View Full Version
Sabtu, 15 Aug 2020

Mencintai Negeri sebagaimana Dicontohkan Rasulullah SAW

 

Oleh: Setya Kurniawati

Cinta negeri adalah fitrah, setiap orang pasti mencintai tempat tinggalnya. Ketika ia pergi merantau ke negeri lain pasti ia akan merindukan negerinya dan ingin kembali ke sana. Rasulullah SAW pun telah mencontohkan bagaimana Beliau juga mencintai negerinya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Beliau bersabda “Alangkah baiknya engkau sebagai negeri dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai…..” (HR. Ibnu Hibban).

“Ya Allah, cintakanlah kami kepada Madinah sebagaimana cinta kami kepada Mekkah atau bahkan melebihi, jadikanlah ia (Madinah) kota yang sehat dan berkahilah mud (takaran) dan sha’nya. Dan pindahlah panasnya lalu jadikanlah di daerah juhfah” (HR. Imam Ahmad. Al Baihaqi dan lainnya).

Dalam Islam kita diperbolehkan untuk mencintai negeri, hanya saja rasa cinta tidak sekedar ucapan namun harus terealisasi dan sejalan dengan perbuatan yang tepat. Karena banyak yang berkoar cinta negeri namun faktanya korupsi, menjual aset negeri yang malah merugikan negeri sendiri.

Lantas bagaimana Rasulullah SAW mencontohkan aplikasi cinta negeri?

Rasulullah SAW lahir dan hidup di Mekkah selama 53 tahun lamanya. Menerima wahyu diusia 40 tahun dan mendakwahkan Islam dengan sabar di Mekkah selama 13 tahun. Perjalanan dakwah Rasul di Mekkah tidaklah mudah diawali istrinya Khadijah ra memeluk Islam sampai akhirnya banyak para sahabat yg kemudian juga memeluk Islam.

Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan Beliau dan membina para sahabat di rumah Arqam bin Abi Arqam untuk membentuk kepribadian islam dan menyiapkan para sahabat untuk siap memperjuangkan agama Allah dengan ikhlas dan sabar walaupun diterpa banyak tantangan.

Setelah Rasulullah SAW melihat kesiapan para sahabat kemudian turun ayat Allah SWT untuk Rasul dan para sahabat dakwah secara terang-terangan. Mendakwahkan segala bentuk perintah Allah SWT mulai dari akidah, tatanan ekonomi islam, sosial dan pemerintahan Islam. Pertentangan dakwah semakin menjadi mulai dari penganiayaan kaum kafir Quraisy kepada para sahabat, propaganda yang ditujukan kepada Rasulullah SAW dan Islam sampai pemboikotan kaum muslim. Namun Rasulullah SAW dan para sahabat tetap teguh terhadap Islam dan terus mendakwahkan Islam di Mekkah karena ingin rahmat Islam dapat dirasakan di Mekkah sebagai bukti cintanya Rasul kepada Mekkah.

Perlu kita garis bawahi, bahwa Rasulullah SAW tidak hanya ingin mengajak orang memeluk  agama Islam melainkan ingin menerapkan Islam secara kaffah sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 208

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Masuk Islam secara kaffah yang dimaksud adalah menjalankan semua aturan Allah SWT tanpa pilah-pilah melaksanakan aturan Islam A dan tidak menjalankan aturan Islam yang lain. Aturan islam terbagi dalam 3 aspek yaitu hablumminallah (mengatur hubungan kita dengan Allah SWT), hablimminannafsi (mengatur hubungan kita dengan diri sendiri), dan hablumminannas (mengatur hubungan kita sesama manusia).

Pertama, aturan mengatur hubungan kita dengan Allah SWT dalam hal sholat, puasa, zakat, haji. Bisa kita terapkan secara individu kita.

Kedua, aturan mengatur hubungan kita dengan diri sendiri dalam hal makanan halal, minum halal, pakaian menutup aurat terperinci, akhlak dsb. Bisa juga kita terapkan secara individu kita.

Ketiga, aturan mengatur hubungan kita dengan sesama manusia dalam hal ekonomi Islam, pendidikan Islam, kesehatan, politik Islam dsb. Aturan ini tidak bisa diterapkan secara individu melainkan butuh negara yang menerapkannya.

Di Mekkah Rasulullah SAW dan kaum muslim dapat melaksanakan aturan Islam berkaitan hubungan dengan Allah SWT dan diri sendiri. Namun aturan berkaitan dengan masyarakat butuh Negara yang menerapkannya dan belum bisa dilakukan karena ditolak kaum kafir sehingga Rasulullah SAW mencari alternative lain agar dapat menerapkan Islam kaffah.

Rasulullah SAW mencoba mendakwahkan Islam ke berbagai negeri salah satunya ialah Madinah. Begitu mudah masyarakat Madinah menerima dan memeluk Islam. Sehingga Rasulullah SAW mengutus duta Islam yakni Mushab bin Umair untuk mendakwahkan Islam di Madinah. Mayoritas masyaraat dan pemimpin Madinah masuk islam dan mereka rela diatur islam kaffah di Negara mereka, walaupun tidak semua beragama Islam.

Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah bersama kaum muslim Mekkah (kaum muhajirin). Sesampai di Madinah Rasulullah SAW kaum muslim Madinah (kaum anshor) kemudian Beliau mendirikan masjid dan rumah bersebelahan, dan berfikir menjalankan aturan Negara menggunakan aturan Islam.

Kecintaan Rasulullah SAW kepada Mekkah tidak berhenti sampai disitu. Rasulullah SAW berfikir berbagai cara untuk bisa menaklukan Mekkah agar dapat bergabung menerapkan Islam kaffah dan merasakan rahmat Islam di negeri yang beliau cintai. Sehingga Rasul merencakan perjanjian hudaibiyah sebagai jalan menaklukan Mekkah tanpa peperangan dan akhirnya Mekkah tertaklukkan.

Apabila kita melihat perjalanan Rasul, Beliau sangat mencintai negerinya dan memberikan teladan bagi kita bagaimana sikap mencintai negeri yang sesungguhnya yakni terus barjuang menerapkan Islam kaffah. Karena kitapun yakin sebagai seorang muslim bahwa Islam rahmatan lil alamin tidak hanya rahmat bagi muslimin melainkan bagi seluruh alam. Karena aturannya berasal dari sang pencipta terjamin tau mana yang terbaik dan buruk bagi hambaNya. Sehingga tidak mungkin aturan Islam meghancurkan bahkan sebaliknya akan menjadikan negeri aman sentosa penuh berkah.

Begitulah kita seharusnya mewujudkan rasa cinta kita pada negeri kita, walaupun tidak semua masyarakatnya muslim tapi kita harus yakin aturan Islam dapat menyatukan dan akan menjadi rahmat serta dapat menyelesaikan setiap problem negeri yang telah terjadi. Karena Madinah dan negeri Islam lainnya telah membuktikannya.

“Jikalau penduduk negeri beriman dan bertakqa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (TQS Al A’raf: 96).

Mari kita menjadikan diri kita dan penduduk negeri sebagai orang-orang yang beriman dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah agar keberkahan dapat kita rasakan bersama. Wallahua’lam bishawab. (rf/voa-islam.com)

*Penulis adalah aktivis BMI Malang dan Pena Langit.

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version