View Full Version
Jum'at, 27 Mar 2020

UIN Maliki Malang Buat Bilik Kabut Anti Virus

MALANG (voa-islam.com) - Beragam inovasi dibuat masyarakat untuk ikut mencegah penyebaran virus Korona (Covid-19). Salah satunya yang dibuat tim Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang. 

Mereka membuat inovasi teknologi menangkal virus dalam bentuk Kabut Anti Virus yang didesain dalam sebuah bilik. Produk ini dikenalkan dengan sebutan KAVi, Kabut Anti Virus.

Sesuai namanya, KAVi bekerja dalam sebuah bilik yang menyemprotkan kabut hand sanitizer. Air yang disemprotkan sudah dalam bentuk kabut sehingga lebih merata, namun hemat. 

“Bilik KAVi ini sangat hemat dan merata, karena bentuknya bukan spray, tetapi uap atau kabut yang partikel-partikelnya sangat kecil,” jelas Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang, Sri Harini, di Malang, Rabu (25/03).

Menurutnya, untuk membuat alat ini, bahan yang diperkukan meliputi: humidifizer yang dimodifikasi mengubah air menjadi kabut, bilik pembasmi virus, selang penghubung humidifizer ke dalam bilik, serta satu liter hand sanitizer dengan kadar alkohol 70%.

Cara membuatnya, kata Sri Harini, isi humidifizer dengan satu liter hand sanitizer 70%. Nyalakan humidifizer tersebut dan masukan selang penghubung ke dalam bilik. Setelah kabut masuk dan penuh maka bilik bisa difungsikan. Sebelum masuk ruangan, pegawai UIN Maliki harus masuk ke bilik KAVi terlebih dahulu.

“Satu liter hand sanitizer bisa digunakan selama lima hingga tujuh jam," ungkapnya.

“Inovasi ini diprakarsai oleh Dr Imam Tazi, Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang bersama mahasiswa Jurusan Fisika. Inovasi ini akan kami dorong ke seluruh Fakultas Sains dan Teknologi PTKIN sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19,” ungkap Sri Harini seperti dilansir dari kemenag.go.id.

Selain Bilik KAVi, di bawah komando Warek 2 Ilfi Nurdiana, UIN Maliki Malang, menurut Sri Harini, telah melakukan beberapa upaya lain untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini. Aksi tersebut antara lain: sterilisasi kampus dengan penyemprotan disinvektan, produksi massal hand sanitizer, produksi obat dan coklat antioksidan berbahan kelor, dan  kabut penyemprot mobil. 

"Ini sebagai ikhtiar dan bentuk kontribusi nyata kampus memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama untuk menangkal Covid-19,” ungkapnya.

Produksi peralatan pencegahan Covid-19 ini dilakukan bertahap. Pertama adalah memproduksi hand sanitizer, lalu dilanjutkan dengan memproduksi bilik kabut (KAVi). 

“Saat ini masih dikembangkan bilik yang lebih simpel dengan bahan yang ringan dan mudah dipindah,” papar Sri Harini.

Tahap ketiga, akan dibuat kabut disinvektan untuk mobil. Alat ini bisa dipasang pada pintu gerbang kantor, masjid, kampung, pesantren, dan lainnya. "Alat ini mudah dibuat, murah, dan efektif mencegah penyebaran virus,” ungkap Sri Harini. 

Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, Abdul Haris, mengapresiasi inovasi Fakultas Sains dan Teknologi.

“Kampus UIN Malang memang harus membuktikan diri sebagai service university yang memberikan layanan kepada masyarakat atas wabah Covid-19 ini. Bahkan, UIN Malang juga memberikan layanan online untuk konsultasi psikologi, hukum, agama dan hotline layanan pencegahan COVID 19,” ungkap Rektor.

Apresiasi juga disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Arskal Salim. Dia menyambut inovasi dan upaya Fakultas Sains dan Teknologi dalam mencegah penyebaran Covid-19.

“Inilah saat yang tepat bagi Fakultas Sains dan Teknologi, tidak hanya di UIN Maliki Malang, tapi juga PTKIN se-Indonesia, untuk membuktikan ilmu pengetahuan dan rekayasa sains atas problem yang dihadapi bangsa ini, terutama dalam mengatasi massifnya Covid-19. Saya mendorong kepada seluruh pimpinan PTKI di Indonesia untuk dapat memanfaatkan temuan-temuan ini dengan baik,” ungkap Arskal Salim.

Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, menambahkan, hasil riset kalangan PTKI semakin bermanfaat bagi masyarakat. Riset di bidang sains misalnya, terbukti dapat berkontribusi pada upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19 yang dapat diakukan secara massif.

"Sementara riset di bidang sosial keagamaan mengisi pada ruang-ruang publik yang menyadarkan akan pemahaman dan praktik keagamaan yang benar dan tidak terjebak ke dalam faham keagamaan yang minim-nalar, terutama ketika dihadapkan dengan fenomena Covid-19," papar Suwendi.


latestnews

View Full Version