View Full Version
Selasa, 25 Feb 2020

Peran Perempuan dalam Memajukan Peradaban Bangsa

 

Oleh: Siti Komariah

Perempuan merupakan makhluk Allah yang istimewa. Dia merupakan sosok manusia yang lembut tapi kuat. Perempuan juga merupakan pemegang maju tidaknya peradaban bangsa. Dari tangannya terlahir para generasi penentu arah peradaban.

Tak salah bila julukan "perempuan adalah tiang negara" tersemat padanya. Itu karena baik buruknya generasi tergantung dari didikannya. Jika dia mampu memainkan perannya sebagai ibu dengan baik, maka akan terlahir generasi baik yang mampu memimpin masa depan bangsa. Begitu pun sebaliknya. Itulah mengapa, perempuan sangatlah dimuliakan oleh Allah karena perannya tak bisa dipandang sebelah mata.

Perempuan dalam Belenggu Kapitalisme

Kini "tiang negara" tersebut tak lagi berdaya karena sosoknya banyak tergerus oleh kebebasan palsu yang disisipkan oleh para kaum kapitalis. Mereka berhasil menghasut kaum perempuan untuk mengikuti agendanya. Bahkan, sistem yang diterapkan hari ini pun mendukung tergerusnya naluri keibuan dalam diri seorang perempuan.

Tak heran jika hampir tiap tahun angka perceraian terus mewarnai negeri ini. Isu perselingkuhan seringkali menjadi alasan istri menggugat cerai suami. Kekerasan dalam rumah tangga turut mewarnai tingginya angka perceraian di Indonesia. Sulitnya perekonomian pun juga menjadi alasannya. Keluarga berantakan, anak pun menjadi korban. Bayi terbuang hampir di setiap jalan, generasi hancur tak karuan.

Sebagaimana dihimpun mediaindonesia.com, angka perceraian di daerah Bekasi tahun 2019 meningkat drastis. Menurun data yang diperoleh, hingga awal Mei 2019 lalu ada 1.739 perkara gugatan perceraian masuk ke Pengadilan Agama kota Bekasi. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yang hanya berjumlah 1.255 perkara. Tahun ini dari keseluruhan 1.739 perkara, sebanyak 1.268 perkara merupakan gugatan yang diajukan pihak istri. Sedangkan sisanya dari pihak suami. Menurut Panitera Muda Pengadilan Agama kelas IA Bekasi, Masniarti, mengatakan penyebab gugatan perceraian dilayangkan mayoritas adalah karena masalah ekonomi. Ini hanya di satu daerah, masih banyak daerah lainnya yang juga mengalami peningkatan dalam kasus perceraian.

Alasan dari kasus-kasus di ataslah yang sering digunakan para feminis guna meracuni kaum perempuan agar bangkit dari keterpurukan. Namun, faktanya keterpurukan dan kemalangan yang menimpa kaum perempuan saat ini yaitu akibat dari diterapkannya sistem kapitalis- sekuler, yang menjauhkan agama dari kehidupan.

Istilah emansipasi yang menjadi jargon kaum feminis telah berhasil menghalalkan kebebasan terhadap perbuatan perempuan saat ini, walaupun perbuatan tersebut melanggar norma-norma agama dan melangar fitrah mereka. Jargon tersebut seakan membius kaum perempuan. beberapa di antara jargon tersebut adalah: perempuan akan dihargai jika mampu hidup sendiri dan mencari uang sendiri, jangan mau diperbudak oleh kaum laki-laki, dan kaum perempuan harus setara dengan kaum laki-laki dalam semua hal.

Hal tersebut mampu membuat kaum perempuan melalaikan tanggung jawab mereka yang sesungguhnya. Peran domestik, yaitu perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dianggap mengekang kehidupan perempuan dan merendahkan mereka.

Akibatnya perempuan tak lagi mulia. Aurat diumbar atas nama kebebasan berekspresi dan eksplorasi diri. Kemiskinan mendera menjadikan mereka terpaksa mengais rezeki sendiri. Penyiksaan, penganiayaan, pembunuhan, aborsi seolah menjadi tontonan sehari-hari. Bahkan, kaum perempuan di seluruh dunia tak lagi tinggi martabatnya.

Islam Memuliakan Perempuan

Hal ini jelas berbeda dengan Islam. Islam amat menjunjung tinggi dan memuliakan sosok perempuan. Kedudukannya di mata Islam amat dijaga dan dimuliakan. Islam amat paham bahwa peran perempuan dalam membangun peradaban negara tidak bisa dipandang sebelah mata.

Islam memposisikan perempuan sesuai fitrah dan kedudukannya. Tugas mulianya yaitu menjadi "Ummu Warobatul Bait" ibu dan pengatur rumah tangganya. Namun, di sisi lain Islam juga tidak menghalangi perempuan untuk terjun ke ranah publik, seperti mengenyam pendidikan tinggi, menjadi seorang dokter dan lain sebagainya.

Laki-laki dan perempuan dalam Islam memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Mereka diciptakan sesuai fitrah mereka masing-masing dan hidup saling berdampingan. Tidak ada derajat yang lebih tinggi terhadap laki-laki dan perempuan, kecuali atas nama ketakwaan. “Barang siapa yang mengerjakan amal- amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (QS. An-Nisa [4]: 124).

Islam pun mengatur kedudukan laki-laki berdasarkan sifat khususnya. Tak perlu dikacaukan dengan ide gender dan feminisme yang sejatinya lahir dari pemikiran Barat dan menjerumuskan kaum perempuan untuk menentang fitrahnya. Cukup Islam menjadi standar dan ukuran bukan kapitalis, sekular, dan liberal yang terbukti gagal.

Peran Perempuan dalam Memajukan Peradaban Bangsa

Peran perempuan dalam memangku peradaban bangsa yaitu ketika mereka mampu memainkan peran mereka sebagai ummu warobatul bait "ibu dan penggatur rumah tangga" dengan baik. Pun juga didukung dengan sistem yang lurus dan menjamin keterbutuhan mereka. Sehingga mereka akan mampu melahirkan generasi-generasi yang gemilang, yang akan menjadi generasi tangguh dan memiliki kontribusi besar dalam membangun dan memajukan bangsa di kemudian hari.

Sebagaimana perempuan pada masa kejayaan Islam yang tergambar pada sosok istri tercinta Rasulullah sendiri yaitu Khadijah, ra. Beliaulah salah satu sumber kekuatan Rasulullah dalam mengemban risalah Islam dan pendukung setia Rasulullah berdakwah dalam suka maupun duka. Beliau merelakan seluruh kekayaannya demi kemajuan dakwah Rasul. Dari rahimnya pun terlahir putra putri yang cerdas yang memiliki peran luar biasa dalam kemajuan Islam.

Sosok lainnya, Al Khansa, sosok ibu tangguh di zamannya yang rela melepas anaknya pergi berjihad hingga keempat putranya menjemput syahid di medan perang. Di masa para shahabat, ada sosok shahabiyah tegas dalam mengadili, dialah Al Syifa’, seorang qadhi hisbah di masa Khalifah Umar bin Khattab. Dan masih banyak lagi kisah shahabiyah yang memiliki peran besar dalam peradaban Islam. Di poin inilah perempuan memegang peran penting dalam memajukan peradaban bangsa. Wallahu A'alam Bisshawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version