View Full Version
Rabu, 21 Jul 2021

Jangan Biarkan Wanita Mandiri

 

Oleh: 

Keni Rahayu || Influencer Dakwah Milenial

 

WADUH, judul tulisan ini gini banget ya. Kesannya tendensius dan mendiskreditkan kaum hawa. Hehehe jangan suuzon, dong. Baca dulu lah sampai habis.

Kau tahu, makhluk hebat itu bernama wanita. Bagaimana pahitnya hidup, mampu saja ia telan. Bagaimana kerasnya hidup, mampu saja ia bertahan. Seorang wanita sanggup tidur paling malam, bangun paling pagi. Kasur dan dapur sudah jadi medan tempur setiap hari.

Ibu-ibu pekerja lebih hebat lagi. Setelah sarapan matang, ia siap mengisi karirnya memenuhi amanah umat. Sampai di rumah bukan istirahat, tapi  bermain dengan anak-anak jadi sahabat. Ditambah bayi besar (suami) minta diladeni, siapa takut?

Begitulah Allah ciptakan wanita. Ia sangat kuat sekuat hatinya. Kau sentuh hatinya sedikit saja, gunung setinggi apa pun mampu ditakhlukkannya. Ia hebat sebab penciptanya.

Tapi tahukah kau kawan, bukan itu tujuan gender diciptakan. Bukan sebab siapa yang paling kuat. Bukan sebab siapa yang paling hebat. Lelaki dan perempuan diciptakan saling menyempurnakan.

Fitrah lelaki adalah melindungi, fitrah perempuan adalah dilindungi. Jangan termakan ide feminis itu, jangan. Mereka hanya ingin kau melupakan amanah besarmu. Tak perlu pula disetarakan, sebab potensi menghebat perempuan mudah saja diupayakan.

Ketika ada perempuan di rumah memenuhi perintah suami, itu adalah wujud penjagaan bukan tertindas. Lelakimu hanya memenuhi tanggung jawabnya di hadapan Sang Pencipta. Jika kau cinta padanya, bantu ia memenuhi amanahnya.

Ketika perempuan menutup aurat dengan sempurna. Itu adalah tanda cinta, bukan keterbelakangan. Allah hanya ingin menjaga perhiasanmu agar dinikmati oleh yang berhak saja. Kalau kau mengaku cinta pada-Nya, penuhi saja. Jangan banyak tanya.

Ketika perempuan tidak diwajibkan bekerja tetapi laki-laki sebaliknya, artinya Allah telah mengatur sedemikian rupa agar rumah tangga berjalan senada. Jangan percaya mulut-mulut feminis itu. Ini bukan bentuk ketidakadilan, melainkan wujud pengaturan.

Kata siapa muslimah tak boleh bekerja. Boleh, asalkan ia mengantongi izin wali, beriring amanah utama sudah dipenuhi. Izin kepada wali bukan bentuk kedudukan yang lebih tinggi. Hanya saja memang Allah mengaturnya begini. 

Sadar atau tidak, keluarga yang perempuannya mandiri secara ekonomi lebih besar potensinya untuk berpisah. Sebab perempuan merasa punya kaki. Terasa beda arah, ia bebas melangkah sesuai yang ia kehendaki.

Sedangkan fitrah lelaki adalah direpoti. Semakin direpoti ia merasa semakin peduli. Suami yang cuek-cuek itu, bisa jadi sebab sang istri terlampau mandiri. Toh, istriku sudah bisa sendiri, katanya. Padahal, hal terbahagia lelaki adalah ketika bisa membahagiakan anak istri. Coba tanya saja. Memang begitu fitrah yang Allah tanam pada mereka. 

Pernikahan disyariatkan dalam rangka menciptakan ketergantungan. Suami bahagia kala ia merasa dibutuhkan. Istri merasa dicintai ketika ia dilindungi. Dua hal itulah yang melandasi kelanggengan rumah tangga. Baik lahir maupun batin, nafkah wajib ada. Itu bensin rumah tangga.

Maka, sekali lagi. Jangan biarkan wanita mandiri. Sejatinya, itu mudah saja bagi kaum hawa ini. Tapi maaf, tentu bukan itu yang Allah ingini. Wallahu a'lam bishowab.*


latestnews

View Full Version