Oleh: Shellvy Lukito
(Mahasiswi semester VI STEI SEBI Depok dan Penerima Manfaat Beastudi Ekonomi Syariah DD)
Perencanaan keuangan menurut Certified Financial Planner, Board of Standards adalah proses mencapai tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan secara terencana. Sedangkan menurut Gozali mendefinisikan perencanaan keuangan sebagai “Sebuah strategi yang apabila dijalankan bisa membantu mencapai tujuan keuangan dimasa yang akan datang“.
Perencanaan keuangan yang dimaksud adalah perencanaan setiap individu yang dapat dijadikan panduan dalam merencanakan keuangan. Perencanaan keuangan yang baik akan berdampak pada kualitas hidup setiap individu yang baik pula.
Perencanaan keuangan dapat menggambarkan karakter setiap orang , apakah dia boros, hemat, pelit, disiplin, pandai mengelola uang dan lain sebagainya. Perencanaan keuangan pada umumnya sangat simple, bisa dilihat dari rumus pendapatan Y = C + S, Y = Pendapatan, C = Consumption, S = Saving. Sedangkan pendapatan seseorang terbagi menjadi dua: yaitu pendapatan tetap dan tidak tetap. Pendapatan tetap adalah pendapatan yang diterima secara rutin dan berkelanjutan. Sedangkan pendapatan tidak tetap adalah pendapatan tidak rutin atau pendapatan yang diterima secara cuma- cuma atas suatu effort tertentu.
Biasanya kita menganggarkan pendapatan kita untuk keperluan konsumsi yang merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi, mengalokasikan dana sosial untuk kaum fakir, miskin, dhuafa, menganggarkan untuk membayar kewajiban atau hutang terhadap pihak lain, cicilan pembelian asset dan lain sebagainya. Kita harus bisa membagi prosentase untuk keperluan- keperluan diatas sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Namun banyak sekali orang-orang yang membagi proporsi tersebut tidak sesuai dengan perencanaan keuangan yang baik.
Banyak orang yang memberikan prosentase untuk konsumsi terlalu tinggi, maka angka saving rendah atau bahkan tidak ada saving sama sekali karena kesulitan membagi alokasi untuk pos tersebut sehingga angka investasi menurun atau bahkan nol, tidak dapat membayar kewajiban atau hutang karena tidak mempertimbangkan pengeluaran tak terduga di masa yang akan datang menjadi salah satu penyebab perencanaan keuangan yang buruk.
Perencananaan keuangan bagi setiap individu sangat penting untuk membantu merencanakan keuangan masa depan dengan baik, karena banyak orang yang tidak bisa merencanakan keuangannya sehingga menyebabkan keadaan keuangan yang merugikan. Salah satu contoh akibat tidak merencanakan keuangan dengan baik adalah seseorang yang tidak mampu memanage pemasukan dengan baik sehingga pengeluarannya lebih banyak dari pada pemasukan sehingga terjadi defisit, seseorang yang tidak mampu membayar kewajibannya atau hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang karena tidak menganggarkan dengan baik pos keuangan tersebut, sehingga terjadi tunggakan yang tidak hanya merugikan diri sendiri namun juga merugikan pihak lain dan banyak lagi yang lainnya
Seharusnya kita dapat dengan teliti membagi prosentase pengeluaran atas pendapatan yang kita miliki. Membagi jatah konsumsi dengaan cara “disisakan” bukan “disisihkan”. Karena dua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. apabila kita meletakkan konsumsi di dalam skala proritas paling awal dengan prosentase dengan cara disisihkan, maka prosentase konsumsi akan diletakkan pada level tertinggi dengan jumlah prosentase yang besar pula.
Misalnya seseorang memiliki suatu pendapatan tertentu yang akan dialokasikan untuk Konsumsi, sosial , hutang, dan saving. Namun seseorang tersebut menyisihkan konsumsi sebagai prioritas utama dengan prosentase 80%, 20 % sisanya untuk sosial, hutang dan saving. Hal ini merupakan perencanaan keuangan yang tidak efektif karena untuk sosial, hutang, saving berasal dari dana sisa yang belum tentu akan terpenuhi, belum lagi dengan pengeluaran tak terduga lainnya, padahal hal tersebut adalah prioritas yang tidak kalah penting untuk dipenuhi dalam perencanaan keuangan kedepannya.
Sebaliknya jika menyisihkan dan membagi secara jelas untuk alokasi sosial, hutang, saving terlebih dahulu kemudian menyisakannya untuk konsumsi, maka hal ini dapat memabantu kita untuk merencanakan keuangan secara lebih efektif, tepat guna dan meraih masa depan keuangan yang lebih cerah. [syahid/voa-islam.com]