View Full Version
Rabu, 09 Jul 2014

Capresmu Bukan Nabimu

Sahabat Voa Islam,

Fenomena capres 2014 ini benar-benar seperti menumpulkan akal sehat sebagian orang. Ada dua kandidat pasangan capres-cawapres yang dibela pendukungnya seperti membela nabinya, hidup dan matinya. Di media sosial, status dan tautan yang dibagikan oleh para pendukung itu benar-benar saling menjatuhkan pihak yang tidak didukungnya. Sedangkan capres yang didukung, dibela bak pahlawan hingga ke akar-akarnya.

Anehnya, ketika ada kasus penghinaan terhadap agamanya, Tuhan dan nabinya, mereka malah diam saja. Dengan banyak dalih mereka tidak mengangkat masalah penting ini, seolah urusan capres ini jauh lebih penting hingga ke surga neraka sana. Padahal mayoritas para pendukung capres-cawapres ini adalah mengaku dirinya Muslim. Tapi keberpihakan mereka terhadap Islam jauh panggang daripada api. Mereka lebih asik mengurusi fitnah sana-sini, bela sana-sini, komentar sana-sini terhadap capres-cawapres tersebut.

Mereka lupa, bahwa urusan ini berskala hanya lima tahun sekali. Urusan ini hanya berdimensi sesaat, sekedipan mata. Tapi anehnya, urusan ini dibela hingga darah, airmata dan taruhan nyawa. Memang, dunia adalah tempat yang melalaikan. Ternyata bukan hanya tahta, harta dan wanita, bahkan capres pun bisa malalaikan seseorang dari tujuan hidupnya di dunia ini. Tak mungkin malaikat Mungkar-Nangkir nanti akan bertanya siapa capres dukunganmu waktu pemilu 2014 di Indonesia. Sebaliknya, siapa tuhanmu, nabimu bahkan apa amalan unggulanmu di dunia, menjadi topik inti yang seharusnya direnungkan oleh kita semua.

Islam dihina. Satu media massa berbahasa Inggris memuat gambar bendera bertuliskan syahadat disandingkan dengan gambar tulang dan tengkorak. Di sampingnya, ada lima orang sedang disiksa dan ditutup matanya oleh orang yang diasosiasikan sebagai muslim. Pesan ini sangat vulgar menghina, Allah dan Rasul-Nya disamakan dengan simbol bajak laut yang kerjaannya membunuhi orang.

Anehnya, amat sedikit umat Islam yang bereaksi. Mereka tenang-tenang saja menghadapi penghinaan ini dengan banyak dalih. Padahal di zaman Rasulullah masih hidup, halal darahnya bagi mereka yang menghina Allah dan Rasul-Nya. Tapi itu semua tidak berlaku di zaman ini. Mereka jauh lebih peduli, lebih marah, lebih beringas ketika capres-cawapresnya dihina. Seolah, capres-cawapres inilah yang akan bisa membela mereka kelak di hari pengadilan akhir ketika tak ada satu orang pun yang bisa membela orang lainnya. Mereka buta. Karena sesungguhnya buta itu bukan mata fisik tapi mata hati ketika manusia tak lagi bisa membedakan mana yang layak untuk dibela mati-matian, mana yang merupakan senda gurau semu belaka.

Momen capres-cawapres ini seolah menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya. Dengan segala sikap dan sepak terjangnya, para pendukung itu membuka karakter diri yang sesungguhnya. Meskipun ada beberapa pendukung yang berusaha rasional bahkan mengakui bahwa momen copras-capres ini mampu menurunkan level kecerdasan pada banyak orang, tapi toh tetap dilakoni juga. Padahal selain menurunkan level kecerdasan, momen copras-capres ini bukan tidak mungkin mampu menurunkan kadar keimanan, sadar ataupun tidak.

Dengan sukarela mereka memilih pemimpin yang akan menjalankan hukum selain hukum Allah. Setelah sebelumnya, rakyat memilih wakilnya (katanya) untuk yang akan duduk di legislatif dan bertugas membuat undang-undang buatan manusia. Undang-undang yang bisa mengubah halal menjadi haram dan haram menjadi halal. Dan presiden-wakill presiden inilah yang nantinya menjalankan undang-undang tersebut tanpa peduli apakah itu melanggar hukum syariat atau tidak.

Terlepas dari itu semua, setelah tanggal 9 Juli 2014 semoga semua ketidakwarasan ini berakhir. Ada harapan semoga akal sehat para pendukung copras-capres ini segera kembali. Hidup harus berlanjut. Siapapun pemimpinnya, tak akan ada perubahan signifikan dihasilkan. Toh, hukumnya tetap hukum yang berdasar pada akal manusia yang seringkali dibuat secara akal-akalan. Toh, Palestina tetap membara tanpa ada keinginan dari pemimpin untuk mengerahkan tentara ke sana dan membela rakyat Gaza dari kekejian Zionis Israel. Toh, kebijakan negeri ini tetap tergadai di tangan asing. Toh, kita tetap setengah mati mempertahankan akidah ketika hukum yang diterapkan atas diri adalah hukum jahiliyah.

Astaghfirullah al adzim. Semoga Allah mengampuni kelemahan diri yang ternyata masih lemah untuk menegakkan akidah. Wallahu alam. (riafariana)

 


latestnews

View Full Version