View Full Version
Senin, 13 Jul 2020

Menjadi Ayah Tunggal Efek Gaul Bebas, Kisah Ini sebagai Renungan

 

Oleh: Nonny Irayanti

Pada hari ini ada bahkan banyak orang tua yang harus membesarkan anak tanpa dibersamai oleh pasangannya. Hal ini terjadi baik karena pilihannya atau nasib yang memaksanya. Ya, menjadi single parent atau orang tua tunggal istilahnya.

Hal ini dialami oleh Bae Jin-Soo, seorang pria korea yang telah membesarkan bayi perempuannya seorang diri. Dalam wawancaranya dengan Asian Boss, sebuah channel youtube yang menyajikan isu-isu nyata yang terjadi di Asia, Soo menceritakan bagaimana sulitnya mengasuh seorang bayi tanpa bantuan siapa pun. Ia menceritakan bagaimana saat-saat sang bayi cantik yang bernama Surin, mengalami demam tinggi, dan dia tak mampu berbuat apapun untuk menolongnya.

Ia sulit mendapatkan asuransi kesehatan untuk anaknya, karena biaya kesehatan di sana relatif mahal jika tanpa asuransi. Kesulitan itu karena anaknya tidak terdaftar secara resmi, walaupun ia ayah kandungnya dan memiliki bukti catatan kelahiran, bahkan telah memiliki hasil test DNA yang menyatakan bahwa Surin adalah anak kandungnya. Sulitnya pendaftaran ini dikarenakan ibu kandung Surin adalah orang dengan kewarganegaraan asing.

 

Rusaknya Gaya Hidup dan Pergaulan Liberal

Soo dan ibu Surin saling jatuh cinta dan hidup bersama tanpa menikah hingga Surin dilahirkan. Saat itu ibunya hendak membawa Surin pergi dan Soo tidak menginginkannya. Ibunya pergi dan tak pernah ada kabar lagi. Sejak saat itulah Soo membesarkan Surin, hingga usianya 9 bulan saat video itu ditayangkan (3/2020). Ketika Soo hendak mengurusi akte kelahiran Surin, ia menemukan berkas bahwa ibunya Surin masih tercatat menikah dengan pria lain, sehingga proses pendaftaran akte Surin makin runyam.

Dan ternyata Soo, tidak seorang diri. Ada komunitas single parent yang saling support para ayah yang bernasib sama dengan Soo. Komunitas ini didirikan Ji-Hwan seorang ayah yang telah melewati masa-masa sulit membesarkan anaknya sendirian. Ia bahkan tidak mampu bekerja karena harus 24 jam mengurus bayi. Hingga sampai pada hari ketika persediaan susu dan popoknya sudah hampir habis, ia menjual semua barang yang ia miliki untuk menghidupi mereka berdua. Ia benar-benar sulit untuk melakoni peran ganda mengasuh layaknya seorang ibu sambil bekerja mencari nafkah layaknya seorang ayah. Akhirnya ia berinisiatif untuk menggalang dana membantu mereka yang bernasib sama dengannya.

Sungguh kisah nyata ini bisa mengaduk-aduk emosi kita ketimbang roman picisan yang biasa disuguhkan dalam drama korea.

Islam, Menjaga Hak Anak sejak Belum Dilahirkan

Jika kita meneliti lebih jauh dan menimbang dengan kaca mata Islam, setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita diskusikan dari peristiwa ini.

Pertama adalah sumber terjadinya masalah, yaitu adanya kebebasan berprilaku yang katanya dijamin HAM. Saat sepasang manusia saling mencinta, kebebasan ini memberikan mereka berdua kebebasan untuk mengekspresikannya walau tanpa ikatan. Sehingga saat terlahir seorang anak dari keduanya, tidak ada kesiapan dan kejelasan tanggung jawab atas pemeliharaan jiwa anak ini. Mereka lebih mengedepankan hawa nafsu tanpa jelas ujung akhirnya. Kita menemukan banyak kisah nyata tentang janin tak berdosa di dalam kandungan wanita tanpa status istri. Karena hawa nafsu yang menuntun, bayi tak berdosa tak tumbuh sebagaimana mestinya. Seperti Surin yang dibesarkan tanpa ibu di sisinya.

Kedua, ketika kita melihat dengan kacamata Islam, seorang anak hanya dapat terlahir dari sebuah pernikahan yang suci. Ketika seorang pria menerima akad nikah seorang wanita, sejak saat itu ia mengemban tanggung jawab kewajiban seorang suami terhadap istri. Begitu pula sang wanita menerima tanggung jawab seorang istri kepada suami. Sehingga masing-masing mendapatkan haknya. Begitu pula ketika seorang anak terlahir dari pernikahan ini.

Ketiga, ibunya memiliki hak sekaligus kewajiban untuk membesarkan anaknya. Sementara menjadi kewajiban seorang ayah untuk menafkahi keluarganya. Sehingga sebuah pernikahan di dalam Islam tidak sekadar menautkan dua hati dalam sebuah ikatan yang sah saja. Akan tetapi berkaitan dengan bagaimana memainkan peran sebagai seorang suami, istri, ayah, ibu, atau orang tua sesuai dengan tuntutan yang digariskan oleh Islam. Saat akad nikah telah disahkan, sejak saat itulah aturan-aturan turunan dari pernikahan juga diberlakukan.

Keempat, berkaitan dengan pemeliharaan seorang anak, Islam mengenal istilah hadhanahHadhanah atau pengasuhan anak merupakan sebuah kewajiban. Kewajiban memelihara jiwa anak ini bertujuan agar anak terhindar dari kebinasaan dan diselamatkan dari segala sesuatu yang membinasakannya. Karenanya  Islam mengkategorikan hadhanah ke dalam penjagaan atas jiwa yang diwajibkan oleh Allah SWT.

Islam memiliki aturan sempurna dan paripurna tentang kehidupan. Termasuk aturan yang lengkap mengenai hadhanah. Penjelasan yang rinci tentang siapa saja yang berhak sekaligus berkewajiban dalam pemeliharaan atas anak. Sama seperti bagaimana Islam mengatur tentang nasab keturunan dan jalur nafkah. Hingga ketika pun seorang anak harus mengalami orang tua yang bercerai, hukumnya jelas, pada siapa anak tersebut dipelihara, dan oleh siapa anak itu dinafkahi.

Di samping itu Islam juga memberikan peran pada negara dalam pemeliharaan jiwa anak ini. Seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khathab ra. Beliau memiliki perhatian besar terhadap generasi hingga siapa pun warga negara yang melahirkan anak, diberikan tunjangan agar kualitas ASI sang ibu baik, sehingga anak-anak kaum muslimin terlahir sehat dan bahagia.

Penerapan Islam secara kaaffah pun menempatkan manusia pada fitrahnya. Pergaulan laki-laki dan perempuan berjalan sesuai aturan Islam, meminimalisir terciptanya pergaulan yang tidak patut. Lebih jauh, diberlakukan sanksi yang diberlakukan negara, bagi mereka yang keluar dari jalur yang seharusnya. Aurat laki-laki dan perempuan terjaga. Laki-laki dimotivasi untuk bekerja memberikan nafkah sesuai kewajibannya, para ibu diberikan keleluasaan untuk mengatur wilayah domestiknya dan menjadi ibu dari anak-anaknya.  

Inilah Islam dan segala keindahannya. Wallahu a’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version