View Full Version
Rabu, 18 Mar 2020

Ayah, Engkaulah Penanggung Jawab Utama Keluarga

 

Oleh: Erika Kartini

Keluarga adalah unit terkecil di dalam masyarakat. Di dalamnya terdapat orang tua dan anak-anak. Mereka hidup bersama menjalankan peran-peran masing-masing.

Dalam rumah tangga, suami dan istri bahu membahu merajut impian dan cita-cita. Membina rumah tangga agar senantiasa sakinah mawadah warahmah. Lahir pula anak-anak hasil buah cinta mereka. Anak-anak yang kelak menjadi penyejuk mata kedua orang tuanya.

Agar anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang shalih dan shalihah maka kedua orang tuanya harus mendidiknya dengan baik. Kewajiban mendidik bukan terletak di pundak ibu saja melainkan keduanya. Justru peran Ayah memiliki porsi lebih besar dan penting. Ibu hanya mengasuh dan mengikuti instruksi dari sang pemimpin keluarga yaitu ayah.

Ibarat sekolah, ayah adalah kepala sekolah dan ibu adalah guru. Ibu terjun langsung dalam mendidik. Mengajari anak-anak berbagai hal tentang kehidupan. Ayah merancang pola pendidikannya, menyediakan fasilitas serta memantaunya. Sudah sejauh mana sang ibu melakukan pengajaran. Sudah tercapai belum targetannya. Ada kendala atau tidak. Memerlukan fasilitas apa saja agar pengajaran dapat berjalan lancar.

Sesekali sang ayah juga terjun langsung mengajari anaknya. Bermain serta bersenda gurau. Bersentuhan dengan mereka dan mendengarkan keluh kesah buah hatinya.

Ayah harus memiliki visi misi dalam pendidikan anak-anaknya. Ingin jadi seperti apa anak-anaknya kelak. Menjadi ilmuwan pejuang Islam atau hafizh Qur'an penakluk kota Roma. Atau calon Mujtahid yang menguasai berbagai cabang ilmu yang kelak akan mengisi peradaban Islam. Visi misi tersebut kemudian di break-down lagi dan di-sharing kan dengan ibu.  Hal ini agar arah pendidikan terhadap anak-anak jelas.

Maka sedari awal menikah, calon suami harus sudah belajar tentang pengasuhan dan atau ilmu parenting. Pondasi yang kuat dalam agama juga penting. Agar visi misi terhadap anak-anaknya tidak melenceng dari Islam.

Sehingga tidak boleh ada pemahaman bahwa pendidikan anak adalah tugas ibu dan ayah hanya mencari nafkah. Itu adalah kekeliruan. Ayah memang wajib mencari nafkah. Namun jangan lupa Ayah adalah pemimpin keluarga. Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut.

Firman Allah Swt:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (TQS At Tahrim: 6)

Berat sebenarnya beban ayah dalam keluarga. Karena baik dan buruknya sebuah keluarga tergantung bagaimana ayah memainkan perannya. Selamat atau hancurnya sebuah keluarga juga ditentukan oleh kepemimpinan ayah dalam keluarga.

Sebagai ibu atau istri tentu lebih baik jika turut membantu peran ayah dalam keluarga. Bukan menggantikan tetapi membantu serta menyokong. Menjadi partner dalam menempuh visi misi keluarga yang telah dirancang. Menjadi penghibur di kala penatnya kehidupan mendera.

Istri juga harus memiliki pemahaman agama yang cukup. Ia belajar ilmu pengasuhan dari berbagai forum agar bisa bisa bersinergi dengan ayah mewujudkan cita-cita keluarga.

Maka sungguh kecil sekali proyeknya jika pernikahan adalah dalam rangka pemenuhan naluri seksual semata. Pemenuhan naluri tersebut adalah salah satu dari sekian banyak point yang hendak dicapai ketika membangun biduk rumah tangga. Proyek terbesarnya adalah bersama-sama meraih ridha-Nya, sehidup sesurga bersama keluarga. Wa'allahu a'lam bisshowwab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version