View Full Version
Sabtu, 13 Nov 2021

Menipu Diri dengan Istighfar

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Allah menjadikan istighfar hamba kepada-Nya sebagai sarana untuk mengampuni dosa-dosanya. Siapa yang telah mengerjakan dosa lalu ia datang kepada Allah meminta ampunan kepada-Nya maka Allah akan mengampuni dosanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

"Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Nisa': 110)

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا

Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Nisa’: 64)

وَإِنِّى لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thaaha: 82)

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits Qudsi, Allah berfirman,

يا عبادي، إنكم تُخطِئون بالليل والنهار، وأنا أغفر الذنوب جميعًا، فاستغفروني أَغْفِرْ لكم

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan di malam dan siang hari, dan Aku mengampuni seluruh dosa, maka mintalah ampunan kepadaKu nisacaya Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)

Sebagian ulama menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan sifat-Nya “Aku mengampuni seluruh dosa” sebelum memerintahkan kita beristighfar supaya kita tidak berputus asa dari rahmat-Nya karena banyak dan besarnya dosa kita.

Sebagian orang salah dalam memahami hadits ini, ia berkesimpulan, bolehnya berbuat maksiat dan memperbanyak maksiat. Tapi maknanya, setiap kamu berbuat dosa lalu kamu bertaubat maka Allah akan mengampuni dosa-dosamu.

Orang yang menipu dirinya dengan istighfar hanya bersandar kepada sebab. Istighfar adalah sebab datangnya ampunan atau diampuninya dosa-dosa hamba. Dia menyengaja maksiat atau –bahkan- memperbanyak maksiat lalu beristighfar. Ibnul Qayyim menyebutkan type manusia ini dalam al-Jawab al-Kaafi, “banyak orang menyangka bahwa apabila seseorang melakukan kemaksiatan lalu ia mengucapkan: “Astaghfirullah” maka dampak negatif atau dosa dari kemaksiatan tersebut akan hilang dan selesailah urusannya”.

Orang dungu tersebut berdalil dengan hadits Qudsi, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Ada seorang hamba berbuat dosa. Lalu ia berkata, “Ya Allah ampuni aku.” Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

أذنب عبدي ذنبًا، فعلِم أن له ربًّا يغفِرُ الذنب ويأخذ بالذنب

Hamba-Ku telah berbuat dosa dan ia tahu bahwa dia punya Tuhan yang mengampuni dosa dan memberi hukuman.

Kemudian ia kembali melakukan dosa. Dia berkata lagi, “Wahai Tuhanku, ampuni aku.”

Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman, “hamba-Ku telah melakukan dosa dan ia tahu bahwa dia punya Tuhan yang mengampuni dosa dan memberi hukuman.”

Kemudian ia kembali melakukan dosa. Dia berkata lagi, “Wahai Tuhanku, ampuni aku.”

Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman, “hamba-Ku telah melakukan dosa dan ia tahu bahwa dia punya Tuhan yang mengampuni dosa dan memberi hukuman.”

Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

اعمَلْ ما شئت، فقد غفرتُ لك

Berbuatlah sesukamu, sungguh Aku telah ampuni dosa-dosamu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari jalur Abu Hurairah)

Ibnul Qayyim juga menyebutkan perkataan bodoh yang penuh keanehan dari orang-orang jahil yang menipu dirinya dengan istighfarnya,

وكثر ما استطعت من الخطايا  *** إذا كان القدوم على كريم

“Dan perbanyaklah kesalahan semampumu *** Jika Akhirnya kita menghadap kepada Dzat Maha Pemurah.”

Ada lagi yang berkata, “menyucikan diri dari dosa merupakan suatu kebodohan terhadap luasnya sifat pemaah Allah.”

Ada yang berkata, “meninggalkan dosa merupakan kelancangan dan penghinaan terhadap ampunan Allah.”

Ada juga yang memohon dalam doanya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ‘Ishmah (terjaga dari kesalahan).”  

Perlu dicatat bahwa Allah tidak pernah memerintahkan untuk berbuat dosa dan kesalahan. Allah tidak pernah merihdai perbuatan maksiat. Tapi, Allah Maha Tahu bahwa hamba sering berbuat maksiat dan banyak melakukan dosa sehingga Allah perintahkan untuk beristighfar (meminta ampunan) kepada-Nya.

Orang yang disebutkan dalam hadits telah berulang kali maksiat lalu ia meminta ampun kepada Alah adalah orang yang tidak memiliki kesengajaan untuk beristighfar sebelum bermaksiat. Artinya, ia tidak sengaja bermaksiat untuk beristighfar. Ia tidak memiliki kecintaan kepada maksiatnya. Maksiatnya tersebut telah disesali dan dibencinya. Walau terkadang ia tergoda oleh bujuk nafsunya sehingga kembali berbuat dosa. Namun setelah itu ia membenci dan menyesalinya.

Sangat tidak dibenarkan menyengaja maksiat untuk beristighfar. Orang yang menyengaja maksiat untuk beristighfar maka ia telah tertipu oleh istighfarnya. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version