View Full Version
Kamis, 14 Jan 2021

Orang Meninggal dengan Izin Allah, Apa Maksudnya?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasullillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dna para sahabatnya.

Kabar duka menyelimuti kaum muslimin Indonesia, di hari Kamis, 14 Januari 2021 M. Bertepatan dengan 1 Jumadil Akhir 1442 H, Syekh Ali Jaber wafat di RS Yarsi, pada pukul 08.30 WIB dalam keadaan Negatif Covid.

“Kita ikhlaskan kepulangan beliau kepada Rabbnya. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau. Semoga diterima segala amal shaleh beliau.” Kabar yang dikirim Habib Abdurrahman Alhabsyi, Ketua Yayasan Syekh Ali Jaber.

Habib Alhabsyi mengajak kaum muslimin untuk mendoakan seorang ulama yang pernah berharap kelak Indonesia akan dipimpin seorang hafidzul Qur’an.

Dalam rilis yang viral tersebut diawali dengan kalimat istirja’ “Innaa Lillaahi wa Innaa Ilaihi Raaji’un”. Kemudian diikuti dengan menyebutkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا

Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang sudah ditentukan waktunya.” (QS. QS. Ali Imran: 45)

Apa maksud “setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah”?

Di dalam Tafsir al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz karya Imam al-Wahidi, beliau menjelaskan: Satu jiwa tidak akan mati kecuali dengan qadha’ dan qadar Allah. Allah telah mencatat takdir meninggalnya itu sebagai ketetapan yang sudah ditentukan waktunya. Maksudnya: sampai kepada ajal yang telah Allah takdirnya baginya. Sehingga orang tidak bisa lari darinya. Dan lari dari kematian tidak akan menambah kehidupan.

Imam al-Baghawi dalam tafsirnya “Ma’alim al-Tanzil” menerangkan makna “dengan izin Allah”: dengan qadha’ dan qadar-Nya. Beliau tambahkan pendapat lainnya, “Ada yang mengatakan: dengan ilmu-Nya. Dan ada pula yang berpendapat: dengan perintah-Nya.”

Kematian tersebut sudah ditentukan waktunya, “dan Allah telah tulis ajal setiap orang. Tak seorang pun mampu menyegerakan dan mengakhirkannya.”

Al –Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya “Tafsir al-Qur’an al-Adzim” menjelaskan dengan singkat tentang maksud ayat di atas,

أَيْ : لَا يَمُوتُ أَحَدٌ إِلّا بِقَدَرِ اللهِ ، وَحَتَّى يَسْتَوْفِيَ الْمُدَّةَ الَّتِي ضَرَبَهَا اللهُ لَهُ

Maksudnya: tidak lah seseorang akan mati kecuali dengan takdir Allah dan ia sampai kepada ketetapan waktu yang telah Allah buat untuknya.

Imam al-Thabari rahimahullah dalam Tafsirnya menjelaskan, “tidak akan meninggal Muhammad (Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,-pent) dan selainnya dari makhluk Allah  kecuali setelah sampai kepada ajalnya yang telah Allah jadikan sebagai akhir dari hidup dan keberadaannya. Apabila telah telah sampai kepada ajal tersebut yang telah Allah tetapkan baginya dan Allah mengizinkan ia mati maka saat itu ia akan mati.”

Sementara Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di dalam Tafsirnya menjelaskan lebih panjang,

ثم أخبر تعالى أن النفوس جميعها متعلقة بآجالها بإذن الله وقدره وقضائه، فمن حتَّم عليه بالقدر أن يموت، مات ولو بغير سبب، ومن أراد بقاءه، فلو أتى من الأسباب كل سبب، لم يضره ذلك قبل بلوغ أجله، وذلك أن الله قضاه وقدره وكتبه إلى أجل مسمى

“Kemudian Allah Ta’ala kabarkan bahwa jiwa-jiwa yang bernyawa –seluruhnya- tergantung kepada ajalnya dengan izin Allah, takdir dan qadha’-Nya.  Maka siapa yang telah ditetapkan takdirnya untuk meninggal, pasti ia meninggal walaupun tanpa sebab. Siapa yang Allah kehendaki tetap hidup, walaupun berbagai sebab kematian datang, semua itu tidak akan membahayakannya sebelum tiba ajalnya. Yang demikian itu karena Allah telah tetapkan dan takdirkan serta tuliskan ajalnya sampai waktu yang telah ditentukan.”

Kemudian beliau menyitir firman Allah Ta’ala,

إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” (QS. Yunus: 49)

Ringkasnya, bahwa seseorang meninggal dengan izin Allah, sesuai ketetapan qadha’ dan qadar Allah bagi orang itu. Allah tahu betul waktu kematiannya dan Allah kehendaki ia wafat.

Sesungguhnya kematian seseorang sudah ditentukan waktunya. Jika waktu kematian (ajal) tiba maka tidak bisa ditunda atau dimajukan sebentar saja.

Pelajaran dari Syaikh Ali Jabir –rahimahullah rahmatan wasi’ah-, yang beberapa hari sebelumnya dikabarkan kritis karena teriveksi covid 19, lalu dinyatakan negatif Covid 19. Kemudian kondisi beliau membaik dan sembuh dari Covid 19. Dan qadarullah, Hari Kamis di waktu Dhuha, beliau wafat dalam keadaan Negatif Covid.

Beberapa bulan lalu terjadi percobaan pembunuhan kepada beliau saat menyampaikan ceramah di Lampung. Beliau tertusuk pisau. Setelah mendapat perawatan akhirnya sehat. Dan ternyata, takdir wafatnya beliau di hari Kamis, 14 Januari 2021 M. Bertepatan dengan 1 Jumadil Akhir 1442 H, pukul 08.30 WIB, di RS Yarsi, Jakarta.

Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan beliau, merahmatinya, menerima amal-amal dakwah dan amal-amal shalihnya, dan mengumpulkannya bersama orang-orang shalih di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version