View Full Version
Senin, 14 Nov 2022

Miris, Hilangnya Perlindungan terhadap Fitrah Anak

 

 

Oleh: Emil Apriani, S.Kom

Baru-baru ini, media sosial digegerkan sekaligus dibuat miris oleh sepucuk surat cinta untuk anak SD yang isi pesannya sangat vulgar dan tidak pantas untuk anak seusianya. Ironisnya, bahasa yang digunakan dalam surat tersebut pun sarat dengan unsur pelecehan seksual. Unggahan surat tersebut sempat menjadi perbincangan hangat dan trending di media sosial Twitter (1/11/2022). Hingga banyak warganet yang menyayangkan dan ikut geram dengan isi surat cinta yang viral tersebut.

Betapa mirisnya, untaian kalimat yang tidaklah pantas untuk ditulis seorang anak seusianya. Di mana seharusnya secara fitrahnya, anak di usia tersebut masih melekat dengan dunia bermain dan steril dari pemikiran yang mengarah pada perbuatan dengan unsur pelecehan seksual. Dari kasus surat cinta yang viral tersebut, menggambarkan perilaku rusak seorang anak di bawah umur. Yang terangkat di media, hanyalah gambaran kecil saja. Kasus anak dengan perilaku rusak dan menyimpang dari fitrahnya, sejatinya seperti fenomena gunung es. Jumlah yang tampak jauh lebih kecil dari kenyataan yang ada di masyarakat.

Hari ini tidak dapat kita pungkiri, faktor-faktor pendorong kemerosotan moral dan akhlak anak memang sangat terbuka lebar. Mudahnya akses informasi memiliki manfaat sekaligus dampak buruk bagi anak. Kemudahan akses informasi inilah sedikit banyak memberikan peluang untuk anak mendapatkan arus informasi berupa tulisan maupun tontonan yang tak selayaknya, seperti konten pornografi maupun tayangan kekerasan di media sosial.

Paparan pornografi akan membawa dampak yang sangat besar dan efek yang berbahaya bagi anak. Selain kecanduan, pornografi pun bisa merusak otak anak. Terutama, bagian Pre Frontal Korteks (PFC) yang berfungsi sebagai pusat pengendali diri, konsentrasi, berpikir kiritis, dan segala hal yang terkait dengan pembentukan kepribadian, mental, dan perilaku sosial.

Fakta tersebut menunjukan bahwa anak-anak kita dalam bahaya yang mengancam. Mereka mengalami kemerosotan moral dan akhlak serta kehilangan fitrah kesuciannya. Akibat dari lemahnya peran pengasuhan, rusaknya sistem pendidikan, hingga lemahnya kontrol negara atas sistem informasi. Mereka akhirnya kehilangan payung perlindungan, mulai dari orang tua (keluarga), masyarakat hingga negara.

Hal ini adalah dampak buruk dari sistem kehidupan yang berlaku di tengah negeri dengan mayoritas Muslim saat ini, yakni sistem sekuler kapitalis. Sistem ini menerapkan sistem pergaulan yang minus nilai moral dan menyuburkan gaya hidup bebas tanpa standar baik-buruk dan benar-salah dari agama. Mengagungkan kebebasan atas nama Hak Asasi Manusia. Sehingga nilai-nilai moral dipandang sebagai urusan personal yang terlarang bagi negara untuk mencampurinya.

Lain halnya dengan perlindungan dan penjagaan terhadap generasi di dalam Islam. Negara berfungsi sebagai pelindung dan penjaga fitrah penciptaan manusia. Aturan Islam ditegakkan secara kaffah (menyeluruh) dalam seluruh aspek kehidupan, di atas akidah yang shahih yaitu keimananan kepada Allah Swt. sebagai konsekuensi iman. Sistem politik, ekonomi, sosial, sanksi, pendidikan, media massa, serta sistem-sistsem lainnya, semua bertumpu pada syariat Islam yang bersumber dari Al-Khalik (Sang Pencipta).

Negara juga bertanggung jawab menerapkan sistem pergaulan Islam. Yang akan membentengi generasi dari kerusakan. Negara tidak akan membiarkan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Dan tidak akan membiarkan hal-hal yang bisa merangsang syahwat. Negara pun akan memberikan sanksi kepada para pelanggar aturan.

Maka dengan hal tersebut, keluarga dan masyarakat pun mampu memfungsikan diri untuk menjalankan perannya sesuai aturan Islam dengan penuh kepedulian dan tanggung jawab, sebagai payung pelindung bagi anak-anak generasi kaum muslimin. Fitrah anak pun demikian terjaga, perlindungan atas mereka benar-benar tegak dengan sempurna. Mulai dari keluarga, masyarakat atau lingkungan, juga institusi pendidikan hingga negara.

Sejarah kegemilangan peradaban Islam menjadi bukti empiris keberhasilan penjagaan Islam terhadap generasi. Sehingga lahirlah generasi dengan karakter yang berkepribadian mulia, yang membawa kaum muslim menjadi umat yang terbaik selama belasan abad lamanya. Wallahu’alam bish showab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version