View Full Version
Kamis, 16 Mar 2023

Ngeri, Maksiat Bisa Memutus Hubungan Hamba dengan Allah

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Jangan remehkan maksiat! Sekecil apapun itu merupakan kedurhakaan kepada Dzat yang kita durhakai; yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Siapa yang kenal Allah dan keagungannya, tidak sepantasnya meremehkan maksiat terhadap-Nya.

Sebagai hamba, selayaknya, kita mengagungkan Allah dengan ketundukan dalam beribadah kepada-Nya, taat kepada perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Tujuannya, agar Allah ridha kepada kita dan tidak murka. Ketika Allah ridha kepada seorang hamba maka Allah akan menunjukinya dan mendekatkannya kepada sebab-sebab kebaikan. Sebaliknya, jika Dia murka kepada seorang hamba maka hamba itu akan tersesat dan terjauhkan dari sebab-sebab kebaikan.

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawabul Kafi atau nama lainnya Al-Da’ wa al-Dawa’, menyebutkan dampak buruk maksiat yang sangat banyak. “Maksiat memiliki dampak sangat buruk, tercela, dan sangat membahayakan hati dan badan. Bahayanya berlaku di dunia dan di akhirat, tidak diketahui rinci dan detailnya kecuali oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.”

Salah satu dampak buruk maksiat yang disebutkannyaadalah Maksiat Memutuskan Hubungan Seorang Hamba dengan Rabbnya. Beliau mengatakan bahwa ini salah satu dampak buruk maksiat yang paling besar, “putusnya hubungan antara seorang hamba dengan rabbnya,” tuturnya di halaman. 183.  

Jika terputus hubungan dari Allah maka terputus dari seorang hamba dari sebab-sebab kebaikan dan akan tersambung kepada sebab-sebab keburukan. Jika ini terjadi, maka ia akan kehilangan keberuntungan, harapan, dan kehidupan yang baik. Karena terputus dari Sang Penolong dan Pelindung yang tak bisa terputus dari-Nya walau hanya sekedipan mata.

Jika sudah seperti ini, siapakah yang mampu memberi petunjuk kepadanya? Siapa yang mampu menyelematkannya?

Karenanya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajari kita doa agar senantiasa dibersamai Allah dan tidak ditinggalkannya walau sekejap saja.

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، يِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

Wahai Dzat Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya, dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.” (HR. Al-Nasai dan lainnya. Syaikh Al-Albani menyahihkannya dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 227)

[Baca: Doa ''Perbaiki Semua Urusanku'']

Ketika Allah terputus hubungan dari Allah  maka hamba tersebut akan didatangi setan dan terjalin hubungan dengannya. Padahal setan adalah musuh bebuyutannya yang selalu menginginkan kecelakaan dan kesengsaraan atas dirinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentangnya,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا  إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. ” (QS. Faathir: 6)

Seorang salaf berkata,

رَأَيتُ العبدَ مُلقًى بين الله سبحانه وبيْن الشيطان، فإن أعرض الله عنه تولّاه الشيطان، وإن تولّاه الله لم يقدر عليه الشيطان

Aku melihat seorang hamba berada di antara Allah Subhanahu wa Ta'ala dan setan, jika Allah berpaling darinya maka setan menguasainya. Namun, jika Allah menjaganya maka setan tidak mampu menguasainya.

Barang siapa bersama musuh Allah, Sang Maha Raja, berarti dia serupa dengan musuh tersebut. Sebab cinta dan ketaatan tidak akan sempurna kecuali dengan memusuhi musuh Dzat yang ditaati dan mencintai para wali-Nya.

[Baca: Awas, Maksiat Beranak Pinak!]

Penutup

Maksiat bisa merusak hubungan dengan Allah dan terputus dari-Nya. Jika putus hubungan dari Allah maka akan tersambung kepada setan dan tersambung kepada sebab-sebab keburukan. “Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 169)

Karenanya, takutlah kepada dosa dan maksiat. Segeralah beristighfar dan bertaubat kepada Allah ketika terjerumus ke dalamnya. Senantiasa melazimi keduanya, karena kita hamba yang tak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version