View Full Version
Sabtu, 15 Feb 2020

Menjadi Qurrata A'yun bagi Kedua Orangtua

 

Oleh:

Dahlia Kumalasari

Pendidik dan Ibu Rumah Tangga

 

SEORANG anak bagaikan sebuah permata. Perhiasan yang sangat didambakan dan dicintai oleh kedua orangtuanya. Dalam surah Al-Furqan ayat 74 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”.

Namun, saat ini kita lihat banyak anak yang tak lagi menjadi qurrata a’yun (penyenang hati) bagi orangtuanya. Betapa banyak anak yang justru membuat khawatir orangtuanya. Anak-anak yang justru tumbuh menjadi pribadi yang brutal dan melakukan kekerasan pada teman-temannya sendiri.

Di Malang, kasus perundungan (bullying) dialami oleh MS (13 tahun) siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang harus menjalani operasi amputasi pada dua ruas jari tengah kanannya. Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata mengatakan tubuh MS sempat diangkat beramai-ramai oleh temannya dan dibanting di atas lantai paving sekolah. Tak hanya itu, MS sempat dilempar ke pohon oleh teman-temannya. Kepada polisi, pelaku mengatakan melakukan hal itu karena iseng dan bercanda.

Kasus bullying terbaru dialami oleh seorang siswi yang dipukul dan ditendang oleh tiga siswa. Kejadian ini direkam oleh salah satu siswa dan videonya sempat viral di media sosial. Peristiwa itu diketahui terjadi di salah satu SMP di Purworejo, Jawa Tengah.

Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Haris Iskandar menjelaskan soal kekerasan dan perundungan di sekolah diatur Permendikbud No.82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan. Walaupun sudah diatur, dia menyebut kasus kekerasan di sekolah masih menjadi persoalan. “Kasus-kasus yang terjadi, kan, sudah ditangani. (Untuk antisipasi) saya belum come up dengan ide baru,” ujar Haris di Kemendikbud, Jakarta, Kamis (6/2).

Harus diakui bahwa maraknya kasus bullying menjadi bukti kegagalan sistem pendidikan sekuler yang diterapkan saat ini. Sistem sekuler menjauhkan generasi dari nilai-nilai kebaikan yang terpancar dari syariah Islam. Sistem sekuler menjadikan prestasi akademik siswa menjadi sesuatu yang diunggulkan oleh siswa dan orangtua. Dalam sistem ini, kemuliaan akhlaq tidak menjadi tujuan dalam pendidikan generasi. Sehingga wajar banyak perilaku anak sekolah yang jauh dari akhlaq yang mulia. Butuh langkah nyata untuk menyelesaikan maraknya bullying di dunia pendidikan. Kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara mutlak dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, jangan harap bullying bisa dituntas habis.

Keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan terdekat dengan anak, harus mempunyai visi misi yang benar dan jelas dalam mendidik anak-anak. Nasihat Luqman seharusnya menjadi rujukan para orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surah Luqman ayat 13 yang artinya, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata pada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!. Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Anak memang harus dikenalkan dengan Rabb nya sejak dini. Mencintai Allah Ta’ala di atas segalanya. Dan merasa diawasi oleh Allah Ta’ala dimanapun berada. Keteladanan dari orangtua juga menjadi kunci dari keberhasilan pendidikan. Orangtua yang berakhlaq baik, tentu menjadi teladan terdekat yang akan dicontoh anak-anak.

Kemudian, sekolah dan masyarakat adalah lingkungan selanjutnya yang akan mewarnai pribadi generasi. Baik buruknya akhlaq anak-anak erat kaitannya dengan suasana di sekolah dan masyarakat. Jika Islam menjadi landasan dalam munculnya setiap interaksi yang terjalin baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat, maka akan didapatkan generasi yang cemerlang dengan nilai-nilai kebaikan Islam. Sebaliknya, jika sekulerisme masih menjadi asas dalam berinteraksi dan berperilaku, maka akan lahir banyak bullying dengan berbagai bentuknya.

Yang terakhir, perlu penjagaan dan peran aktif negara untuk melindungi generasi bangsa. Penting sekali menjadikan Islam sebagai rujukan lahirnya kebijakan yang dikeluarkan. Diantaranya pentingnya negara mendorong dunia pendidikan untuk mempunyai visi misi mendidik anak-anak menjadi pribadi yang mulia. Pribadi yang mempunyai perilaku dan pola pikir sesuai dengan yang Allah ridhoi. Kepribadian yang mempunyai akhlaq mulia dan juga terdepan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semoga kita semua mau berbenah diri dan melakukan koreksi total dalam kehidupan ini. Sehingga tidak bermunculan lagi kasus-kasus bullying dalam dunia pendidikan. Dan anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang qurrata a’yun (menyenangkan hati) bagi kedua orangtuanya.*


latestnews

View Full Version