View Full Version
Jum'at, 12 Dec 2014

AS Miliki Pangkalan Militer di Riau?

RIAU (voa-islam.com) - Sungguh mengejutkan, ketika 26-28 November 2014 yang lalu, jurnalis Voa-Islam.Com sekaligus Majalah Geo Energi, Abdul Halim, mendapat undangan dari perusahaan minyak AS, ConocoPhillips, untuk melakukan kunjungan jurnalistik ke Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.

Setelah mengurus berbagai surat ijin termasuk Pasport dan medical check-up, akhirnya dengan pesawat Pelita Air Service berkapasitas 50 penumpang, jurnalis Voa-Islam.Com selama 2,5 jam terbang dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta langsung ke Bandara Matak di Pulau Matak, Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Kepualauan Anambas adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Natuna yang terletak di Laut Cina Selatan. Kepulauan Anambas tidak jauh dari Singapura, Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Cina.

Semula kunjungan jurnalistik tersebut memang dimaksudkan untuk meliput kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang selama ini dilakukan ConocoPhillips di wilayah operasi ladang minyak lepas pantainya tersebut. Selain memiliki wilayah operasi di Kepulauan Riau, perusahaan minyak raksasa dari AS tersebut juga mempunyai wilayah operasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Setelah mendarat di Bandara Matak. Kabupaten Kepulauan Anambas, wartawan Voa-Islam.Com sempat bertemu dengan Roni Saragih, Kepala Matak Air Base. Memang untuk memperlancar operasinya, ConocoPhillips sejak tahun 1980-an telah membangun bandara cukup besar di Pulau Matak. Setiap hari selalu ada penerbangan bolak balik pesawat Pelita Air Service antara Bandara Halim Perdanakusuma ke Bandara Matak

“Bandara Matak ini dibangun sebagai fasilitas logistik di darat untuk memperkuat keberadaan ladang migas ConocoPhillips yang ada di tengah laut. Bandara seperti ini hanya ada dua di Indonesia, lainnya di Pulau Seram Maluku,” ujar Roni Saragih.  

Sekarang di Kabupaten Kepulauan Anambas beroperasi tiga kontraktor migas asing yang semuanya memiliki ladang migas di tengah laut, yakni ConocoPhillips, Star Energy dan Premeir Oil. Semuanya menggunakan Bandara Matak untuk mensuplai ladang migasnya yang terletak di Laut Cina Selatan tersebut.

Pangkalan Militer AS ?

Kalau dilihat secara geo politik dan geo strategi, letak Kepulauan Anambas di Laut Cina Selatan sangatlah strategis. Selain lautnya dalam dan kaya akan ikan, juga kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam. Maka tidaklah mengherankan jika Vietnam pernah mengklaim Kepulauan Natuna dekat Anambas sebagai bagian dari wilayahnya.

Dengan memiliki laut yang luas dan sangat dalam dengan jumlah pulau cukup banyak, maka Kepulauan Anambas sangat cocok untuk dijadikan Pangkalan Militer Angkatan Laut termasuk Pangkalan Kapal Induk dan Kapal Selam Nuklir. Gugus Tugas Armada VII AS yang terdiri dari kapal induk dan kapal selam nuklir, sejak dulu sampai sekarang sering mondar mandir di dan sekitar Kepulauan Natuna dan Anambas, dengan dalih untuk membendung kekuatan Angkatan Laut Cina yang ingin mendominasi Laut Cina Selatan melalui hegemoni militer.

Ketika terjadi konflik dengan PRRI dan Permesta tahun 1950-an lalu, pasukan marinir AS secara terang-terangan membantu pasukan PRRI dan Permesta. Seandainya waktu itu pasukan TNI yang dipimpin Letjen TNI Ahmad Yani terlambat dalam mendaratkan pasukan di Sumatera Barat dan Riau, tidak menutup kemungkinan Marinir AS akan terlebih dahulu mendarat di Padang dan Pekanbaru, dengan dalih diundang para pimpinan PRRI dan Permesta. Jika itu sampai terjadi, maka Sumatera Barat dan Riau akan terpisah dari NKRI dan menjadi negara merdeka sendiri.    

Ketika wartawan Voa-Islam.Com mendarat di Bandara Matak, sempat melihat beberap bule berbadan tegap mondar mandir di bandara. Apakah mereka itu personil militer ataukah staf ConocoPhillips? Sampai sekarang belum jelas. Tetapi yang jelas, begitu mendarat di Bandara Matak, seorang security bandara langsung memperingatkan jangan mengambil foto-foto bandara. Padahal Bandara Matak adalah bandara sipil, bukan bandara militer. Memang di Pulau Matak juga terdapat pangkalan TNI Angkatan Laut yang terletak tidak jauh dari Bandara Matak.

Kalau sekarang AS telah memiliki pangkalan militer di Darwin Australia untuk melindungi perusahaan tambang emas terbesar di dunia yang terletak di Papua, PT Freeport, jika sampai terjadi gejolak politik di Indonesia yang akan merugikan Freeport. Maka Bandara Matak akan jadi sasaran berikutnya bagi militer AS untuk dikuasai dan akhirnya dianeksasi untuk dijadikan pangkalan militernya, jika sewaktu-waktu nanti terjadi gejolak politik di Indonesia yang diprediksi akan merugikan perusahaan migas miliknya yang saat ini beroperasi di Kepulauan Anambas yakni ConocoPhillips, Star Energy dan Premeir Oil. Dimana selama ini ketiga perusahaan migas raksasa tersebut menggunakan Bandara Matak untuk mensuplai ladang migasnya di Laut Cina Selatan.

Jika sampai terjadi krisis sehingga menimbulkan konflik antara AS dan Indonesia seperti zaman Orde Lama lalu, maka AS tinggal mendaratkan pasukan marinirnya ke Bandara Matak dengan dalih untuk melindungi ketiga perusahaan minyak dan gas alam milik AS tersebut. Di Pulau Matak sudah terdapat bandara dan pangkalan angkatan laut milik TNI AL, sehingga dengan mudah pasukan marinir AS akan mampu menguasainya.

Jika itu sampai terjadi, maka disintegrasi bangsa Indonesia dan hancurnya NKRI tinggal menunggu waktu, bahkan sekarang sudah di depan mata. Nantinya invasi militer AS terhadap Indonesia akan dimulai dari penguasaan terhadap Kepulauan Riau dengan terlebih dahulu menguasai Bandara Matak di Pulau Matak, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau termasuk Ibukotanya, Batam. [Abdul Halim/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version