View Full Version
Kamis, 03 Dec 2020

Ibu, Engkaulah Guru Pertama Anakmu

 

Oleh: Choirin Ummu Mush'ab

Sejatinya ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Ia adalah orang pertama yang mengajarkan banyak hal pada buah hatinya. Mulai awal dalam kandungan, saat ia masih menyusui, balita, anak-anak, bahkan ketika dewasa.

Sayangnya peran mulia ibu tidak disadari oleh kaum ibu sendiri. Mereka merasa keki ketika disebut guru. Sehingga, sebutan guru hanya disematkan pada orang-orang yang mendidik putra-putri mereka di sekolah.

Islam sebagai agama paripurna telah menempatkan posisi ibu sebagai Madrasah pertama bagi anak-anaknya "Al -Ummu Madrasah Al-ula". Ibu sebagai sosok pertama yang menanamkan norma-norma kebaikan sekaligus menjadi teladan dalam bersikap dan ber-Islam.

Sebagai guru pertama bagi anak berarti kaum ibu semestinya berusaha maksimal dalam memainkan perannya. Ia harus banyak belajar bagaimana cara untuk mendidik putra-putrinya, menjadi teladan dalam kebaikan, dan mengarahkan buah hatinya agar menjadi generasi terbaik untuk negara dan agamnya.

Peran mulia ini memang tidak bisa maksimal jika ibu bergerak sendiri. Perlu dukungan ayah atau suami ibu untuk memberikan fasilitas, waktu, serta ilmu agar ibu bisa memainkan perannya dengan baik. Selain itu, ibu juga butuh dukungan masyarakat dan negara agar ketika ia mendidik anaknya kebaikan tidak lantas berubah menjadi keburukan ketika ia bergaul di tengah-tengah masyarakat.

Bisa dibilang inilah tantangan terbesar kaum ibu. Ia wajib mendidik putra-putrinya ke arah Islam ketika sekulerisme, pemisahan agama dan kehidupan menghantui setiap perjalanan hidup anak-anaknya. Maka, kaum ibu harus menguatkan perannya agar anak menjadikan ibu sebagai rujukan utama dalam ber-Islam.

Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan ibu untuk memerankan peran mulia ini. Diantaranya:

1. Menuntut ilmu

Allah telah menetapkan menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik ia laki-laki maupun wanita. Maka, ibu sebagai pendidik pertama anak juga wajib memiliki ilmu yang mumpuni agar ia mampu mengarahkan putra-putrinya dengan baik. Dengan ilmu ini pula ibu akan mampu mengantarkan anak menjadi generasi emas yang menorehkan prestasi gemilang untuk negara dan umat.

2. Menjadi teladan dalam ber-Islam

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan...," (TQS. Al-Baqarah: 208)

Ayat ini adalah perintah bagi kita umat Islam untuk tidak ber-Islam setengah-setengah, tapi sempurna. Ini menunjukkan pula bahwa ibu harus memiliki kesempurnaan dalam ber-Islam karena sejatinya ia adalah teladan bagi anak.

Karena kedekatan fisik dan emosional, anak ibarat cermin bagi ibu. Jika ibu baik, anak akan meniru kebaikannya. Sebaliknya, jika ibu buruk, bisa jadi anak akan meniru keburukannya.

3. Menyadari surga ada di bawah telapak kaki ibu

Surga di bawah telapak kaki ibu adalah kiasan betapa mulia tugas seorang ibu. Ia yang mendidik anaknya untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ia pula yang mengenalkan bagaimana menjadi insan yang bertaqwa. Serta, senantiasa mendoakan putra-putrinya agar menjadi anak salih perindu dan dirindu Surga.

Dalam HR. Bukhari dan Muslim berbunyi:

"Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Rasulullah SAW menjawab, 'Ibumu!'. Kemudian orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Rasulullah SAW  menjawab, 'Ibumu!'. Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu!'. Orang tersebut bertanya kembali, ' Kemudian siapa lagi', Rasulullah SAW menjawab, 'Kemudian ayahmu'.

Demikianlah peran mulia para ibu. Sehingga, saat ini yang diperlukan oleh para ibu adalah menyadari peran mulianya dan berjuang sekuat tenaga untuk memaksimalkan perannya dalam kehidupan. Wallahu a'lam. (rf/voa-islam)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version