View Full Version
Rabu, 11 Dec 2019

Liberalisasi Merusak Generasi

 

Oleh:

Titin Erliyanti, S.Pd

Pengasuh Kajian Baiti Jannati

 

BURUKNYA generasi adalah petaka bagi sebuah negeri. Hal ini tentu kita sepakati. Sangat disayangkan,inilah yang terjadi di negeri tercinta Indonesia. Masalah demi masalah seakan tiada henti menyerang generasi. Mulaidari pengabaian pengasuhan, penelantaran,terjerat narkoba, tawuran antar pelajar, hingga gaul bebas berujung KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Menghiasi media massa setiap hari.

Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah, namun tak kunjung ada hasil yang berarti. Jumlahnya justru makin banyak dan berulang. Pembenahan kurikulum berkarakter pun sudah dilakukan tapi masih jauh panggang dari api. Tawuran pelajar, klithih masih saja terjadi.Kebijakan pembatasan usia dini pernikahan juga tak mampu mengurangi angka dispensasi nikah karena KTD. Mengapa hal ini bisa terjadi?

 

Penyebab Kerusakan Generasi

Rusaknya generasi tentu tak berdiri sendiri. Merupakan rangkaian atas kerusakan yang terjadi di berbagai lini kehidupan. Layaknya efek domino kerusakan generasi juga merupakan buah dari kerusakan yang lain.Bicara kerusakan generasi tak bisa dilepaskan dari buruknya pengasuhan orang tua.  Munculnya fenomena ayah yang abai, ibu yang lebay, akhirnya hadirkan generasi yang alay. Ayah tak lagi berdiri sebagai pendidik di rumahnya. Tugas ayah hanya berkutat seputar mencari nafkah.

Itupun sudah menguras waktu dan tenaga. Kondisi ekonomi negeri yang makin mundur dan tersungkur memang jadi biang masalahnya. Seorang ayah yang miskin misi hidup bisa dengan mudah dipermainkan dalam permainan ekonomi yang kian liberal. Stres akibat pekerjaanakhirnya menyelimuti para laki laki.

Hadirnya fenomena ibu lebay makin memperkeruh rusaknya generasi. Ibu lebay yang terpapar feminisme merasa berdaya saat di luar rumah. Merasa berharga saat ada uang yang dihasilkannya. Akhirnya berbondonglah mereka menuju dunia kerja. Menempatkan diri sebagai sekrup-sekrup roda ekonomi yang bisa menghilangkan fitrahnya sebagai ibu. Tugas pengasuhan dipundakibu ditinggalkan demi mendulang rupiah penopang eksistensi diri.

Alih-alih kesejahteraan didapat,ibuberpotensi kehilangan fitrahnya sebagai ummu wa rabbatul ba'it (ibu sekaligus pengatur rumahtangga).Sifat keibuan dalam diri perempuan hanya memunculkan ketidakbahagiaan. Stres karena beban ganda menjadi hal yang tak terelakkan menyerang kaum ibu. Buahnya bisa diprediksi, seperti apa jadinya anak yang dibesarkan dengan tingkat stres kedua orang tuanya.

Generasi alay adalah dampak buruknya pengasuhan. Generasi alay yang miskin kasih sayang. Menjadi generasi yang tak paham hakikat cinta dan sayang. Maka wajar jika narkoba jadi pelarian saat ada kebingungan.Tawuran jadi pelampiasan kemarahan pada keadaan. Gaul bebas jadi pelarian saat kesepian. Jika terjadi KTD,aborsi menjadi pilihan. Semua dilakukan karena pemikiran liberal yang melekat, hingga membudaya gaya hidup hedonis dan permisif  pada generasi negeri ini.

 

Akhiri Kerusakan Generasi

Berbagai masalah yang melanda negeri ini,menjadi bukti bahwa penerapan paham liberal atauneoliberal hanya menghadirkan kesengsaraan dan kerusakan belaka. Sudah saatnya kita tinggalkan, gantikan dengan sistem kehidupan yang mumpuni. Sistem yang memanusiakan manusia. Sistem yang terlahir dari Sang Pencipta menjadi pilihansatu-satunya. Karena Dialah yang paling tahu hakikatbaik buruk untuk manusia. Solusinya dengan menerapkan Islam secara kaffah disemua lini kehidupan.

 Dengan Islam kita bisa mengembalikan fitrah ayahdan ibu sebagai orang tua. Mengembalikan fungsi ayah sebagai nahkoda bahtera, yang tak hanya mengurusi masalah nafkah. Tapi juga mengurusi bagaimana roda rumah tangga berjalan. Inilah tanggung jawabseorang ayah. Tugas ayah menentukan arah pendidikan anak-anaknya serta memenuhi kasih sayang anggota keluarga. Seorang ibu sebagai pelaksana harian pendidikan anak-anak harus diberi posisi yang istimewa. Tak boleh ada beban ganda yang disematkan padanya. Karir utamanyaadalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.Jika seorang ibu ingin bekerja dan berkiprah di luar rumah maka Islam membolehkannya. Selama tak abai urusan rumahnya dan bukan dalam rangka menjadi tulang punggung keluarga.

Hadirnya kedua orang tua di dekat ananda, pahamnya kedua orang tua akan hak dan kewajibannya akan melahirkan generasi-generasi yang luar biasa. Tiga belas abad lamanya saat Islam berkuasa menjadi buktinya. Banyak kita saksikan lahir generasi-generasi hebat, karyanya demikian bermanfaat. Semua karena penduduk negeri saat itu memilih taat pada Sang Pencipta dengan menerapkan aturan-aturanNya.*            


latestnews

View Full Version