View Full Version
Kamis, 26 Dec 2013

Umat Islam Indonesia Terbukti Paling Toleran di Dunia

Sahabat Voa Islam,

Setiap momen natal di Indonesia selalu muncul isu toleransi beragama, umat Islam yang berpegang teguh terhadap aqidah Islam akan dicap sebagai kaum intoleran karena tidak mau memberikan ucapan selamat dan ikut merayakan natal bersama kaum Nasrani.

Tuduhan keji tersebut dilontarkan oleh mereka-mereka yang memang anti Islam dan didukung oleh media mainstream. Umat Islam di Indonesia terbukti paling
toleran di dunia, itulah judul tulisan yang dibuat oleh ulama kharismatik KH.
Abdul Rasyid Abdullah Syafi'i (Pimpinan Perguruan Islam Assyafi'iyah Jakarta).

Tulisan yang dibuat beberapa tahun lalu itu pernah dimuat Suara Islam, namun
redaksi menilai tulisan tersebut sangat penting dihadirkan kembali agar umat
Islam memiliki jawaban dari berbagai tuduhan musuh-musuh Islam.

Berikut tulisannya:

Selama ini media massa yang mengidap Islamophobia memaksakan opini issue
toleransi dan kebebasan beragama. Opini itu menuduh seolah-olah umat Islam anti toleransi dan anti kebebasan beragama. Tuduhan ini jelas salah alamat dan jauh dari fakta yang sebenarnya.

Bahwa umat Islam Indonesia merupakan jumlah mayoritas mutlak di Indonesia tak bisa dipungkiri. Di antara jumlah total rakyat saat ini: 238.000.000, hampir 90% beragama Islam dan merupakan negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia.

Sebagai kelompok mayoritas mutlak seperti itu, umat Islam terbukti tidak pernah memaksakan kehendaknya dan aspirasinya kepada kelompok lain. Bahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok minoritas yang dibuat berdasarkan keputusan pemerintah, tidak pernah ditentangnya. Contoh paling mencolok adalah pemberian hak libur kepada penganut agama minoritas.

Mula-mula pemerintah menetapkan hari libur hanya kepada Islam dan Nasrani. Hak lbur Nasrani pun diberikan hampir setara penganut Islam. Jika umat Islam mengenal hari libur : Idul fitri, IdulAdha, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan 1
Muhar ram (5 hari libur), maka orang Nasrani pun diberi hari libur yang hampir sama, yakni : Natal, Wafatnya Isa Al Masih dan Paskah (3 hari libur).

Padahal jumlah orang Nasrani hanyalah 8% saja. Sungguh berlebihan toleransi umat Islam Indonesia ini. Bandingkan nasib umat Islam di negara-negara barat yang minoritas, seperti Australia, Amerika Serikat dan Eropa.

Tidak satu pun di negara-negara barat ini, umat Islam diberi hak libur pada hari rayanya. Padahal jumlah umat Islam di berbagai negara itu semakin hari semakin besar jumlahnya seperti di Rusia, Amerika Serikat, bahkan di China jumlahnya lebih 100 juta jiwa, juga di India. Bagi orang tua yang mempunyai anak dan bersekolah di Amerika, di Australia dan Eropa, jangan kaget jika di hari raya Idul Fitri anak-anak mereka harus masuk sekolah bahkan ujian. Anugerah toleransi umat Islam kepada kelompok minoritas, bahkan ditingkatkan di era presiden Gus Dur.

Kepada penganut Hindu Bali yang tak lebih jumlahnya hanya 1% diberikan libur nasional: Nyepi. Begitu halnya kepada penganut Budha, diberi hari libur Waisak. Bahkan kepada golongan China yang biasanya sudah merayakan waisak, bahkan diberi hari libur Imlek.

Fakta yang dibeberkan di aas jelas-jelas secara telak telah membantah adanya isu yang telah digelindingkan secara tendensius, seolah-olah umat Islam Indonesia anti toleransi. Jika kita mau membuka sejarah awal kemerdekaan pun, tercatat umat Islam rela menghapus tujuh kata dalam pembukaan UUD yang mereka anggap bernafaskan Islam. Mereka yang minoritas menentang habis-habisan dan tokoh Islam pun surut memberikan toleransi yang kongkrit dengan mencabut tujuh kata yang bersejarah itu.

Mau bukti yang lain, yakni masalah pendirian gereja. Dikesankan umat Islam menentang pendirian pembangunan gereja dengan kekerasan bahkan
anarkisme. Sebenarnya umat Islam hanyalah meminta ditegakkannya peraturan yang termaktub dalam SKB tiga menteri yang kini istilahnya menjadi PMB. Fakta dalam kaitan pembangunan gereja, umat Islam di sekitar Ibukota saja begitu berlebihan memberikan toleransi pembangunan gereja.

Contohnya, di Cijantung, Jakarta Timur di jalan masuk dekat GOR Jakarta Timur,
hanya terdapat satu buah masjid saja, sementara gereja berdiri sedikitnya 6 buah. Begitu juga di daerah Depok, disatu jalan yang terjulur dua arah terdapat satu masjid yang dikepung oleh tujuh gereja. Cerita serupa juga terjadi di daerah Tangerang ke arah Balaraja.

Perhatikan sepanjang jalan dari Pekanbaru ke Dumai, ratusan gereja berdiri tapi bangunannya kosong melompong. Begitu juga di berbagai propinsi lain. Untuk apa semua itu?

Fakta-fakta yang mengemuka di atas kiranya benar adanya. Sebaliknya opini seolah-olah umat Islam anti toleransi, justru terbukti jauh dari kebenaran, bahkan mengarah menjadi fitnah yang amat keji. Kiranya kita hentikan kampanye dan opini menyesatkan belakangan ini, yang justru mengarah pada perpecahan bangsa Indonesia. Kita berdoa ke hadirat Illahi Rabbi, agar umat Islam dijauhkan dari fitnah keji seperti ini. 

Amin Ya Mujibassailin. 
[taufikhasbi/arham/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version