View Full Version
Senin, 20 Jan 2014

Muslimah Australia Menolak Kembali ke Kristen Ortodoks

SYDNEY (voa-islam.com) - “Orang tua saya mendorong saya  menjadi Kristen Ortodoks,  tetapi mereka tidak pernah memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya”, ungkap Moukhallalati (22), kepada Australia The Sunday Telegraph, 19/1/2014.

Perempuan muda, yang kembali memeluk Islam empat tahun lalu,  ketika itu ia baru berusia 18 , menegaskan bahwa ia selalu tertarik dengan Islam dan cara menempatkan perempuan pada kehidupan yang terhormat.

“Segera setelah mulai belajar Islam, kemudian saya tahu harus menjadi bagian dari Islam”, katanya. “Saya mencintai Islam, karena bagaimana seorang wanita diperlakukannya . Islam memperlakukan perempuan seperti berlian langka, dan dia dihormati dalam keluarganya”, ucapnya.

Menurut Asosiasi Muslimah Australia , Moukhallalati adalah salah satu dari hampir seratus orang perempuan yang kembali menemukan  Islam di Sydney, setiap tahunnya. Ketua Asosiasi Muslimah Australia,  Silma Ihram mengatakan, bahwa dirinya kembali kepada Islam selama perjalanan ke Indonesia tahun 1976.

Asosiasi Muslimah Australia,  memperkirakan dua pertiga dari mereka yang bertobat, diantaranya setiap tahun adalah perempuan , dan  lebih dari 60 persen mereka yang masuk Islam (konversi),  karena suami atau pasangan mereka.

Ini bukan kasus semata terkait dengan Moukhallalati yang menemukan Islam sebelum bertemu dengan suaminya Raed yang berasal dari Lebanon, yang kini menetap di  Australia.

Ketika itu, Moukhallati bertemu  pertamakalinya dengan Raed, saat  dia  berbelanja,dan bertanya tentang daging halal di sebuah restoran, dari  situ bermula berkenalan, dan tidak lama  mereka menikah, serta hanya memakan waktu tiga bulan berlangsung pernikahan itu.

Keberadaan Muslim di Australia sudah lebih dari 200 tahun, dan sekarang jumlah komunitas Muslim di negeri Kanguru itu, jumlahnya mencapai  1,7 persen dari 20 - juta jumlah pendudu Australia. Islam adalah agama terbesar kedua di negara Kanguru itu setelah agama Kristen .

 

Moukhallati berusaha mempertahankan imannya di tengah-tengah kehidupan masyarakat Australia yang sangat sekuler, dan berbagai kehidupan maksiat yang begitu luar biasa. Sangat terasa baginya mempertahankan iman dan Islam di tengah-tengah pergaulan yang sangat bebas di Australia.

Selain itu, sekarang muncul kesalahpahaman terhadap Islam. “ Ini sangat menyedihkan. Ada beberapa Muslim yang ekstrim, tapi banya yang bersikap moderat, dan sangat bersahabat”, katanya.

“Ini adalah hal terbaik yang telah saya lakukan, tapi pastikan mereka (mualaf) pergi ke sumber Islam yang tepat. Banyak informasi di internet tidak bisa memberikan informasi tentang Islam dengan benar, seperti yang diajarkan oleh Islam.

“Kamu ingin belajar kebenaran Islam, bukan bagaimana beberapa orang menggambarkan perilakunya yang terkadang tidak sesuai dengan Islam”, cetusnya. Moukhallalati menambahkan bahwa dia mencintai jilbab Islam atau jilbab, dan memberinya rasa  bangga dan keindahan.

“Saya masuk ke dalam Islam dengan lebih bangga,  dan usaha saya sekaerang menjadi Muslimah dengan menggunakan pakaian yang Isami, seperti jilbab”,  kata dia. “Sekarang saya dengan menggunakan jilbab, merasa  lebih indah”, cetusnya.

Islam mewajibkn Muslimah memakai  jilbab, karena itu pakaian yang menutup aurat, bukan sekadar simbol agama semata. *iss/afg


latestnews

View Full Version