View Full Version
Kamis, 12 Aug 2021

Saat Orangtua Mulai Lelah Mendidik Generasi di Masa Wabah

 

Oleh:

Yulida Hasanah || Ibu Peduli generasi, tinggal di Jember Jawa Timur

 

TAK bisa dibayangkan bagi orang tua manapun, di tengah kesulitan dan banyaknya rintangan yang dihadapi selama wabah corona melanda negeri ini, ternyata peran mereka kini amat sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan putra-putrinya. Pasalnya, wabah corona yang menyerang dunia selama hampir dua tahun ini telah memberi pengaruh besar dalam pola pendidikan generasi. Bagaimana tidak? 'Sekolah daring' membuat para orangtua harus siap menjadi teman sejati anak dalam belajar.

Tak ayal, hal tersebut justru memunculkan banyak cerita. Ada yang merasa bersyukur karena dengan sekolah daring, orangtua akhirnya sadar bahwa pendidik pertama dan utama ada di pundak mereka. Namun, tak sedikit orang tua yang mengeluh dan lelah menghadapi pola baru menjadi pendidik putra-putrinya di rumah selama hampir 24 jam.

Penulis bisa memahami, gambaran dua kondisi orangtua di atas pasti punya alasan sendiri-sendiri. Akan tetapi, sebagai orangtua yang juga memiliki putra putri yang sedang bersekolah. Pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari kewajiban dalam memberikan pendidikan terbaik bagi anak. Jadi, ketika ada  perubahan pola dalam mendidik anak yang terjadi selama masa pandemi ini tak sampai membuat para orangtua telalu lelah dan banyak mengeluh. Apalagi berdampak buruk pada anak didik hingga mereka merasa frustasi karena ketidaksiapan pendidik-orangtua- yang mendampingi mereka sekolah di rumah. 

Sungguh, jika kita refleksikan hal di atas dengan perjuangan Rasulullah Muhammad Saw dan kaum muslimin dalam mentaati perintah Allah Subhanahu wata'ala untuk hijrah dari Mekah ke Madinah. Ada pelajaran berharga bagaimana perjuangan beliau Saw dan kaum muslimin saat itu rela berkorban dan merasakan lelahnya perjalanan hijrah. Walhasil, merekapun merasakan banyak sekali kebaikan dan Rahmat Allah Subhanahu wata'ala di Madinah, dibandingkan sebelum mereka berhijrah. 

Tidak ada ceritanya, hijrah itu diawali dengan kesenangan dan berleha-leha. Yang ada, hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw menggambarkan suatu kondisi yang penuh pengorbanan baik berupa harta, tenaga maupun jiwa, hingga berlelah-lelah dalam ketaatan di tengah kekhawatiran akan adanya penjegalan bahkan upaya pembunuhan terhadap Nabi Saw oleh kaum musuh yakni kafir Quraisy. 

Begitupula gambaran yang terjadi saat ini, dimana orangtua harus siap memenuhi seruan menjadi pendidik generasi yang pertama dan utama. Rela berkorban harta, tenaga, pikiran dan waktu untuk mendampingi putra-putri mereka agar optimal menuntut ilmu. Bahkan orangtua mulai menempa diri untuk lebih baik lagi menjadi ustaz dan ustazah di rumah, belajar dan mengajarkan Al Qur'an pada putra-putrinya. 

Pertanyaannya? Apakah semua pengorbanan dan lelahnya para orangtua sebagai pendidik pertama dan utama ini sia-sia? Jelas tidak. 

Banyak buah 'manis' yang akan dipetik para orangtua yang berlelah-lelah menjalani perubahan pola sekolah yang awalnya tidak langsung mendampingi anak-anak menuntut ilmu, kemudian menjadi teman sejati mereka bersekolah di rumah. 

Pertama, anak akan makin dekat dengan orangtua mereka. Sebab orang tua dituntut untuk mendampingi dan menjadi guru bersekolah di rumah. 

Kedua, orang tua akan makin mengenali karakter dan perkembangan kepribadian anak. Hal ini tentu saja sangat membantu orang tua dalam membentuk kepribadian yang baik pada anak. 

Ketiga, anak tidak lepas kontrol saat menggunakan fasilitas android dan banyak mendapatkan informasi yang benar bagaimana menggunakan medsos untuk beramal sholih, salah satunya dengan memanfaatkan tayangan-tayangan youtube dengan konten ilmu pengetahuan maupun belajar tsaqofah Islam. 

Keempat, orangtua bisa optimal menabung pahala investasi untuk dirinya sendiri dalam banyak kesempatan saat mendampingi anak sekolah di rumah. Sebab, pada mereka ada kewajiban untuk mendidik putra-putrinya menjadi anak salih dan salihah. 

Kelima, tentu saja ada Allah Subhanahu wata'ala yang akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam setiap proses mendidik putra-putri mereka, serta pahala yang besar atas kesabaran dan lelahnya mereka dalam menjalani proses ini. 

Tidak salah jika Rasulullah memberikan pujian terhadap para orangtua yang mendidik putra-putrinya. Diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dari sahabat Jabir bin Samurah r.a, bahwa Nabi Saw bersabda: “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya daripada ia mensedekahkan (setiap hari) satu sha’.” 

Terlebih lagi, Allah Subhanahu wata'ala telah jelas mewanti-wanti para orang tua terkait pentingnya pendidikan bagi generasi ini. Salah satu diantaranya adalah firman Allah:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”(TQS. An Nisaa':9). 

Maka, sebelum anak-anak kembali ke sekolah formal mereka. Jadikan kesempatan di masa wabah ini sebagai waktu yang tepat menempa diri menjadi pendidik generasi terbaik untuk putra-putri kita. Dan jangan lupa bahwa kita mendidik mereka tidak sendirian. Ada tim sekolah yakni para guru dari putra putri kita yang selalu akan bersinergi mewujudkan tujuan pendidikan yakni melahirkan generasi cerdas, bertaqwa dan pemimpin bagi umat manusia. Insyaa Allah. 

Melalui artikel ini, penulis hanya ingin berbagi motivasi di tengah lelahnya diri dalam mendampingi putra-putri menjalani 'sekolah daring' selama pandemi. Semoga bermanfaat.

*Opini ini ditulis dalam rangka mengikuti lomba menulis artikel memperingati Tahun Baru Islam 1443 H untuk walimurid STP SD Khoiru Ummah Jember


latestnews

View Full Version