View Full Version
Rabu, 05 May 2021

Al Qur'an, Perempuan, dan Literasi

 

Oleh: Choirin Fitri 

Bukan aib jika kita dilahirkan sebagai seorang perempuan. Meski dulu orang Arab jahiliah memiliki tradisi mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru dilahirkan. Bukan keburukan dilahirkan sebagai seorang perempuan. Meski bangsa-bangsa kufur sering menistakan perempuan, menganggapnya makhluk kelas rendah, hingga menjadikannya objek pemuas nafsu belaka.

Perempuan di mata Islam adalah mulia. Bahkan, Islam telah menempatkan perempuan sebagai kehormatan yang wajib dijaga. Pengertian ini diambil dari Kitab Nidzamul Ijtima'i karya Syeikh Taqiyuddin An Nabhani.

Sungguh indah pandangan Islam terhadap kita kaum Hawa ini. Rasanya menjadi perempuan ibarat permata, intan berlian, atau mutiara yang amat berharga dan wajib dijaga. Maka, sungguh rugi jika kita masih enggan menikmati kemuliaan yang telah Allah tetapkan bagi kita kaum perempuan.

Perempuan pun amat berharga di mata Allah. Sampai-sampai Allah buatkan surat cinta khusus yang berjudul "An Nisa" artinya perempuan. Silahkan cek Al Qur'an surat ke-4! Ada 176 ayat yang berbicara tentang syariat bagaimana seorang perempuan mampu menikmati perannya.

Nah, selama menekuri Al Fatihah hingga An Naas tidak akan ditemukan satu surat pun yang berjudul Ar Rijal, laki-laki. Ini menunjukkan betapa amat perhatiannya Sang Pencipta kita pada seonggok daging yang diciptakan-Nya sempurna bernama perempuan.

Menjadi perempuan di era milenial dengan sistem sekularisme, pemisahan antara agama dan kehidupan saat ini harus strong. Seorang muslimah begitu agama paling mulia ini menyebut kita, harus kuat. Kuat menggenggam Islam, iman, serta takwa. Jika kita lemah, maka akan hancurlah kemuliaan kita.

Mengapa begitu? Ya, gegara arus deras sekularisme agama Islam dijauhkan dari kehidupan dan negara. Sehingga, saat ini para perempuan yang telah dimuliakan dengan Islam pelan tapi pasti dijauhkan dari kemuliaannya.

Mereka berbondong-bondong meninggalkan Al Qur'an sebagai sumber rujukan terbaik dalam beramal. Mereka berjubelan mengikuti tren kufur dengan bangga membuka aurat, berpacaran, menjadi komoditas pemuas nafsu para kapitalis, hingga enggan bersentuhan dengan Islam. Mereka lupa bahwa hanya Islamlah satu-satunya agama yang memberikan kemuliaan hakiki yang takkan pernah ditemukan dalam agama atau peradaban lainnya.

Jika para perempuan sadar literasi tentu mereka takkan mudah terjebak dalam jebakan kekufuran. Dalam Wikipedia, literasi dimaknai istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Maka, Al Qur'an adalah sumber literasi terbaik karena bahasanya adalah bahasa terbaik yang disampaikan langsung oleh Allah Sang Pemilik jagad raya. 30 juz, 114 surat, dan 6666 ayat telah Allah anugerahkan pada kita. Amat rugi jika kita enggan bersentuhan dengannya. Menyesap nikmatnya bertilawah membaca tiap hurufnya. Menikmati warna warni rasa saat membaca terjemahan atau mengerti maknanya. Mengamalkan setiap ayat yang kita sadari itu sebagai perintah. Menghindari setiap ayat yang kita tahu sebagai larangan.

Nyatanya untuk memahami Al Qur'an tak cukup dengan membacanya. Ada banyak makna tersurat dan tersirat yang kita takkan mengerti jika tak dijelaskan oleh manusia terbaik sepanjang zaman Rasulullah Saw. Maka, membaca, mendengarkan, dan belajar tak boleh kita lepaskan. Dengan inilah kita akan tahu betapa Allah telah memberikan surat cinta-Nya agar kita bisa kembali pada-Nya dengan selamat.

Nyatanya kita tak boleh egois. Menyimpan ilmu untuk diri sendiri. Tapi, Allah pun telah perintahkan kita untuk berdakwah. Ya, tak hanya lisan. Kita bisa berdakwah lewat tulisan. Sampai-sampai ada satu surat dengan judul pena, Al Qolam. Ini menunjukkan pada kita bahwa kita tak boleh tinggal diam dalam kebenaran. Kita harus bergerak melakukan perubahan. Jika tak bisa dengan lisan. Kita bisa berjuang lewat tulisan.

Al Qur'an sebagai sumber literasi terbaik hendaknya menjadi acuan pertama dan perdana kaum muslimin terkhusus perempuan. Tak boleh sedetik pun waktu hilang tanpa pijakan kalam Allah. Karena, kepada-Nyalah kita akan kembali. Wallahu a'lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version