View Full Version
Senin, 06 Jun 2022

Islamophobia Justru Menarik Simpati Ummat Untuk Memilih Islam

Oleh: Abdurrahman Anton Minardi

(Assoc. Professor at Pasundan University and Advocate at Peradi)

IslamoPhobia tidak mungkin ada jika tidak ada yang memusuhi Islam. Apalagi orang-orang yang memusuhi Islam tersebut ketakutan akan kembalinya Islam ke panggung tahta dunia.

Sesungguhnya IslamoPhobia adalah bagian dari upaya memadamkan api Islam sampai Ummat Islam benar-benar jauh dari Islam dan Islam menjadi punah.
Setelah dengan fitnah dan War on Terrorism terhadap Ummat Islam tidak berhasil melemahkan ummat Islam, lalu siasat pecah-belah pun tidak mampu melumpuhkan gerakan Da'wah Islam, maka dibuatlah strategi untuk menyebarkan faham IslamoPhohia dengan berbagai fitnah dan propaganda buruk terhadap Islam.

Tapi kickback to all IslamoPhobic justru sebaliknya, jumlah kesadaran ummat untuk mengetahui dan memahami Islam melampaui orang-orang yang terkena fitnah para penyebar IslamoPhobic.

Buktinya di berbagai negara yang cukup berani para IslamoPhobic nya, justru dari sanalah perkembangan para pembela Islam jauh lebih marak dan berani seperti di Eropa dengan lahirnya Hari Anti IslamoPhobia 15 Maret dan Amerika Serikat dengan lahirnya UU Anti IslamoPhobia.

IslamoPhobia dihidupkan, dibiayai dan dibesarkan dan disebarkan. Sejumlah Yayasan dan donatur yahudi terutama yang berasal dari Amerika Serikat diantara pemain utamanya. Begitu pun kalangan kristen barat dan musyrikin seperti hindu india yang harbi (memusuhi Islam).

IslamoPhobia menyebar dan disebarkan ke berbagai negara dan berbagai kalangan baik pejabat negara, pengusaha ataupun masyarakat biasa. Dan yang mengherankan cukup marak juga di negara yang mayoritas penduduknya Muslim seperti Indonesia.

Kemungkinan karena faktor kurang fahamnya mereka terhadap Islam atau faktor ekonomi atau faktor orang-orang yang memang munafik yang pura-pura muslim padahal sebenarnya musuh Islam.

Bahkan dapat pula karena faktor politik, dimana negara-negara yang mayoritas non muslim mereka berupaya untuk meraup suara pemilih non muslim yang dianggapnya membenci Islam dan ummat Islam dan membangkitan egosentris nasionalisme dan nilai-nilai agama non muslimnya.

Hal ini terbukti cukup berhasil untuk meraih kepentingan politik mereka seperti kemenangan partai-partai right alt atau left alt yang memenangkan pemilu di negara-negara eropa barat, begitu juga partai bjp di india yang berhaluan hindu non teleran atau partai berhaluan budha non toleran di myanmar.

Mereka menyebarkan faham bahwa Islam agama pembawa kekerasan bahkan teror, Kitab Suci Al Qur'an dianggap sumber kejahatan, Ummat Islam dianggap kalangan yang bodoh dan keras terhadap non muslim. Tidak jarang dalam aksi-aksi nya, para IslamoPhobic melakukan demo anti Islam, melecehkan Muslim dan Muslimah, membakar Al Qur'an dan merusak Masjid.

Propaganda tersebut dimaksudkan agar tersebar ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan ummat Islam. Sehingga Islam dijauhi dan dijauhkan.

IslamoPhobia tidak mungkin berkembang jika tidak ada masyarakat yang kurang literasi atau kurang belajar atau tidak terbiasa Tabayyun (mencari kebenaran yang sesungguhnya).

IslamoPhobia tidak saja berkembang di masyarakat yang non muslim tapi juga terjadi pada masyarakat Muslim yang tidak atau belum mau mempelajari Islam dengan benar

IslamoPhobia sesungguhnya dapat hilang jika ummat cerdas mencari kebenaran, terbuka untuk menerima penjelasan dan pemerintahan yang benar-benar faham arti dari kebebasan yang bertanggungjawab dan keadilan

Solusinya adalah Ummat meningkatkan belajar Islam dengan baik, para Ulama harus lebih giat BerDa'wah dan pemerintah bersikap Adil dengan Undang-Undang Anti IslamoPhobia nya.

Khusus di Indonesia, laksanakan Pancasila dengan benar maka tidak ada lagi IslamoPhobia in sya ALLOH. Begitu pun Muslim tidak akan phobia terhadap non muslim karena faham harus kapan, dalam hal apa dan sampai dimana harus bertoleransi.

ALLOHU A'LAM


latestnews

View Full Version