View Full Version
Ahad, 04 Oct 2020

Pembiasaan Hijab Sejak Dini Bukan Menyiksa Anak

 

Oleh:

Fita Rahmania, S. Keb. Bd

 

ANAK-ANAK berhijab di usia dini memang pemandangan biasa. Bak sudah jadi tradisi, kebiasaan menutup aurat tak jadi soal bagi masyarakat, justru mereka banyak yang memberikan respon positif. Banyak yang memandang anak yang berhijab sedari kecil itu lucu dan sedap dipandang. Tak sedikit juga yang memuji mereka dengan ucapan berisi doa, ‘semoga kelak jadi anak sholihah’.

Namun rupanya ada saja pihak yang tak suka dengan perilaku orang tua yang selalu menyematkan kerudung di kepala anak-anak mereka. Salah satunya datang dari DW Indonesia. Dilansir dari jurnalgaya.com, media asal Jerman Deutch Welle (DW) beberapa waktu lalu sempat membuat konten video yang mengulas tentang sisi negatif anak pakai jilbab sejak kecil. Dalam video itu, DW Indonesia mewawancarai perempuan yang mewajibkan putrinya mengenakan hijab sejak kecil.

DW Indonesia juga mewawancarai psikolog Rahajeng Ika. Ia menanyakan dampak psikologis bagi anak-anak yang sejak kecil diharuskan memakai jilbab. Rahaeng Ika menjawab pertanyaan DW Indonesia bahwa mereka menggunakan atau memakai sesuatu tetapi belum paham betul konsekuensi dari pemakaiannya itu. Belum lagi adanya kekhawatiran yang akan membawa pol007Aa pikir anak menjadi eksklusif karena dari sejak kecil dia ditanamkan untuk misalnya “berbeda” dengan yang lain.

Sontak video besutan DW Indonesia tersebut menghebohkan jagat maya. Banyak orang mempertanyakan tujuan dibuatnya konten itu. Kenapa hal yang nampak lumrah dan merupakan hak dari setiap orang tua tiba-tiba dipersoalkan?

Menutup aurat adalah kewajiban bagi setiap muslimah yang diperintahkan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :

 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

Amalan fardhu atau wajib adalah amalan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa atau siksa. Seperti halnya sholat, anak-anak yang sudah berusia 7 tahun mulai diajarkan sholat, bahkan jika tidak mengerjakan sholat harus dipukul. Hal ini berdasarkan hadist Nabi SAW:

Dari Amr Bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya."

Hadist tersebut mencerminkan bahwa dalam melaksanakan Syariat Islam, seseorang perlu pembiasaan. Harapannya seseorang tidak lagi mudah meninggalkan karena sudah menjadi rutinitas. Apalagi pada syariat yang wajib dikerjakan seumur hidupnya.

Faktanya saat ini menutup aurat adalah Syariat Allah yang belum diimani oleh seluruh wanita muslimah di dunia. Banyak dari mereka abai dalam pelaksanaan syariat ini. Seolah-olah perintah Allah ini adalah sesuatu yang bisa ditunda dan dipilih. Bahkan para penggiat-penggiat gender atau pengusung kebebasan ala kapitalis-liberal giat mengkampanyekan bahwa syariat jilbab tak layak dan bertenatangan dengan HAM (Hak Asasi Manusia). Mereka juga berdalih bahwa kecantikan wanita tak seharusnya ditutupi, namun perlu ditunjukkan. Akibatnya, para kapitalis kegirangan karena masih bisa mengeksploitasi keindahan kaum hawa demi meraup materi sebanyak-banyaknya.

Dengan kondisi yang tidak mendukung seperti ini, para orang tua dari keluarga muslim harus berjuang ekstra demi menyelamatkan anak-anak perempuan mereka dari kelalaian melaksanakan perintah Allah. Semenjak dini anak-anak dibiasakan memakai hijabnya bila keluar dari rumah. Bukan dengan cara menyiksa, namun tetap dengan kasih sayang karena masih dalam tahapan belajar.

Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, hingga anak nyaman dengan pakaian muslimahnya. Pembiasaan ini hendaknya mendapat dukungan dari seluruh kaum muslim di negeri ini, khususnya penguasa yang menerapkan kebijakan. Padahal dengan berhijab serta menutup aurat dengan benar Allah telah memuliakan derajat perempuan dan terjaga kehormatannya.*


latestnews

View Full Version