View Full Version
Kamis, 30 May 2019

Membantu Dhu’afa Undang Pertolongan Allah

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Akidah kita mengajarkan, kemenangan hakiki itu terjadi dengan kehendak Allah. Dia menolong dan memberi kemenangan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.

Jika berkenan, Allah memberi kemenangan kepada mereka yang telah mengusahakan sebab-sebabnya sebagai pembenar terhadap sunnah-Nya pada makhluk-Nya. Jika berkehendak lain, Dia memberi kemenangan kepada mustadh'afin (orang-orang lemah) yang dihina untuk memberi penjelasan kepada hamba-hamba-Nya bahwa urusan ini berada di kedua tangan-Nya.

Semua perkara kembali kepada-Nya. Tidak ada makhluk yang bisa mencegah kemauan-Nya. Tak seorangpun pula yang mampu mengalahkan-Nya. Bahkan semua makhluk hina dan tunduk di hadapan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

"Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 126)

Karenanya, setiap muslim hendaknya mencari sebab untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam jihadnya, dakwahnya, bisnisnya, dan seluruh aktifitasnya.

Sebab meraih pertolongan ada dua macam. Pertama, sebab materi. Ini dengan meningkatkan skill, kemampuan, berstrategi, juga memiliki sarana yang mencukupi.

Sebab kedua, sebab maknawi. Di antaranya adalah kekuatan iman, sabar, isti’anah, dan berukhuwah.

Di antara sebab maknawi untuk undang pertolongan Allah –seperti disebutkan dalam hadits nabawi- adalah membantu dan menolong orang-orang lemah.

Diriwayatkan dari Abu al-Darda’, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

أَبْغُونِي ضُعَفَاءَكُمْ فَإِنَّكُمْ إِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُمْ

Carikan untukku orang-orang lemah di antara kalian, karena sesungguhnya kalian hanya mendapatkan rezeki dan pertolongan akibat orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Ahmad dengan isnad shahih)

Hadits ini mengisyaratkan agar memperhatikan orang-orang lemah dan tertindas (dhu’afa’). Lemah dari sisi usia adalah anak-anak kecil, anak-anak yatim, dan orang-orang renta. Lemah dari sisi fisik adalah orang cacat, orang sakit, dan para wanita. Lemah ekonomi adalah fakir, miskin, gelandangan, pengungsi, dan semisalnya. Orang-orang yang tertindas dan terusir termasuk bagian dari dhu’afa. Membantu dan menolong mereka menjadi sebab turunnya pertolongan Allah kepada hamba-hamba beriman.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang macam-macam mustadhafin atau dhu’afa (orang-orang lemah),

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ

Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak ....” (QS. Al-Nisa’: 75)

Jika mereka lapar maka bantuan dengan memberi makanan dan minuman. Jika mereka telanjang maka dengan memberikan pakaian. Jika mereka sakit, maka diobatkan. Jika mereka terusir dan tidak punya tempat tinggal maka diberi tempat bernaung. Jika mereka putus sekolah dan kehilangan perlengakapan belajar maka bantuannya dengan memberikan pengajaran dan sarana belajar.

Ringkasnya, segala kesungguhan dan upaya membantu orang-orang lemah dengan berbagai bentuknya termasuk sebab untuk mendapatkan pertolongan Allah.

Biasanya, orang-orang miskin dan lemah hanya bergantung kepada Allah. Mereka tidak mengandalkan hartanya, kekuasannya, keperkasaannya, dan kepintarannya. Karena tidak memiliki semua ini. Umumnya, orang-orang semacam ini hatinya lebih bersih. Ibadah mereka lebih ikhlas dan doa mereka juga lebih tulus. Jika mereka-mereka dibantu, lalu mendoakan orang yang telah membantunya, maka Allah ijabah doa-doa mereka.

Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata:

إنَّما يَنصر الله هذِهِ الأمَّة بضَعيفِها، بدَعوتهم وصلاتهم، وإخلاصهم

Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini melalui orang-orang lemahnya; dengan doa mereka, shalat mereka, dan keikhlasan mereka.” (HR. Al-Nasa’i)

Ibnu Hajar menyebutkan penjelasan Ibnu Bathal terhadap hadits di atas, ia berkata: takwil hadits itu bahwasanya para dhu’afa lebih ikhlas dalam berdoa dan lebih banyak khusyu’ dalam ibadahnya karena hatinya bersih dari bergantung kepada kemewahan dunia..

Oleh karenanya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sering berwasiat untuk menyayangi dan membantu para fuqara’, orang-orang miskin, dhu’afa (orang-orang lemah), anak-anak yatim, dan hamba sahaya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version