Sisi lain, negara berlepas tangan atas pengurusan kepada rakyat sementara pihak swasta ambisius untuk memenangkan pasar demi kapital. Dan tendensi mereka adalah penguasaan pangsa pasar dan  keuntungan.

Inilah bukti kapitalisme tak hanya mengelola hulu, tapi juga mengelola hingga hilir. Ibarat gayung bersambut, segala kebijakan pemerintah, di sektor hulu, juga harus diimbangi solusi yang menguntungkan pihak-pihak kapitalis di sektor hilir. Itu adalah cara kapitalisme masih bisa menjaga eksistensinya.

Dampak yang terjadi adalah penderitaan rakyat secara luas. Karena harta akan berputar pada segelintir orang saja. Sementara masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah, sangat merasakan kesengsaraan dalam sistem ini. Hukum rimbalah yang berlaku dalam sistem kapitalis ini. Siapa yang kuat, dia yang menang.

Jika kondisi ini berlanjut, tanpa ada upaya untuk melakukan perubahan, maka kehancuran benar-benar di depan mata. Adalah kewajiban kita untuk menjadi pejuang dalam mencerdaskan umat. Yaitu dengan mengungkap setiap makar dari persekongkolan jahat mereka, membongkar segala bentuk kezaliman atas nama kebijakan, serta mencerdaskan umat dengan fikrah Islam.

Sayangnya, aktivitas dakwah Islam banyak yang menjegalnya. Dari black campaign dengan istilah gerakan radikal, persekusi para ulama, hingga pengebirian terhadap istilah-istilah dalam Islam (seperti makna jihad dan khilafah).

Sisi lain yang mengenaskan adalah pengerusakan generasi terus berlanjut secara sistematis. Serangan pemikiran yang bertubi-tubi terhadap kaum muslim dari musuh-musuh Islam melalui penyebaran ideologi kapitalis ini sangat dominan dari hulu hingga hilir.

Saatnya kita semua memperbaiki kondisi umat serta menyiapkan generasi penerus, guna melanjutkan estafet dakwah, sebagai pembela dan penjaga peradaban yang mulia. Agar para penjajah asing yang berkedok investasi maupun atas nama kerja sama bisa segera terselesaikan. Kaum muslim bisa hidup sejahtera tanpa tertekan kondisi kehidupan yang sempit. Wallahu alam bisawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version