View Full Version
Rabu, 07 Aug 2019

Islam Memuliakan Perempuan

 

Oleh:

Putri Irfani S, S.Pd

 

ISLAM telah menempatkan perempuan pada posisi yang mulia dan tidak mudah untuk dieksploitasi. Peran perempuan di dalam kehidupan, tidak hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga melainkan bisa berprofesi banyak hal selama masih dalam ketentuan Syar’i. Namun fenomena perempuan saat ini sungguh memprihatinkan.

Segala persoalan yang dialami kaum perempuan bukan menjadi rahasia umum lagi. Kemiskinan, pelecehan, penindasan dan eksploitasi menghimpit kaum perempuan dimana pun ia berada. Di sadari atau tidak, hal ini terjadi karena sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalis yang menjerat banyak negara serta mempengaruhi cara pandang dan kebijakan yang di ambil oleh pemerintah. Perempuan dipandang dan diperlakukan sebagai komoditas dan mesin pencetak uang.

Sistem kapitalis juga menciptakan gaya hidup materialistik dan hedonisme, menyebabkan manusia menjadi para pemuja fisik, kemolekan, kecantikan sehingga perempuan dijadikan aset dalam meraup keuntungan sebesar-besarnya,bahkan dijadikan objek iklan, model, film dan lainnya sehingga dapat menyumbangkan pajak yang besar bagi negara.

Belum lagi tersebarnya virus feminisme yang menjangkit di pemikiran kaum perempuan. Mereka menuntut ingin mendapatkan semua yang pria bisa dapatkan. Sederhanya, ketika seorang pria bisa bekerja satu harian diluar rumah, kenapa seorang perempuan tidak bisa. Padahal, perempuan memiliki derajat yang sama terlepas dari jenis kelaminnya. Mereka juga menganggap pria telah menyalahgunakan kekuasaan dan hak yang mereka miliki.

Ini bisa kita lihat faktanya bahwa lapangan pekerjaan ternyata banyak memberikan prioritas terhadap kaum perempuan. Sehingga menciptakan perempuan yang sibuk berkarir dan lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang anak, istri dan juga ibu bagi keluarganya, di sisi lain  sebagian besar keluarga hidup dalam kemiskinan yang mengharuskan para perempuan banting tulang bekerja meninggalkan anak dan suami bahkan sampai keluar negeri, untuk meningkat perekonomian dalam keluarga. Kalaulah begini yang terjadi, maka hakikatnya peran perempuan telah hilang atau terlupakan.

Padahal ada sebuah ungkapan, “ Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”. Artinya ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik bangsa dengan integritas kepribadian yang baik.

Mengisyaratkan betapa pentingnya peran perempuan atau ibu yang berpengaruh bagi majunya generasi berimplikasi tehadap majunya sebuah peradaban. Adalah perempuan al-madrasatul al-ula yang menanamkan akhlak dan kepribadian kepada anak-anak mereka. Perempuan yang mengenalkan kepada anak-anaknya hakikat tugas manusia dimuka bumi. Juga merupakan sumber segala ilmu. Itu sebabnya, ketika membaca biografi orang-orang hebat, maka akan kita dapati ada peran ibu yang luar biasa di dalamnya.

Islam menempatkan posisi kaum perempuan pada kedudukan yang terhormat, hal ini tidak lain karena peran dan tugas besar yang dimilikinya. Islam memandang kedudukan perempuan sama dengan laki-laki dalam hak dan tanggung jawabnya. Keduanya memiliki potensi akal yang sama sehingga mampu menjalankan peran dan fungsinya sesuai koridor yang telah di atur oleh Allah.

Peran perempuan yang esensial adalah sebagi seorang istri dan seorang ibu, sehingga tidak diwajibkan kepadanya untuk bekerja diluar rumah, tetapi jika perempuan mampu menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu dengan baik serta mampu bekerja membantu perekonomian keluarga maka pahala yang besar untuknya.

Islam memandang setiap perempuan memperoleh hak yang sama dengan laki-laki dalam berkepemilikan selama tidak menyalahi syari’at. Juga memberikan hak waris pada perempuan, meski setengah dari porsi laki-laki , namun tetap tidak bisa disebut diskriminasi karena perempuan berhak atas mahar dan nafkah.

Ini berbeda dengan pandangan kaum feminisme di sistem kapitalis yang menganggap kemulian perempuan ditentukan oleh kesetaraan hak dan kewajiban terhadap laki-laki, ini artinya tolak ukur yang digunakan adalah kuantitas bukan kualitas.

Sehingga bagi mereka kaum perempuan yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dipandang kurang mulia, mengalami pengekangan dari laki-laki. Inilah ide-ide feminis yang menjadi alat kontrol neo-imperialisme yang menjerat kaum perempuan untuk menerimanya dengan kemasan yang sangat cantik. Seakan-akan mereka mengembalikan hakikat perempuan sejati, memerdekakan kaum perempuan dari penindasan kaum laki-laki dan sebagainya.

Padahal, Allah menciptakan manusia baik laki-laki maupun perempuan dengan seperangkat aturan yang  melekat padanya. Dengan aturan tersebut Allah menjelaskan tugas dan perannya dalam menjalani kehidupan. Ada yang sama dan berbeda. Namun, hal itu tidak dapat dipandang sebagai sebuah kesetaraan atau deskriminasi. Selayaknya kita harus mampu melaksanakn peran sebagai seorang hamba tanpa menuntut kesetaraan yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan.

Karena sebenarnya segala persoalan yang ada pada saat ini adalah buah dari pemahaman-pemahaman yang tidak disandarkan kepada syari’at  Allah, maka dari itu hanya Islamlah yang mampu memuliakan manusia baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing.


latestnews

View Full Version