View Full Version
Selasa, 24 Mar 2020

Body Positivity, Serigala Berbulu Domba bagi Perempuan?

 

Oleh: Ashaima Va

Pernah dengar istilah Body Shaming? Tanpa sadar kita sering melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Body Shaming adalah hinaan atau bully-an pada seseorang terhadap bentuk tubuhnya yang jelek. Body Shaming ini lahir dari kriteria yang dibakukan oleh masyarakat liberal dalam menilai kecantikan seseorang. Nilai kecantikan yang hanya distandarkan pada tampilan fisik.

Tinggi, langsing, berpinggang kecil, kulit putih, hidung bangir menjadi kesepakatan bersama dalam menilai seseorang cantik atau tidak. Tiap orang berlomba-lomba untuk bisa seperti itu. Lalu mencap seseorang yang pendek, gemuk, kulit hitam, dan hidung pesek sebagai keburukan dan bermunculanlah komentar-komentar berbau Body Shaming.

Di tengah menderasnya Body Shaming, muncullah counter yang bernama Body Positivity, yaitu sebuah pesan untuk berpikir dan bertindak positif terhadap kekurangan dalam tubuhnya. Melalui prinsip berpikir positif para perempuan diminta untuk lebih menerima dan percaya diri dengan bentuk tubuhnya.

Tagar Love your Self mengiringi kampanye Body Positivity ini. Tagar ini merupakan Self acceptance atau penerimaan terhadap kondisi diri hingga mau mencintai diri sendiri. Tidak berambisi untuk menjadi sempurna, sesuai standar cantik masyarakat pada umumnya. Hingga tidak mem-bully perempuan lain yang memiliki tubuh yang jauh dari kriteria ideal.

Faktanya Body Positivity pada masyarakat liberal dikampanyekan liar dan tanpa batas. Sudah banyak selebriti Hollywood yang memiliki tubuh plus size berani tampil dengan pakaian minim untuk menampakkan lekukan tubuhnya yang besar atau menampakkan bulu di tubuhnya.  Mereka mengklaim ingin menyampaikan pesan Body Positivity hingga harus memperlihatkan tubuh telanjangnya.

Bagi masyarakat yang tanpa nilai, Body Positivity adalah dalih menginspirasi dengan menampakkan ketelanjangan. Tak salah pose vulgarnya karena konteksnya adalah pesan untuk mencintai tubuhnya. Bahkan jika ada yang menasihati, akan dianggap tidak memahami konteks.

Apa yang dilakukan Tara Basro adalah contohnya. Foto telanjang dan setengah telanjangnya dianggap Menkominfo telah melanggar UU ITE, lalu pendukung ide liberal ramai-ramai membela sampai Menkominfo meralat pernyataannya. Body positivity nyatanya adalah dalih beracun saat diimplementasikan tanpa nilai agama. Dari sini muncul pertanyaan, bagaimana posisi kita sebagai remaja muslim. Layakkah kita mendukung kampanye ini?

Self Acceptance dalam Islam

Seorang hamba Allah sejak sebelum wajib terikat dengan hukum syara' sudah dipahamkan mengenai penerimaan diri. Dalam QS. Hujurat Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” [TQS. Al-Hujurât: 13]

Dalam ayat tersebut bisa dipahami bahwa nilai seorang manusia di mata Allah bukan dinilai dari penampilan fisik. Bukan dari kulit yang putih, pinggang yang kecil, atau hidung yang bangir. Tidak pula oleh kurus atau gemuk. Nilai kemuliaan seseorang adalah dari ketakwaannya. Itulah self acceptance sejati.

Maka tak perlu repot-repot menghabiskan waktu dan uang untuk menjadi sempurna. Apalagi sampai menjalani Oplas, karena mengubah bentuk fisik yang sudah Allah tetapkan pada kita adalah dosa besar. Selama kita menerapkan pola makan sehat dan olah raga yang teratur kita akan sehat lahir batin. Jika ditambah dengan ketakwaan itulah kecantikan yang sesunguhnya.

Saat seorang hamba Allah memahami jika nilai kemuliaan manusia bukan dari bentuk fisik tubuh maka tidak akan ada Body Shaming. Setiap orang akan saling menghargai, karena begitulah Islam memerintahkan. Setiap orang juga akan disibukkan dengan aktivitas memantaskan diri di hadapan Allah. Tak ada waktu untuk merasa insecure atau memaksakan diri untuk menjadi cantik dan ramping. Beauty is pain tak ada dalam kamus seorang muslim.

Alhasil, tak perlu ada kampanye Body Positivity. Menampakkan aurat pada yang bukan mahram dan khalayak adalah dosa besar. Tak perlu menampakkan ketelanjangan hanya untuk pembuktian bahwa kita mencintai tubuh kita. Love your body justru ditempuh dengan meningkatkan ketakwaan, menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Karena sesungguhnya tubuh kita adalah kendaraan untuk tugas penghambaan kepada Allah saja. Toh tubuh ini fana, alangkah ruginya bila salah memaknai dan memanfaatkannya. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi : Google


latestnews

View Full Version