View Full Version
Senin, 10 Nov 2014

Tahun 2050 Seks Bebas Semakin Merajalela Akibat Teknologi Sterilisasi

AMERIKA (voa-islam.com) - Teknologi bagai pisau bermata dua, tergantung siapa yang mengendalikannya, beriman atau kufur kepada Allah. Salah satu kekhawatiran pencipta pil kontrasepsi ini, ia memprediksi dalam beberapa dekade ke depan, hasil ciptaannya itu tidak lagi akan berlaku. Tahun 2050, akan makin banyak orang yang minta disterilkan reproduksinya.

Pada tahun itu diperkirakan kegiatan seksual hanya akan menjadi bagian dari sebuah rekreasi karena orang tidak perlu takut hamil atau memiliki anak saat usai bercinta. Banyak orang lebih suka metode In Vitro Fertilization (IVF), yang memungkinkan pria atau wanita membekukan telur dan sperma mereka di usia dini.

"Dalam beberapa dekade ke depan, katakanlah pada 2050 nanti, banyak wanita subur lebih memilih fertilisasi melalui IVF ketimbang 5 juta wanita lain yang kesuburannya terganggu. Bagi mereka, pemisahan antara seks dan reproduksi akan meningkat 100 persen," kata Profesor Carl Djerassi, seperti dikutip melalui Independent.co.uk, 11 November 2014.

Artinya, kata Djerassi, untuk bisa hamil, manusia tidak lagi harus melakukan hubungan seksual. Ilmuwan keturunan Austria-Amerika ini mengatakan jika pembekuan telur akan dilakukan oleh anak-anak muda di beberapa dekade mendatang. Mereka akan menyimpan telur dan sperma sebelum akhirnya benar-benar disterilisasi.

Setelah sterilisasi, mereka tidak perlu khawatir tidak memiliki anak karena sperma dan telur mereka telah disimpan dengan baik. Setelah menjalani sterilisasi ini, manusia akan bebas untuk melakukan kegiatan seksual tanpa harus khawatir hamil.

Ilmuwan yang juga penulis dan profesor Kimia dari Stanford University Amerika ini memprediksi jika para wanita di usia 20an akan memillih opsi IVF untuk menunda kehamilan. Inseminasi buatan akan menjadi metode yang normal untuk mendapatkan anak. 

"Tidak akan ada lagi kehamilan yang tidak terencana. Aborsi tidak ada lagi karena anda memiliki anak yang sangat diinginkan keberadaannya. Anak yang anda cintai," kata Djerassi.

Djerassi merupakan ilmuwan yang memproduksi pil progesteron sintetik pertama pada 1951. Pil itu merupakan pemompa hormon untuk dikeluarkan dari tubuh agar bisa menahan kehamilan. Produk yang bernama norethisterone ini terbukti sukses sebagai pil kontrasepsi dan dikomersilkan pertama kali pada 1961. Pil ini juga yang bertanggung jawab terhadap tumbuhnya kebebasan seks di dunia.

Facebook dan Apple Pun Akan Sterilisasi Pegawai Perempuan

Perempuan di zaman ini semakin tercerabut dari fitrahnya untuk hamil dan memunyai keturunan. Hal ini diperkuat dengan keputusan beberapa perusahaan yang melarang pegawainya hamil. Bila sampai melanggar, tak segan-segan mereka dipecat. Bahkan selevel Facebook dan Apple juga memberlakukan program yang diberi nama pembekuan sel telur. Intinya sama yaitu melarang pegawai perempuan hamil dan memunyai anak selama bekerja di perusahaan mereka.

Tak tanggung-tanggung, Facebook dan Apple menggelontorkan dana hingga US$ 20.000 atau setara dengan 200 juta rupiah untuk program ini. Bila Facebook sudah memulai program ini dan maka Apple berniat melaksanakannya pada Januari tahun depan. Ketika dikonfirmasi tentang hal ini, kedua perusahaan ini memilih tak memberikan komentarnya. Selengkapnya

Menikah dan mempunyai anak diyakini sebagai penghambat karier. Oleh karena itu perusahaan berkepentingan untuk turun tangan mencegah kehamilan terjadi. Karena berhubungan seks meskipun tanpa menikah masuk kategori hak asasi manusia yang dilindungi, maka yang dicegah adalah efeknya yaitu berupa kehamilan. Pembekuan sel telur ini merupakan salah satu cara pencegah kehamilan yang memakai metode baru dan mulai diminati di dunia barat sana.

Kebijakan ini diambil karena ada anggapan tenaga perempuan di perusahaan masih minim. Microsoft hanya memiliki 29% tenaga perempuan di perusahaannya, Google 30%, dan Facebook 31%. Di bidang teknis makin sedikit lagi yaitu hanya 15%. Rencana pembekuan sel telur ini ditujukan agar makin banyak perempuan yang tertarik untuk bergabung dengan perusahaan tersebut. Sudah pada dasarnya perempuan di barat enggan punya anak, ditambah lagi dibiayai perusahaan dalam upayanya mencegah kehamilan, mereka akan berbondong-bondong memasuki sektor kerja yang disediakan.

“Perempuan di zaman ini berada di persimpangan budaya dan generasi. Kami, para perempuan berharap serta menuntut kesempatan karir yang sama dengan laki-laki,” kata salah satu perempuan di website eggsurance.com. Bila sudah begini, tak heran komposisi penduduk di dunia barat sangat ‘njomplang’ yaitu minim bayi dan anak-anak namun penuh dengan usia dewasa dan lansia.

Semoga tren ini tak menjangkiti Indonesia. Karena memunyai anak merupakan investasi akhirat yang pahalanya terus mengalir sekalipun kita sudah mati. Menjadi ibu rumah tangga (seks hanya dilakukan dalam bingkai pernikahan) adalah kebanggaan. Tak perlu ikut-ikutan meramaikan pasar dunia kerja di perusahaan yang menjauhkan sosok perempuan dari fitrahnya memunyai anak dan mendidiknya hingga menjadi anak yang salih dan salihah. Wallahu alam [ria/adivammar/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version